:: 015 ::

//Sabtu, 09-03-19
08:13 am

Halaman demi halaman ia baca dengan saksama. Sangat serius sehingga menciptakan suasana seperti sedang ujian.

Di luar, terdengar kicauan burung yang sedang bahagia. Cuaca cerah di pagi hari ini seperti memberi tahu bahwa tak akan turun hujan. Perdana baik. Itulah yang diharapkan Gilang ketika ia menatap pemandangan luar lewat jendela di hadapannya.

Tatapannya kini teralihkan.

Ia tersenyum melihat sebuah surat yang disinari mentari yang melantas jendela. Membuat surat tersebut seakan bersinar. Surat yang baru saja ia simpan dengan penuh pengharapan.

Brukk!

Tas kecil hitam bermotif kucing putih itu tiba-tiba terlempar ke meja. Membuat pandangan Gilang dari surat tersebut pecah.

''Ihh, dingin banget sumpah! Biasanya kalo hari libur, gue males banget mandi pagi. Yah... tapi sekarang harus ke sini, ke perpustakaan tercintah. Jadi terpaksa deh mandi pagi," ujar Febita sambil membuka sweaternya yang kemudian ia simpan di sandaran kursi.

Merasa sangat terganggu, Gilang mengacak rambut frustrasi. Ia tidak tahu harus melakukan apa agar jauh dari Febita.

''Mau apa lo ke sini?" Tanyanya sambil kembali membaca buku.

''Ya ampun Gilang, yang gitu aja ditanyain." Febita berjalan lalu berdiri di belakang kursi Gilang. Ia pun memegang ujung sandaran kursinya.

''Mau ketemu lo," bisiknya sambil membungkuk. Sehingga wajahnya sangat dekat dengan telinga kanan Gilang.

Tidak ada respon apapun dari Gilang. Ia terlihat tidak peduli dan masih lanjut membaca.

Febita pun terkekeh pelan.

''Gue ke perpustakaan ya mau baca lah," ujarnya sembari duduk di kursi. ''Kalo pinter kan, mungkin nanti lo suka."

Mendengar semua perkataan Febita, kepala Gilang seketika terasa berat. Ia pun menghela napas panjang untuk menenangkan diri.

''Kalo lo? Ke perpustakaan mau apa?"

''Cik, gue mau konser! Puas?" Gilang sedikit berteriak. Alhasil, pustakawati yang bernama Laila berdeham memberi isyarat peringatan 'jangan berisik'.

Mendengar isyarat tersebut, Gilang dan Febita menoleh. Mereka menunduk. Memberi balasan 'minta maaf'.

Laila pun tersenyum. Ia kembali mengerjakan sesuatu dengan komputernya.

''Konser ya? Pantes aja lo kasih tiket-nya ke dia," ujar Febita dalam hati sembari melihat surat yang tergeletak di meja Syifa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top