THE DANGEROUS TERRITORY
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk teman-teman yang menjalankan.
Selamah Waisak untuk teman-teman yang merayakan.
####
"Gimana bisa kenal Mia? Setahuku top management tidak bergaul dengan staf."
"Kebetulan saja. Waktu aku mulai kerja, Amia ditugaskan atasannya untuk membantuku." Gavin berjalan keluar bersama Adrien.
"Tempat itu terlalu berbahaya untuknya. Terlalu banyak lakilaki."
Gavin hanya tertawa menanggapi pendapat Adrien dan meloncat masuk ke mobilnya.
"Hari Minggu ikut anak-anak kantorku futsal. Jangan lupa." Adrien mengingatkan, yang dijawab dengan acungan jempol oleh Gavin, sebelum mobilnya meninggalkan halaman mantan teman serumahnya itu.
"Adiknya?" gumam Gavin.
Ada dua hal sangat penting yang dia ketahui hari ini. Hal penting pertama adalah Amia tidak punya pacar. Jadi Gavin tidak perlu mengkhawatirkan si pemilik SUV hitam. Karena SUV tersebut ada di sana. Milik kakaknya. Hal penting yang kedua, Amia adalah adik dari seniornya. Sebuah kenyataan yang terlalu buruk. Ini bukan dunia Harry Potter, film kesukaan kakaknya, di mana si Potter bisa mencium basah adik sahabatnya. Kalau Gavin melakukannya, sudah pasti Adrien akan membunuhnya. This is really dangerous territory.
Walaupun kenyataan baru ini tidak mengurangi ketertarikannya pada Amia—oh, man, she's cute today, dengan wajah bangun tidurnya—tapi status Amia yang merupakan 'adik dari teman baiknya' sedikit banyak akan berpengaruh pada jalan takdirnya.
Gavin tidak bisa melepaskan pandangan dari Amia, sejak Amia berjalan sambil mengucek mata menuju meja makan. Amia terlihat kaget ketika pandangan mereka bertemu, mata nya yang setengah mengantuk langsung membulat, menyadari keberadaan Gavin dan berlari masuk ke dalam lalu keluar lagi dengan versi yang lebih rapi.
Baru sekali ini Gavin merasa punya keinginan yang sangat menggebu untuk mengenal seorang gadis lebih jauh lagi. Tetapi masalah peliknya, bagaimana dia akan menyampaikan niatnya kepada Adrien? Akan seperti apa reaksi Adrien?
Sepanjang masa kuliah mereka, enam tahun mereka berteman, sudah banyak kebaikan dan kebejatannya yang diketahui Adrien. Termasuk sejarah teman tidurnya saat masih di Amerika dulu. Adrien tahu terlalu banyak. Jadi bagaimana bisa dia berani berharap untuk bisa berkencan dengan adik Adrien? Berapa besar kemungkinan Adrien akan mengizinkan Gavin mendekati Amia?
Gavin menginjak rem saat lampu menyala merah. Sejak tadi dia hanya menyetir sambil melamun. Sekarang dia sudah bukan lagi anak muda yang bersenang-senang meniduri gadis yang ditemuinya di lab mereka di Berkeley. Semua orang juga tahu Adrien juga bukan orang yang sangat alim. Tidak terlalu konservatif dan sesekali bersenang-senang. Bisa dibilang, dia dan Adrien hampir sama.
Tapi kali ini, jelas cara pandang mereka terhadap seorang wanita akan sangat berbeda. Karena wanita yang sedang menjadi objek ketertarikan Gavin adalah adik kesayangan Adrien. Sudah pasti dia dan Adrien berada dalam kubu yang berseberangan.
Gavin membawa mobilnya berbelok ke kanan. Dia tidak bisa menjaga pikiran fokus pada jalanan di depannya. Semua orang, termasuk Adrien, tidak ada yang tahu bahwa dia sudah tobat dan berhenti bermain-main sejak mulai bekerja di Dubai. Yang akan dia lakukan sekarang adalah memenuhi keinginan ibunya untuk mendekati gadis yang bisa dibawa pulang untuk dikenalkan sebagai calon istri dan diterima orangtuanya.
Kalau dia bisa membicarakan ini dengan Adrien secara baik-baik, bahwa dia sedang mencari hubungan jangka panjang—pernikahan—dan merasa bahwa dia dan Amia akan cocok, bisa jadi Adrien akan memberikan izin.
Sebelum dia melakukan usaha apa pun pada Amia, sebaiknya dia membicarakan ini dulu dengan Adrien. Supaya Adrien tidak merasa kecolongan karena teman baiknya diam-diam mengencani adiknya tanpa sepengetahuannya. Ditambah, Amia dan Adrien tinggal serumah, Gavin mungkin akan bertemu dengan Adrien saat menjemput dan mengantar Amia pergi dan pulang kencan atau saat Amia ingin mereka menghabiskan waktu di rumahnya.
Malah bukan tidak mungkin Adrien akan selalu mengawasi segala gerak-geriknya. Dari berpegangan tangan sampai berciuman . Isn't it creepy?
Belum tentu Amia mau denganmu, sebuah suara di kepalanya mengingatkan. Gavin tersenyum kecut menghadapi kenyataan itu. Damn straight. Amia bahkan tidak menunjukkan tanda- tanda ketertarikan padanya.
***
"Ada apaan nih?" Amia menoleh ke kanan dan ke kiri melihat semua orang panik berlarian menuju pintu keluar.
Ruangan tiba-tiba menjadi agak gerah. Layar komputernya mendadak gelap. Listrik padam? Tidak ada waktu yang lebih baik untuk bisa berkonsentrasi selain awal hari. Sejak tadi Amia mencurahkan pikirannya untuk mempelajari PPN dalam transaksi sewa guna usaha untuk proyek pembangkit listrik mereka yang baru, antara perusahaan ini dengan perusahaan penanaman modal asing. Ini merupakan kasus pertamanya, semenjak dia bekerja di sini dan dia tertarik untuk memahaminya. Kebiasaan Amia, dia selalu memilih melakukan tugas yang paling sulit di pagi hari, saat pikirannya masih segar.Tapi hari ini gangguan datang terlalu cepat. Baru jam berapa ini? Suara sirine meraung-raung di seantero gedung.
"Amia! Buruan!" Vara berteriak sambil berlari menenteng sepatu.
Dengan bingung Amia berdiri dan ikut berjalan keluar, kepalanya masih memproses apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya dia tidak perlu berpikir. Begitu ada suara sirine, langsung menuju salah satu assembly point* dan berkumpul dengan orang lain di sana. Vara sudah menghilang dari pandangan, ditelan satu gelombang besar orang.
Amia berjalan menuju tangga darurat dan melihat ada dua orang laki-laki tergeletak di sana. Satu satpam kantornya dan satu lagi engineer tambun bernama David.
"Ada apa sih?" Amia langsung panik ketika menoleh ke belakang dan ada orang memakai kupluk yang menutupi wajah mereka, berpakaian serba hitam dan memegang senjata laras panjang. Mereka bertiga menatap lurus ke arah Amia. Amia bertambah panik dan berderap menuruni tangga.
"Ada apa?" Amia berpapasan dengan dua polisi yang memakai rompi anti peluru dan memegang senapan.
Pertanyaan Amia tidak dijawab. Dua polisi itu terus mengendap- endap menaiki tangga. Dari jendela kaca di sebelah tangga, saat Amia bergegas turun ke lantai satu, Amia melihat tiga mobil pemadam kebakaran milik kantornya berjajar di sana. Tampak asap hitam mengepul dari arah gudang. Orang-orang berseragam gegana dengan peralatan lengkap bersiap mengepung gedung. Ini main-main atau apa?
"Aaaaaaaarggghhhhhh!" Amia salah memijak anak tangga dan tergelincir ke bawah.
Salah seorang petugas pemadam kebakaran melihatnya terguling-guling sambil menjerit dan langsung membawa tandu ke dalam, disusul satu temannya. Tanpa bertanya apa-apa mereka menaikkan Amia ke tandu dan membawanya berlari menuju salah satu assembly point.
Amia mencengkeram pinggiran tandu karena tubuhnya terguncang-guncang sambil menangis kesakitan. Sial sekali nasibnya hari ini.
"Am." Vara berlari mendekat ketika tandu Amia diturunkan. "Kenapa?"
"Jatuh." Amia meringis ketika merasakan pergelangan kakinya sakit sekali.
"Kok bisa sih?"
"Panik. Ketemu sama orang-orang aneh...."
"Yaelah, Am! Ini kan cuma simulasi." Vara malah tergelak.
"What?" Gara-gara simulasi saja kakinya cedera?
"Iya, simulasi terorisme."
"Kukira beneran. Niat amat sih." Memangnya ini film-film Hollywood di mana teroris membajak objek-objek vital di sebuah negara? Atau mungkin kantor milik pembangkit listrik termasuk objek vital negara? Amia kembali meringis saat Vara menyentuh kakinya.
"Pak!" Vara memanggil petugas kesehatan klinik di lantai satu. "Kaki Amia." "Kenapa?" Bagus bertanya.
"Terkilir." Amia menjawab.
"Bisa digerakkan?" Bagus berjongkok di depan kaki Amia yang masih berbaring di atas tandu, memperhatikan dengan saksama.
"Nggak bisa!" Amia menjerit frustrasi. Kepala semua orang menoleh ke arah Amia yang sedang menangis, menatap penuh rasa ingin tahu.
"Patah. Harus ke rumah sakit. Tunggu, aku panggil ambulans." Bagus begegas pergi.
"Var, gimana ini?" Amia menatap Vara putus asa.
"Aku temani ke rumah sakit."
Ambulans milik kantor mereka berhenti di dekat mereka dan Amia ditandu lagi masuk ke dalam. Ini memalukan. Amia menutup wajahnya. Baru kali ini ada korban terluka dalam simulasi yang diadakan kantornya. Sudah pasti dia akan menjadi bahan pembicaraan, atau tertawaan, selama sebulan ke depan.
####
Jika teman-teman menyukai cerita yang kutulis dan bisa dibaca gratis di sini, teman-teman bisa mendukungku dengan cara membeli salah satu bukuku: Geek Play Love(Dinar/Jasmine), The Danish Boss(Kana/Fritdjof), My Bittersweet Marriage(Afnan/Hessa), When Love Is Not ENough(Lilja/Linus), Midsommar(Mikkel/Liliana), Bellamia(Gavin/Amia) dan Daisy(Daisy/Adrien). Harga mulai dari Rp 25.000,-
Tersedia di: Toko buku, Shopee Ika Vihara(Bebas ongkir), Google Playstore
Atau WhatsApp aku di 0895603879876 juga boleh message di Instagram (at)ikavihara.
Terima kasih untuk tidak membeli buku/e-book bajakan, dengan begitu aku bisa terus melakukan riset untuk menulis lagi dengan pendapatan tersebut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top