9
Dona mengusap keringatnya. Kelelahan setelah selesai melakukan perform, dia beristirahat sendirian di backstage sembari meminum sebotol air mineral. Dona merasa puas karena penampilannya tadi cukup bagus. Reno juga bilang kalau produk mereka terjual cukup banyak berkat live barusan.
“Luar biasa."
Dona mendengar suara heels mendekat. Bella masuk ke tempat istirahatnya dengan senyuman mengejek. “Aku sampai hampir lupa kalau kamu sebenarnya cowok. Kamu benar-benar tampil sempurna di atas panggung tadi. Kalau aku tidak tahu lebih baik, aku mungkin percaya kalau kamu ini… cewek sungguhan.”
Dona hanya tersenyum kecil, meraih papan tulis kecilnya yang biasa digunakan untuk menghindari berbicara, lalu mulai menulis dengan spidol hitam. Ia mengangkat papan itu ke arah Bella:
“Terima kasih, Dok. Saya memang berbakat.”
Bella terkekeh membaca tulisan itu. “Bakat? Ini lebih dari sekadar bakat. Kamu berhasil menipu semua orang di ruangan tadi. Aku cuma penasaran…” Bella memiringkan kepalanya, memasang ekspresi penuh selidik. “Apa mungkin kamu ini sebenarnya transgender?”
Dona menatap Bella sebentar, seolah sedang menimbang-nimbang. Kemudian, ia menulis sesuatu di papan tulisnya lagi dan menunjukkan kepada Bella:
“Saya lelaki tulen, Dok, dan saya masih suka perempuan.”
Bella tertawa kecil, meski ia terkejut dengan jawaban jujur itu. “Oh, oke. Jawaban yang menarik. Tapi serius, Dona, menjadi dua orang sekaligus—Ramadona dan Bella Mooi—bukankah itu melelahkan?”
Dona mengangkat bahu sambil tersenyum, lalu menulis lagi di papan tulisnya.
“Kuncinya jangan mengeluh, Dok. Saya yakin jadi dokter kulit yang terkenal juga jauh lebih melelahkan.”
Percakapan itu awalnya terasa ringan, hingga Dona tiba-tiba mengubah topik pembicaraan. Ia menulis sesuatu yang membuat Bella terdiam sejenak.
“Dok, kenapa Dokter nggak melanjutkan karir jadi beauty vlogger? Dokter kan punya bakat besar.”
Ekspresi Bella berubah serius. Ia menarik napas, lalu menjawab dengan santai, “Aku sibuk dengan pekerjaanku. Jadi, itu nggak mungkin.”
Namun, Dona tidak menyerah begitu saja. Ia menghapus tulisan sebelumnya dan mulai menulis sesuatu yang baru di papan tulisnya.
“Sibuk itu soal prioritas, Dok. Kalau Dokter benar-benar ingin, pasti ada waktu.”
Bella menatapnya tajam. “Maksudmu apa?”
Dona tersenyum kecil, lalu menulis lagi.
“Kemarin malam, saya sekamar dengan Dokter. Saya lihat Dokter sore sudah tidur. Kalau Dokter mau, waktu itu bisa dipakai buat bikin konten.”
Bella membelalak, wajahnya langsung memerah karena merasa tersindir. “Oh, jadi sekarang kamu mengatur hidupku, ya? Kalau kamu bosan jadi Bella Mooi, mungkin kamu cocok jadi motivator,” katanya ketus.
Dona hanya memiringkan kepalanya, menatap Bella dengan senyum kecil yang tampak menyebalkan.
Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Bella berbalik dan meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. “Dasar menyebalkan,” gumamnya dalam hati.
Sementara itu, Dona hanya memandang punggung Bella yang menjauh, lalu tersenyum sambil menuliskan sesuatu di papan tulisnya untuk dirinya sendiri:
“Sarkasme adalah tanda perhatian, Dok.”
***
Dengerin ya guys kalau kalian senggang. Aku on air di RRI Pro Kediri hari ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top