34
Bella membaca pesan dari Kakeknya yang membuat heboh grup WhatsApp keluarga. Kakek akan memberikan saham P-Farma sebesar 5% untuk siapa pun yang mau mengadopsi bayi kecil itu. Bella jadi bertanya-tanya apa istimewanya bayi itu sehingga kakeknya menaruh perhatian seperti itu?
Para tetua tampak berkomentar kalau 5% terlalu besar hanya untuk seorang bayi yang tidak dikenal, tapi Kakek tampak tak peduli. Sementara yang muda-mudi tampak sudah kerepotan dengan anak-anak mereka sendiri. Bagaimana pun P-Farma adalah perusahaan yang dibangun dan dimiliki oleh Kakek sendiri. Jadi siapa pun tidak bisa menentang keputusannya.
Bella tersenyum kecil membaca chat di grup yang begitu ramai. Akhirnya karena penasaran, sebelum pulang dia melangkahkan kaki ke ruang bayi untuk melihat sendiri bayi yang membuat heboh keluarga besarnya itu.
Bayi cantik itu tertidur lelap di dalam box sembari mengigit jempolnya. Bella tertegun sejenak memandangi pipi gembul dan bulu mata bayi itu. Seketika Bella tahu mengapa Kakek menyukainya. Bayi itu terlalu mirip dengan nenek.
Entah mengapa Bella merasakan sesak di dadanya. Bayi cantik seperti ini ditelantarkan oleh orang tuanya.
"Kak Bella?"
Bella menoleh mendengar namanya dipanggil. Rupanya Aina yang berjalan menghampirinya. "Oh, kamu," jawabnya datar.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Jangan bilang kamu mau lihat bayi itu karena dia mirip kamu?" Aina menatap kakaknya penuh selidik.
Bella mendengus kecil. "Aku cuma lewat. Jangan berpikir aneh-aneh."
Aina tahu kakaknya terlalu angkuh untuk mengakui apa yang ia pikirkan sebenarnya. Namun sikapnya tak mampu menyembunyikan tatapan lembut yang diberikan Bella ke bayi itu.
Keduanya berdiri di samping inkubator, memandangi bayi yang tidur nyenyak. "Dia memang cantik, ya," ucap Bella akhirnya, meski nadanya tetap datar.
Aina mengangguk. "Ya, dia cantik. Mirip kamu."
"Jangan mulai," jawab Bella cepat, meski rona wajahnya berubah sedikit merah.
Beberapa detik hening. Kemudian Bella bertanya dengan nada yang jarang terdengar darinya-serius dan sedikit khawatir. "Apa kamu akan mengadopsi dia?"
Aina menggeleng. "Aku sedang hamil, Kak. Aku nggak bisa merawat dua bayi sekaligus."
"Lalu siapa? Apa ada keluarga yang mau mengadopsinya?"
Aina mengangkat bahu. "Aku nggak tahu. Kakek bilang dia berharap ada yang mau. Tapi semua orang di grup lebih tertarik pada saham daripada bayi ini."
Bella terdiam. Wajahnya yang biasanya keras dan angkuh tampak memikirkan sesuatu.
Aina memandangi kakaknya dengan bingung. Bella yang selama ini selalu mengatakan tidak suka anak-anak bahkan sering jutek pada keponakan mereka di acara keluarga, kini terlihat serius menatap bayi ini.
"Kenapa, Kak?" tanya Aina akhirnya.
"Tidak apa-apa," jawab Bella singkat, lalu pergi tanpa berkata lagi.
Namun langkah Bella yang perlahan, dan tatapan terakhirnya pada bayi itu, membuat Aina bertanya-tanya. Apakah mungkin Bella, yang selalu bersikap dingin dan tidak peduli, benar-benar memikirkan bayi ini?
***
Votes dan komen ya guys
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top