28

Dona menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Email yang baru saja masuk dari LPDP mengonfirmasi kabar yang ia nantikan-ia berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan PPDS sebagai dokter spesialis anak. Dona menarik napas panjang, mengucap syukur atas pencapaian ini. Impian masa kecilnya untuk membantu anak-anak yang terlantar seperti adiknya semakin dekat untuk diwujudkan.

Namun, kegembiraannya tak berlangsung lama. Saat membuka grup chat angkatannya, ia membaca pesan dari Dea

Dea_
Hai, teman-teman! Aku mau mengundang kalian ke acara pertunanganku minggu depan. Lokasinya di Hotel Prawirohadjo. Semoga bisa datang, ya!

Pesan itu disertai dengan foto Dea bersama seorang pria tampan, tersenyum lebar di sebelahnya. Pria itu, seperti yang Dona tahu, adalah sepupu Reno, suami Agmi. Dia juga cucu Profesor Sumarto Prawirohadjo, seorang tokoh terkemuka di dunia kesehatan.

Dona merasakan sakit di dadanya. Ia selalu menyimpan perasaan pada Dea, meskipun ia tahu itu hanya sebatas angan. Dea adalah sosok yang sempurna-cantik, cerdas, dan berasal dari keluarga terpandang. Sementara itu, Dona hanyalah seorang pria sederhana dengan latar belakang panti asuhan. Ia menunduk, mencoba menenangkan dirinya.

Demi mengalihkan perhatian, Dona membuka Instagram. Postingan baru dari Dokter Aina muncul di berandanya. Dokter Aina, adik Bella yang juga seorang influencer yang konsen pada topik parenting. Dona mengikutinya, karena menyukai konten Dokter itu, bukan karena dia bisa stalking Bella yang nggak punya akun Instagram. Sungguh bukan karena itu kok!

Dona memperbesar foto itu. Aina tampak bahagia mengenakan gaun pengantin sederhana, berdiri di samping suaminya, Habib, yang juga tersenyum lebar. Dona tahu sedikit tentang Habib, seorang guru matematika sekaligus tukang ojek online yang kini menjadi suami Aina. Banyak orang dulu mencemooh hubungan mereka, tapi Dona merasa kisah cinta itu menginspirasi.

Di foto tersebut, keluarga besar Aina terlihat mendukung. Ayah, ibu, dan Bella hadir di belakang pasangan itu. Wajah Bella, seperti biasa, terlihat dingin dan tanpa senyum. Dona tersenyum kecil. Dokter Bella memang tak pernah berubah. Tetap saja jutek dan susah didekati.

Pernikahan Aina dan Habib mengingatkan Dona pada banyak rumor di RSUD tempat ia dulu internship. Orang-orang menyebut Habib sebagai "Cinderella pria" karena berhasil menikahi perempuan dari keluarga terpandang meskipun status sosial mereka jauh berbeda.

Dona merenungkan kisah itu. Habib dan Aina saling mendukung, tidak peduli latar belakang mereka. Habib yang sederhana, pekerja keras, dan berpendidikan baik telah memenangkan hati Aina. Kisah mereka membuat Dona berpikir bahwa cinta tidak selalu tentang status atau harta, tetapi tentang saling melengkapi.

Namun, pikiran Dona kembali terusik ketika ia mengingat wajah Bella di foto itu. Wajah yang selalu dingin, tapi Dona tahu kalau sebenarnya Bella adalah orang yang hangat.

Dona menarik napas panjang. Hidup terus berjalan. Dengan beasiswa LPDP di tangan, ia kini bisa melangkah lebih jauh untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dokter spesialis anak. Meski hatinya sedikit patah karena Dea akan menikah dengan orang lain, ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang.

Dan entah kenapa, sosok Bella kini muncul lebih sering dalam pikirannya. Dalam hatinya Dona berharap agar dia tidak lagi terjebak lagi di dalam friedzone, karena sama seperti Dea, tampaknya Bella juga hanya menganggapnya tak lebih dari teman saja.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top