17

Chapter: Perjalanan ke Rumah Kakek

Di dalam mobil, Bella duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi serius, sementara Dona di sebelahnya memandang jalan dengan gugup. Perjalanan ke rumah Prof. Sumarto terasa seperti perjalanan menuju ujian hidup, terutama bagi Dona yang merasa tidak tahu apa yang akan dihadapinya.

"Jadi, kalau Kakek nanya soal latar belakang keluargamu, kamu jawab apa?" tanya Bella tiba-tiba, memecah keheningan.

Dona berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku jawab yang sebenarnya aja, kalau aku anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan."

Bella meliriknya sekilas, alisnya sedikit terangkat. "Yatim piatu, panti asuhan... lumayan unik sih latar belakangmu."

Melihat Bella yang tidak segera menanggapi lebih jauh, Dona merasa ragu. "Apa aku salah jawab? Harusnya aku karang cerita kalau aku lahir dari keluarga biasa aja?" tanyanya hati-hati.

Bella mendengus kecil. "Nggak perlu. Kakekku suka banget nonton drama Korea. Malah mungkin dia bakal kagum dengar kisahmu yang penuh perjuangan. Lebih autentik."

Dona tersenyum lega. "Oke, kalau begitu."

Bella melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, "Terus, kapan pertama kali kita ketemu dan jatuh cinta?"

Dona berpikir sejenak, lalu menjawab dengan nada dramatis, "Kita pertama kali ketemu di lift. Waktu itu, lift-nya penuh banget. Kita berdiri berdesakan, dan waktu itu... kita saling jatuh cinta."

Bella melirik Dona dengan ekspresi geli. "Cinta di lift? Klise banget ceritamu, Don."

Dona hanya tertawa kecil. "Ya, kan harus yang gampang diingat. Lagian, siapa tahu Kakekmu suka cerita yang romantis ala drama Korea."

Bella menggeleng, tapi akhirnya mengangguk. "Oke, kita pakai cerita itu."

"Terus, kalau Kakek nanya, kamu ngapain pagi-pagi di apartemenku?" lanjut Bella.

Dona dengan cepat menjawab, "Aku jawab aku mau pinjam buku soal-soal UKMPPD. Kan waktu itu aku memang bawa buku-buku itu keluar dari kamarmu."

Bella tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk lagi. "Logis. Jawaban itu aman."

Sesampainya di rumah Prof. Sumarto, mereka segera disambut oleh kakek Bella yang tampak antusias melihat mereka datang bersama. Prof. Sumarto memulai percakapan dengan pertanyaan yang sudah Bella duga sebelumnya, menanyakan latar belakang Dona, bagaimana mereka pertama kali bertemu, hingga apa yang dilakukan Dona pagi-pagi di apartemen Bella.

Dona menjawab semuanya dengan lancar sesuai briefing di mobil, membuat Bella cukup lega. Tapi pertanyaan terakhir dari sang kakek membuat mereka berdua sedikit terkejut.

"Jadi, siapa yang nembak duluan?" tanya Prof. Sumarto dengan senyum penuh arti.

Dona, yang tidak sempat membahas ini sebelumnya dengan Bella, menjawab asal, "Bella yang nembak duluan, Kek."

Bella langsung mendelik kesal ke arah Dona, tapi tidak mengelak. Dengan senyum kaku, ia meminta izin ke toilet untuk menenangkan diri.

Setelah Bella pergi, Prof. Sumarto menatap Dona dengan pandangan lembut. "Dona, aku minta tolong ya, kamu jaga Bella baik-baik."

Dona mengangguk pelan. "Pasti, Kek."

Kakek Bella melanjutkan dengan nada lebih serius. "Sejak kecil, Bella punya trauma berat. Ayahnya ninggalin dia dan ibunya untuk hidup sama selingkuhannya. Dia jadi sulit percaya sama laki-laki. Tapi aku bisa lihat, kamu beda. Dia percaya sama kamu."

Dona terdiam, kata-kata kakek Bella menggema di kepalanya. Ia jadi teringat pada malam saat Bella tertidur di hotel, mengigau memanggil ayahnya untuk tidak pergi. Rasa simpati dalam hati Dona semakin dalam.

Ketika Bella kembali ke ruangan, Dona menatapnya dengan perasaan baru. Bella mungkin terlihat dingin dan keras di luar, tapi di dalamnya, ia adalah seseorang yang terluka. Dan Dona tahu, ia harus memenuhi janjinya pada Prof. Sumarto untuk menjaga Bella, meskipun hubungan mereka hanya pura-pura.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top