11

Pagi itu, ruang rapat di kantor pusat Reno tampak dipenuhi aura profesional, meskipun satu sosok berdandan sedikit mencolok. Dona, yang kali ini mengenakan outfit khas Bella Mooi—gaun pastel dengan detail pita besar dan make-up flawless—tampak anggun dan percaya diri. Di tangannya, papan tulis kecil yang selalu setia menemani, menjadi alat komunikasi andalannya untuk menyembunyikan suara ngebass-nya.

Reno, duduk di ujung meja, membuka diskusi. “Jadi, kita butuh strategi promosi yang benar-benar bisa menarik perhatian target market kita. Bella Mooi, kamu punya ide?” tanyanya sambil melirik Dona.

Dona langsung mencoretkan beberapa kata di papan tulisnya: “Video transisi sebelum-dan-sesudah.” Lalu, dia menjelaskan lebih lanjut dengan tulisan tambahan, “Tantangan ini cocok di TikTok dan Instagram. Fokusnya adalah menunjukkan perubahan nyata kulit setelah memakai produk kita.”

Reno mengangguk, matanya berbinar. “Menarik. Kalau begitu, bagaimana kalau kita tambahkan hadiah liburan ke Thailand bersama Bella Mooi?”

Mata Dona sedikit membesar. Dia buru-buru menuliskan di papan: “Target market kita cewek, ya? Mungkin lebih laris kalau hadiahnya makan malam dengan Dokter Reno yang ganteng.”

Reno tertawa kecil, tapi cepat-cepat menggeleng. “Istri saya, Agmi, bakal meledak kalau dengar itu. Jadi, ide lain?”

Bella, yang selama ini hanya duduk menyimak di sisi ruangan, tertawa pelan. “Aku setuju sih, hadiahnya harus lebih relevan. Tapi aku penasaran, kenapa kamu masih pakai papan tulis, Mooi?” tanyanya, menahan senyum karena tahu alasan sebenarnya.

Dona hanya mengangkat bahu, pura-pura sibuk menulis ide lain di papan: “Webinar tentang mitos dan fakta skincare. Dokter Isabella sebagai narasumber.”

Bella membaca tulisan itu dan mengangguk. “Bagus. Edukasi seperti ini penting untuk membangun kepercayaan konsumen.”

Dona kemudian menuliskan serangkaian ide tambahan: “Roadshow ke kota-kota besar, kolaborasi dengan influencer lokal, dan charity untuk anak-anak yatim piatu.”

Reno tampak semakin terkesan. “Aku suka semua idenya. Charity untuk yatim piatu itu sangat bagus, apalagi jika dikaitkan dengan misi sosial merek kita.”

Bella, yang biasanya lebih kritis, mendapati dirinya justru kagum. “Dona, eh, maksudku Bella Mooi, kamu cukup pintar juga, ya.”

Dona, yang membaca pujian itu, tersenyum puas. Dia menuliskan di papan: “Tentu saja, aku ini multitalenta.”

Bella tertawa kecil, sementara Reno hanya menggelengkan kepala. “Benar-benar totalitas. Aku nggak tahu harus kagum atau heran sama kamu,” kata Reno, separuh bercanda.

Pertemuan itu berakhir dengan semua rencana mulai terstruktur. Dona, meskipun merasa lelah karena harus menjaga penampilannya sebagai Bella Mooi, merasa senang. Dia berhasil menyumbangkan ide-ide kreatif yang membuat kampanye ini lebih menjanjikan.

Saat keluar dari ruang rapat, Bella berjalan di sampingnya dan berbisik, “Kamu ini jenius, Dona. Tapi, suara ngebass-mu itu tetap bikin aku geli.”

Dona hanya tersenyum miring dan menuliskan di papan: “Aku tahu, Dok. Tapi itu rahasiamu dan aku, ya.”

Bella hanya menggeleng sambil tertawa kecil. “Rahasia? Sepertinya kamu lupa, aku suka membongkar rahasia.”

Dona menatapnya dengan mimik bingung tapi tetap berjalan santai. Entah kenapa, ada sesuatu yang membuat Bella dan Dona sama-sama menikmati dinamika kecil mereka ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top