03 - Fake Boyfriend

Saat aku mulai
menginginkan sesuatu,

Aku akan mendapatkannya
bagaimanapun caranya.


~Levi Ackerman


Semua pasang mata tertuju pada dua orang yang saat ini tengah bergandengan tangan. Sesekali si pria memeluk gadisnya posesif. Seakan mengatakan jika gadis ini adalah miliknya seorang.

Beberapa dari orang yang melihatnya memasang wajah marah, kesal dan juga iri. Tapi ada juga yang senang. Salah satunya adalah Oluo, sahabat Petra.

Yup benar, pasangan itu adalah Levi dan Petra. Ini terjadi karena perjanjian konyol yang mereka buat kemarin malam. Seandainya waktu bisa diputar, pasti semua ini tidak akan terjadi.


Flashback on

"Karena kau bersikeras untuk tetap kuliah. Maka kau akan menjadi pacar palsuku."

"Apa?!!"

Tuhan, apalagi cobaan yang Engkau berikan kepada Petra? Dia hampir gila dibuatnya.

"Tapi kenapa?"

"Aku tidak ingin kau kabur."

"Tapi kita berbeda fakultas kau ingat?"

Levi meminum sedikit dari teh hitam di hadapannya. Ekspresi puas terlihat di wajah tampannya.

"Ya, tetap saja bukan? Bagaimana kau mau?"

"Tidak. Tunggu apakah kau akan mengancamku menggunakan Oluo?"

"Tidak. Tapi aku akan mengamcammu dengan kau tidak bisa kulaih lagi."

Ancaman macam apa itu? Tidak masuk akal. Bagaimana seseorang bisa mengeluarkan seseorang dari universitas tanpa alasan yang jelas. Itu hal yang mustahil. Kecuali orang itu kaya.

"Ha, aku tidak bisa kuliah lagi? Kau memang orang kaya yang suka mengancam. Kau hanya bisa menggunakan uangmu. Benar-benar payah," kata Petra penuh dengan makian.

Levi hanya memasang wajah datarnya seakan tidak peduli apa yang dikatakan pembatu pribadinya.

"Kau menerimanya?"

"Tidak!"

"Baiklah, kau tidak akan bisa kuliah besok."

Pria itu mengambil handphonenya. Mencari nomor seseorang kemudian meneleponnya. "Halo?"

Petra yang mendengar hal itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Levi berada.

"Tunggu, aku menerimanya."

Ekspresi kepuasan sekali lagi terlihat di wajah pria beriris obsidian itu. Dengan segera ia mematikan sambungan teleponnya.

"Gadis pintar."

"Tapi ini hanya sandiwara kan?" tanya Petra memastikan.

"Tentu saja. Aku tidak ingin berpacaran dengan gadis tomboy dan urakan sepertimu. Kau boleh pergi sekerang."

Gadis itu tidak terima dikatai seperti itu. Walaupun memang itu kenyataannya. 

"Dasar sinting," ucapnya seraya menutup pintu dengan cara dibanting. Suara tawa terdengar kemudian.

Petra tidak tahu jika tadi Levi hanya bercanda. Dia tidak akan sekejam itu mengeluarkan seseorang dari universitas tanpa alasan yang jelas. Tadi dia hanya berpura-pura menelepon seseorang.

Sepanjang perjalanan kembali ke dapur, kalimat makian untuk Tuan Muda terlontar dengan lancar melalui mulutnya.

Flashback off


Dapat dilihat jika saat ini wajah Petra memerah seperti kepiting rebus. Perasaan malu dan kesal bercampur aduk di dalam dirinya. Ini adalah momen paling memalukan yang terjadi dalam hidupnya.

Mereka berdua sampai didepan kelas Petra. Levi melepaskan gandengannya dan mengusap lembut kepala Petra. Sebelum pergi meninggalkannya, Levi membisikkan beberapa kalimat ke telinga Petra.

"Ini hanya sebuah sandiwara ingat?"

Petra membalasnya dengan senyuman yang sulit untuk diartikan. "Tentu saja," jawabnya dengan sinis.

Pria itu meninggalkan gadisnya menuju ruang kelas. Petra mengepalkan kedua tangannya kemudian berjalan menuju kursinya dan duduk. Hancur sudah mood-nya pagi ini. Jika orang lain akan dengan senang hati menjadi kekasih dari Levi Ackerman, maka dia dengan berat hati melakukannya. Mood-nya tambah hancur saat tiba-tiba Oluo datang menghampirinya. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tak mungkin Petra jawab jujur.

"Sejak kapan kau menjadi pacarnya? Aku turut senang."

Sejak perjanjian konyol malam itu, batin Petra.

"Itu, sejak kemarin." Gadis itu sedang berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja. Ya walaupun jauh dari kata itu.

"Ini berarti doaku terkabul. Dimana kalian bertemu?"

Sialan memang. Kenapa kau berdoa seperti itu bodoh? Kami bertemu saat dia menculikku dan menjadikanku pembantu pribadinya, batin Petra lagi.

"Kemarin sehabis aku pulang dari cafe," ucapnya berbohong untuk ketiga kalinya.

"Bagaimana caranya melamarmu?"

"Itu, tidak bisa kujelaskan."

"Lalu-"

"Sudahlah Oluo. Sebentar lagi dosen akan datang. Sebaiknya kau diam dan perhatikan."

Oluo mengcurutkan bibirnya kesal. Apa boleh buat, dosen sudah datang dan dia harus memperhatikan.


***
Deru mobil membelah jalanan kota Berlin. Mobil BMW hitam itu dikemudikan oleh seorang Tuan Muda yang hobinya menculik gadis kemudian mengancamnya. Ralat, menculik gadis yang salah.

Gadis yang berada di sampingnya sedari tadi hanya memandang keluar jendela.

"Cepat ambil barangmu dan segera kembali ke mobil."

Petra menolehkan kepalanya ke Levi. "Memang kita mau kemana?"

"Rumahmu."

Petra terkejut. Rumahnya? Memang Levi tahu rumahnya? Ah~ dia ingat sekarang. Orang yang menyuntikkan obat tidur ke lehernya adalah Levi sendiri.

Petra mendengus kesal. Rasa bencinya kepada Levi semakin bertambah, semakin banyak. Seharusnya saat ini dia pergi ke pusat perbelanjaan bersama temannya, menonton acara favoritnya serta hal menyenangkan lain yang dilakukan oleh remaja. Bukannya malah menjadi pembantu pribadi Tuan Pendek!

Mobil Levi berhenti di depan rumah Petra. "Cepat turun dan ambil barang yang kau perlukan." Petra turun dari mobil Levi kemudian menutup pintu mobil dengan membantingnya. Levi yang melihat kelakuan Petra hanya geleng kepala.

Saat Petra akan membuka pintu rumahnya, rupanya terkunci. "Ah sial, pasti kuncinya ada pada Levi," ucap Petra seraya menepuk jidatnya. Baru saja ia akan berbalik, kepalanya menubruk tubuh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Levi. Dengan cepat menahan pinggang Petra agar gadis itu tidak jatuh.

"Ihh, lepaskan aku!"

"Nanti kau jatuh."

"Biarin."

"Ya sudah."

Menuruti permintaan Petra, Levi pun melepaskan tangannya yang menahan pinggang Petra. Dan yang terjadi kemudian pastilah Petra terjatuh.

"Aduhh!!" katanya sambil mengusap bokongnya. Sementara orang yang menjatuhkannya malah nyelonong masuk ke rumah Petra tanpa permisi. Mentang-mentang situ yang pegang kunci jadi bisa masuk rumah orang sembarangan? Cih, menyebalkan.

"Dasar cowok tidak peka!" teriak Petra pada Levi kesal.

Levi berbalik arah dan mulai berjalan ke arah Petra yang masih duduk kesakitan di teras rumah. "Apa?" tanya Petra dengan nada yang ketus. Di luar dugaan Petra, Levi menjulurkan tangannya guna membantu Petra berdiri. Dengan terpaksa Petra menerima uluran tangan Levi.

"Nah, sekarang ambil barangmu. Karena lusa kita berangkat."

"Ya, ya, ya, terserah padamu."

Levi hanya terkekeh mendengar omongan gadis itu. Belum pernah seumur hidup dia bertemu dengan gadis yang sangat berani padanya. Belum pernah. Garis bawahi itu.

Apakah aku mulai tertarik padanya?

Hai, vote dan komen ya minna. Maaf kalo ada typo, masih pemula. Hehee

See ya😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top