Chapter 29
Setelah mendapatkan pesan dari si peneror, Ataya cenderung menjadi seorang yang pendiam dan juga sering kali mengurung diri di kamar. Di sekolah pun dirinya tidak banyak berbicara termasuk pada Ghina dan juga Trian.
Ataya terus saja menghindar dengan alasan kalau dirinya ingin istriahat, bahkan saat Ghina ingin mentraktir dirinya pun, Ataya tetap menolak. Hal tersebut sangatlah bertolak belakang sifat asli Ataya.
Di rumah, Ataya juga jarang sekali bergabung bersama keluarganya, dirinya hanya akan keluar saat jam makan tiba, itupun hanya untuk mengisi perutnya saja, selebihnya Ataya banyak diam dan juga jarang sekali tertawa atau tersenyum jika ada beberapa lelucon saat di meja makan.
Setelah makan selesai, Ataya akan kembali mengurung diri. Sikap Ataya saat ini berhasil membuat semua orang yang berada di rumah menjadi khawatir padanya, sampai-sampai Hasnah menanyai Pak Felix dan juga beberapa teman dekat Ataya termasuk Ghina, tapi tak ada satupun dari mereka yang mengetahui alasan dibalik perubahan Ataya yang sangat drastis itu.
- - -
Untuk saat ini Ataya juga jarang sekali membalas atau menjawab telepon dari Canavaro yang hampir setiap hari terus saja menanyakan kabarnya.
Apa lo udah gak percaya lagi sama gua? (Canavaro)
Pesan yang baru masuk tersebut berhasil membuat perasaan Ataya semakin bercampur aduk, dirinya tak tau harus berbuat apa, pikirannya berhasil dibuat kacau oleh si peneror yang sampai sekarang belum Ataya ketahui pasti apa motifnya dibalik semua pesan yang ia kirimkan padanya.
Kamu harus tau Honey, di dunia ini itu, tidak enak hidup seorang diri? (Unknow)
Honey ... kamu harus tau rasanya kehilangan orang yang paling kamu sayang, yang paling kamu percaya, juga yang paling mengerti akan dirimu seorang (Unknow)
Ataya sebenarnya tidak mengerti maksud si peneror, apa maunya? kenapa dia selalu memberikan pesan yang bahkan tidak bisa dimengerti oleh Ataya sama sekali?
Honey, kamu ini orang yang sangat egois. Kenapa bisa orang secantik kamu? (Unknow)
Lupakan ... penampilan memang selalu saja menipu (Unknow)
Aku lupa mengucapkan selamat atas lahirnya monster seperti dirimu (Unknow)
Ingatlah satu hal honey, kemanapun kamu pergi ... kamu takkan pernah bisa lepas dari genggamanku, kamu harus membayar semuanya atau akan aku buat kamu merasakan apa yang aku rasakan sekarang. (Unknow)
Tak lama kemudian si peneror mengirimkan beberapa foto perempuan yang sama lagi. Terkadang di saat Ataya berusaha mengesampingkan rasa takutnya, untuk melihat foto perempuan tersebut, sepertinya Ataya mengingat sesuatu, tapi otaknya seolah menolak semua ingatannya itu. Semua itu berhasil membuat mental Ataya terganggu saat ini.
"Ah ... kenapa semuanya jadi begini?!" teriak Ataya berusaha menumpahkan semua perasaannya dibalik bantal yang ia taru tepat di wajahnya.
Ia tak mau suaranya terdengar sampai keluar kamarnya. Meski Ataya sedang tidak merasa baik, tapi ia tidak sekalipun ingin membuat keluarganya khawatir padanya.
Keluar sekarang, penting! (Trian)
Gua lagi gak enak badan, mau ngapain, si?! (Ataya)
Gak usah banyak alesan, cepet! (Trian)
Ataya segera menghapus air matanya, ia tak mau semua orang tau kalau dirinya habis menangis.
Saat akan keluar, Ataya melihat Judan dan juga Hasnah sedang duduk di ruang tamu bersama Ghina dan juga Trian.
"kenapa?" tanya Ataya menggunakan bahasa isyarat pada Trian.
Tak lama Judan melihat ke belakang, tepat kepada Ataya. "Taya ... sini kemari," ucap Judan meminta putri bungsunya itu untuk duduk disampingnya.
Ataya yang tidak tau apa-apa, dirinya hanya bisa menurut saja.
"Kamu ini kalau ada masalah bilang dong sama ayah, sama bunda. Jadi kita gak khawatir seperti sekarang," ucap Judan yang tiba-tiba saja mengelus puncak kepala Ataya.
"Taya dengarkan bunda, semua masalah, apapun masalahnya itu pasti akan ada penyelesaiannya," ucap Hasnah.
Mendengar hal tersebut, Ataya mulai mengerti, tak seharusnya ia memendam semuanya sendiri, ia masih memiliki keluarga yang mau bagaimanapun takkan pernah meninggalkan dirinya.
Sepertinya sudah saatnya Ataya terbuka mulai sekarang, ia tak boleh terus terlena dengan rasa takutnya itu.
Ataya mulai menangis sejadi-jadinya, mengapa dirinya bisa bodoh seperti sekarang?
Judan dan Hasnah langsung memeluk putrinya tersebut. "Sudahlah Taya, kamu itu masih muda, putus cinta itu hal yang biasanya sayang," ucap Hasnah yang berhasil membuat tangisan Ataya berhenti.
"Mak ... maksudnya?" tanya Ataya yang masih mencoba memahami situasi.
"Dengarkan ayah Taya ... ayah saja selalu berusaha untuk selalu membuat kamu tersenyum, bagaimanapun caranya ayah akan berusaha untuk selalu membuat kamu bahagia, ayah tak mau kamu sedih seperti sekarang," ucap Judan.
Ataya masih tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi?
"Laki-laki yang hanya bisa menanyikiti hati anak ayah, ayah takkan pernah memaafkan orang tersebut!" tegas Judan. "Lupakan saja laki-laki seperti itu, masih banyak laki-laki baik yang menyukai anak ayah!"
Tunggu? kenapa? apa? batin Ataya yang masih belum mengerti atas apa yang sedang terjadi di sini.
Kenapa tiba-tiba mereka berkata seperti itu, sebenarnya apa yang mereka pikirkan?
"Ma--"
"Udahlah Taytay ... lo gak boleh gini terus, lo tau di diemin sama lo tuh rasanya sakit tau, gak!" sela Ghina yang tak mau rencananya gagal.
Trian dan Ghina terus saja memberika kode kalau Ataya harus mengikuti alur rencana mereka saat ini dan Ataya yang masih bingung, dirinya hanya bisa mengangguk saja seolah mengerti apa yang harus ia lakukan saat ini.
- - -
Setelah melewati drama yang besar, akhirnya sekarang Trian dan Ghina berhasil membawa Ataya keluar dari rumahnya.
Sekarang mereka bertiga ada di rumah Trian saat ini. Trian sudah bilang pada orang tua Ataya kalau mereka akan berusaha menenangkan Ataya.
"Maksud kalian apa, si?!"
Tanpa jawaban Ghina justru langsung menampar sahabatnya itu.
PLAK
"Taytay, sadarlah mau sampai kapan kamu menyembunyikan semuanya?!" teriak Ghina.
Ataya benar-benar terkejut, dirinya tak percaya kalau Ghina marah padanya.
"Gua udah bilang sama lo, jangan pernah ada yang disembunyiin diantara kita, apapun masalahnya, lo harusnya cerita sama gua!"
"Ghina?" Ataya masih merasa bingung.
Trian tau kalau Ghina pasti akan marah pada Ataya, tapi kalau semua dibiarkan berlanjut, maka keduanya bisa saja beratem dengan alasan saling kecewa. Dan Trian tak mau semua itu terjadi.
"Kalian bisa diem gak, si?!" teriak Trian yang berhasil membuat kedua perempuan tersebut terdiam. "Ini rumah gua, jadi kalian harus turutin perkataan tuan rumah. Kita di sini untuk menyelesaikan masalah yang ada, bukan untuk menambah masalah yang baru lagi, ngerti!" tegas Trian.
Mereka berdua langsung berhenti dan memilih tempat duduk masing-masing.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua, sampai bawa gua ke sini?" tanya Ataya yang masih belum tau apa yang mereka inginkan. "Udah gitu pake embel-embel gua abis diputusin pacar lagi."
"Gini loh Tay, sebenarnya gua sama Ghina bawa lo kemari, karena ingin membicarakan soal teror yang lo terima akhir-akhir ini," jelas Trian.
"Kalian tau dari mana?" Ruat wajah Ataya berubah menjadi tampak tidak suka.
Gua gak mungkin bilang kalau gua tau karena gua nguping, bukan? batin Trian.
"Lo gak perlu tau kita tau dari mana, intinya kenapa lo gak cerita sama kita kalau lo punya masalah serius begitu?" timpal Ghina.
"Gua harus taulah, kalian tau dari mana!"
"Kenapa si lo gak to the point aja, kenapa meski harus disembunyiin?!"
"Emang lo pikir ini mudah bagi gua! gak Ghin! kalau lo gak tau masalahnya mending lo gak usah ikut campur urusan orang!" tegas Ataya.
"Justru karena gua tau masalah lo, jadi gua ikut campur!"
"Apa yang lo tau, hah?!"
Ghina langsung menunjukkan saat terakhir kali si peneror menelpon ke handphonenya saat Ataya masih belum mau menggunakan handphonenya.
"Gua bukan orang bodoh Taytay! emang gua gak ngedenger waktu lo di telepon sama si peneror?!" ucap Ghina. "Gua denger semuanya Tay," lanjutnya.
Ataya hanya terdiam saja, entah mengapa ia merasa tidak suka kalau keduanya mengetahui masalahnya begitu saja, yang membuat dirinya tidak suka, karena sekarang mereka pasti akan terlibat, hal yang sebisa mungkin Ataya hindari, tapi nyatanya tidak bisa.
"Tay ... kita bukan mau ikut campur urusan lo, gua gak tau pasti kenapa lo bisa di teror kaya gitu, tapi liat sikap dan tingkah lo itu, gua rasa semua itu gak wajar!" ucap Trian.
"Iya terus dengan gua cerita ke kalian, emang semua masalah bisa selesai begitu aja? justru kalau kalian tau, masalah ini akan semakin berat di guanya, gua masih gak tau apa motif si peneror tiba-tiba neror gua, sekarang di saat kalian sudah tau, apa yang bisa kalian lakuin untuk gua?" ucap Ataya berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja jika dirinya memang harus menghadapi semuaya sendiri.
"Paling gak, lo gak harus ketakutan kaya sekarang Tay," jawab Ghina.
"Terus sekarang apa yang bisa kalian lakuin?!"
Tak lama Ataya berkata seperti itub tiba-tiba saja handphone berbunyi, menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Ataya Chairani, Terandra Reano dan Ghina Elaine (Unknow)
Lakukanlah sesuka kalian, apa yang kalian tau tentang diriku (Unknow)
Apapun itu, akan aku pastikan kalian akan membayar apa yang pernah terjadi (Unknow)
Ataya sengaja tidak membuka pesan tersebut, dirinya hanya membaca di notifikasi tampilan awal handphonenya.
"Sekarang, kalian juga ikut terseret ke masalah ini," ucap Ataya.
TBC ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top