Chapter 23

Karena melihat keadaan Ataya yang sedang tidak baik, Trian memutuskan untuk membawa sepupunya itu pergi ke rumahnya terlebih dahulu untuk bisa menenangkan dirinya. Karena kalau di rumah, sudah bisa dipastikan kalau sepupunya ini pasti akan mengurung diri di kamar. 

"Kenapa lo bawa gua ke rumah lo?" tanya Ataya tampak curiga. 

"Mau gua kurung lo di rumah!" jawab Trian yang baru saja turun dari motornya. "Udah cepet masuk, jangan pikir macem-macem, gua sepupu lo, inget itu!" tegas Trian. 

Ataya merasa sedikit tersingung dengan perkataan Trian, meskipun mereka ini sepupuan, bukankan Trian juga merupakan laki-laki yang justru di usianya ini sangat mudah berpikir soal-soal 18++, mungkin.  

Tunggu ... kenapa kesannya gua jadi ngeres, ya? Ataya mulai berpikir yang macam-macam. 

Seketika hayalan Ataya mulai mengarah ke hal-hal yang tidak jelas, seperti di mana saat ia melihat Trian tanpa busana atas, atau hanya pakai yang menurutnya terlalu terbuka. Dan lagi Ataya mulai membayangkan bentuk tubuhnya ketika sepupunya sedang mandi. 

"Lo mau masuk, atau mau diem aja di sana?!" tanya Trian, sambil terus memperhatikan sepupunya yang mulai eror kembali. 

Lagi, Ataya melihat smirk di wajah Trian, seolah Trian sedang membujuknya untuk melakukan hal yang tidak-tidak saat mereka sedang berdua saja di rumah. 

"Taytay!" teriaknya yang langsung menyadarkan Ataya kembali ke dunia nyata. "Jangan mulai gila deh lo, walaupun mungkin di mata lo gua bobrok, tapi gua tau yang namanya batasan! kita ini sepupu Taytay!" tegas Trian sekali lagi. 

Berbeda dengan pemikiran Ataya. Meskipun mereka sepupu, tapi sebenarnya mereka ini adalah sepupu jauh. Silsilah yang sebenarnya adalah tante Hasra ini sebenarnya adik tiri dari bundanya. Jadi bisa dikatakan meskipun mereka dekat, tapi mereka tetaplah saudara yang jauh, begitulah menurut Ataya. 

Dan lagi yang lebih penting adalah, setan itu banyak ada di mana-mana, siapa yang tau kalau mereka tiba-tiba dirasuki dan melakukan hal yang diluar dugaan. 

Trian sudah mulai jengkel, bisa-bisanya sepupunya sendiri tidak percaya pada dirinya. 

"Kalau lo mau pulang, lo tau di mana letak pintu keluar, bye!" ucap Trian yang langsung menutup pintu rumahnya. 

"Tunggu!" ucap Ataya. "Tega banget lo sama gua! masa ninggalin gua sendirian di teras!"

"Lo dari tadi udah gua suruh masuk T*i!" dumel Trian. 

"Apa lo bilang?!" Ataya bisa mendengar ocehan Trian, bisa-bisanya dia mempelesetkan namanya dengan sebangsa kotoran. 

"Yaudah lo jadi mau masuk atau gak?! kalau mau pulang, pulang aja sendiri!" tegas Trian. 

Ataya merasa tidak diperlakukan dengan adil, tugas Trian adalah mengantar dirinya sampai rumah, meski rumahnya sendiri masih bisa dijangkau dengan jalan kaki. 

Ataya memilih untuk masuk, meminta keadilan yang harusnya ia dapatkan. "Gua masuk!" dirinya langsung masuk dan terus saja memperhatikan Trian yang masih memegang pintu. 

Sedangkan Trian, dirinya sudah benar-benar kepanasan karena tingkat Ataya. Niat hati mau nolongin supaya dia tenang, tapi gua malah menghilangkan ketenangan yang ada di rumah ini! Batin Trian. 

Ataya hanya duduk saja, dirinya sudah lama sekali tidak ke rumah ini, dan lagi rumah ini memang sudah lama kosong, seperti yang ia pikirkan, siapa yang tau kalau-kalau rumah tersebut ternyata sudah ditempati banyaknya setan yang berkeliaran. 

"Rumah ini udah di bersihin lagi, jangan jadi penakut napa!" ucap Trian sambil menaruh segelas jus jerus di atas meja. 

"Iya! lagian siapa yang penakut?" bantah Ataya. 

"Muka lo mengekspresikan kalau lo ini sedang ketakukan, tau!" jawab Trian. "Udahlah, terserah lo dah, gua mau mandi dulu." Trian langsung pergi meninggalkan Ataya seorang diri. 

Kali ini Ataya tak mau berpikiran yang macam-macam, mau bagaimanapun Trian tetaplah sepupunya titik tidak ada koma. Lagipula di rumahnya mereka tidak benar-benar berdua, tapi ada juga Bi Sarah yang sekarang ini sedang keluar sebentar untuk membeli sesuatu. 

Karena bosan, Ataya mulai berkeliling rumah, rumah ini memang terbilang sangatlah besar untuk ditempati dua orang. Ataya ingat dulu pernah kemari untuk bermain bersama Trian, di halaman belakang dulu terdapat sebuah pohon rambutan dan juga rumah pohon yang biasa dipakai untuk bermain rumah-rumahan, tapi sekarang pohon tersebut sudah tidak ada. Kini halaman belakang rumah ini telah dijadikan sebuah tempat mencuci dan juga menjemur, sedangkan lokasi awalnya berubah menjadi gudang. 

"Wow ... banyak juga yang kemarin di rubah," gumam Ataya.

"Eh ... neng Taya," ucap seseorang yang berhasil membuat Ataya terkejut. 

Suara tersebut milik Bi Sarah yang ternyata sudah berubah sejak terakhir Ataya denger. "Loh bi Sarah, dikirain siapa, suaranya udah beda," ucap Ataya merasa tidak enak. 

"Iya atuh pasti beda, kan bibi juga mulai menua, jadi suaranya pasti berubah," jelas bi Sarah.

"Iya, ya hehe," balas Ataya. 

- - -

Ataya sempat lupa kalau dirinya harus menghubungi Canavaro, tapi karena dirinya tidak berani mengaktifkan handphonenya, jadi ia terpaksa meminjam handphone bi Sarah. 

Sebelum menghubungi Canavaro, tak lupa dirinya menghubungi Hasnah dan juga Rima, memberitau kalau dirinya ada di rumah Trian, agar mereka tidak khawatir.

Setelah itu barulah ia menghubungi Canavaro dan menceritakan semua yang telah terjadi hari ini. Dirinya bercerita seolah tidak ada beban, mungkin karena kepercayaan yang ia miliki telah membuat dirinya merasa nyaman terhadap Canavaro. 

Ataya terus saja asik menelpon, sampai-sampai ia tak sadar, kalau ada sepasang kuping yang sedari tadi mendengarkan percakapan kedua sejoli yang sedang asik bercengkrama melalui handphone. 

Jadi itu permasalahannya, dasar bodoh! kenapa dia gak cerita langsung aja, si? Batin Trian yang merasa sedikit kesal. Gua ini sepupu lo Ataya! lo pikir gua gak bisa ngejaga lo, kenapa lo justru percaya sama orang yang justru sama sekali belum lo liat wujudnya? 

Setelah menutup teleponnya, Trian barulah mendekati Ataya. Untuk saat ini dirinya tidak akan membahas hal tersebut. Trian yakin kalau sepupunya ini pasti memiliki alasan mengapa ia sampai tidak mau berbagi padanya. 

"Lo mau makan apa?" tanya Trian. 

"Apa aja bebas," jawab Ataya. 

Hari sudah mulai sore, tapi Trian sangat merasa malas untuk mengantar sepupunya itu. Sementara itu Ataya sendiri juga malas pulang kalau memang harus jalan kaki. 

Trian langsung meminta bi Sarah untuk membuatkan makanan untuk mereka berdua. Walaupun belum masuk waktu makan malam, tapi Trian sudah merasa sangat lapar sekali. Berbeda dari keluarga Ataya yang memiliki jadwal makan. Sejak dulu keluarga Trian tidak pernah menerapkan peraturan seperti itu, mereka bebas makan kapan saja. 

Bisa dikata kalau sebenarnya Trian merasa iri dengan kehidupan Ataya yang memiliki keluarga yang selalu ada untuknya. Sampai sekarang Trian selalu bersyukur karena keluarga Ataya masih mau menerima dirinya, dibandingkan keluarga lainnya. 

TBC ... 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top