Chapter 22

Ataya sangat berharap kalau hari ini tidaklah datang. Sejak membawa pesan dari si peneror, Ataya merasa kalau sekolah bukanlah tempat yang aman untuknya. 

Hari ini adalah UKK terakhir Ataya, hanya tersisa pelajaran Penjaskes dan juga PLH. Bagi beberapa siswa ini adalah pelajaran yang mudah, tanpa mereka ketahui kalau kedua pelajaran ini sebenarnya lebih sulit dari pelajaran lainnya, karena apa? 

Alasan pertama selama pelajaran olahraga, jarang sekali guru memberikan materi secara tertulis, alasan kedua setelah praktek, guru jarang sekali menjelaskan secara detail apa yang baru saja mereka lakukan. Untuk pelajaran PLH, jangan ditanya, sang guru bahkan jarang sekali masuk ke kelas untuk memberikan materi. Banyak siswa yang merasa kalau jam pelajaran PLH adalah waktu free class. Tapi seperti itulah, sekalinya sudah ulangan, banyak sekali materi yang tidak mereka ketahui tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. 

Selagi semuanya sibuk membahas tentang materi apa yang keluar, berbeda lagi dengan Ataya yang sibuk berpikir siapa peneror yang selama ini ternyata ada di dekatnya, mungkinkah itu salah satu dari mereka yang sedang mengobrol? 

Siapa, dia? Ataya mulai merasa gelisah. 

"Taya," ucap Amel sambil memegang pundak Ataya. 

Ataya sangat terkejut sekali mendapati pundaknya disentuh seperti itu. "Kenapa?" tanya Ataya. 

"Kenapa, si lo? mukanya pucet banget kaya abis liat setan aja," ucap Amel. 

"Ah ... sori gua cuma kaget aja," ucap Ataya yang berusaha menetralkan dirinya. 

Amel hanya mengangguk saja. Ataya benar-benar terlihat pucat sekali saat ini. 

"Gua mau ke toilet dulu." Ataya langsung pergi meninggalkan kelas. 

Saat berlari ke toilet, Ataya tak sengaja menabrak Patrick yang juga akan pergi ke toilet.

"Sori gua gak sengaja!" Ataya merasa takut sekali untuk menengok ke arah Patrick.

Sedangkan Patrick, dirinya merasa sangat cemas pada Ataya karena melihat wajahnya yang sangat pucat. 

Di dalam toilet, Ataya masuk dan terdiam sejenak. Tiba-tiba saja handphonenya menerima pesan. 

Jangan takut ... aku tau kalau kamu sedang bersembunyi (unknow) 

Aku sudah bilang kamu takkan bisa lepas dariku, mengerti (unknow) 

Ataya berhasil dibuat takut sekali lagi, wajahnya sudah benar-benar pucat sekarang. 

"Taytay! lo kenapa?!" tanya Ghina yang sengaja datang karena perintah Patrick. 

Ataya berusaha menetralkan dirinya, sudah pasti sang peneror ada di dekatnya sekarang, dirinya harus berhati-hati, Ataya tidak pernah tau pasti niat sang peneror terus menghubungi dirinya. 

"Taytay?" Ghina mulai merasa panik. 

"Gak apa-apa, gua cuma kaget aja lo tiba-tiba datang," jawab Ataya mulai menetralkan diri. 

"Jangan bohong, lo udah janji sama gua! jangan ada yang ditutup-tutupin!" tegas Ghina. 

Tak lama bel sekolah berbunyi. 

"Nanti lagi gua kasih tau, sekarang mending fokus ulangan dulu." Ataya langsung pergi meninggalkan Ghina dengan rasa penasarannya.

Di luar toilet dirinya juga mendapati Trian yang pastinya kemari karena Ghina yang memberitaunya, tapi Ataya tidak memedulikan keberadaannya, dirinya terus saja berjalan menuju kelasnya. 

"Kenapa, si Taytay?" tanya Trian. 

"Gak tau dia gak mau cerita," jawab Ghina yang masih merasa aneh dengan sifat Ataya. 

- - -

Selagi istirahat, Ataya sengaja menjaga jarak dari semua orang, termasuk Trian dan juga Ghina yang pastinya akan selalu berada di dekatnya. Ataya hanya tidak tau harus bagaimana cara menjelaskannya pada mereka berdua. 

Ataya memilih untuk berada di atas loteng, hanya tempat tersebutlah yang sekiranya tidak akan dikunjungi orang dan Ataya berharap juga kalau si peneror takkan mengetahui keberadaannnya di sana. 

Gua harus gimana? Ataya mulai merasa takut. 

Ia bahkan tak berani memberitau Canavaro saat ini, Ataya harus benar-benar berhati-hati. Tak ada satupun yang bisa ia percaya, termasuk solusi dari Canavaro. Ataya hanya bisa yakin pada dirinya sendiri. 

tiba-tiba saja ada telepon masuk, lagi telepon tersebut dari si peneror. Ataya mulai memberanikan dirinya untuk menjawab, meskipun Canavaro sudah melarangnya. 

"Hallo! sebenarnya lo siapa si, gak usah bermain di balik layar handphone, selesaikan saja permasalahannya secara tatap muka!" tegas Ataya yang sudah merasa kesal dibuatnya. 

"Kenapa baby, kamu begitu kesal?" 

"Apa mau loh, Anj*ng?!" 

"Syut ... kamu gak boleh kasar gitu dong, aku selalu baik loh sama kamu." 

"Siapa, lo sebenarnya?!" 

Tiba-tiba saja bel berbunyi dan teleponpun langsung terputus. "Hallo?!"  Ataya sangat kesal sekali dibuatnya. 

"Ah ... bangk* emang, siapa, si dia?!" dumel Ataya. 

Sekarang adalah ulangan terakhir, jadi Ataya masih harus fokus pada ulangan. 

Varo, tadi gua menjawab telepon itu lagi, maaf ... gua yakin orang itu ada di sekitar gua, mungkin saja salah satu orang yang tidak menyukai gua di sekolah (Ataya) 

Untuk saat ini gua mau menonaktifkan handphone gua dulu. Nanti kalau udah di rumah, gua telepon lo pake nomor rumah, ya ... gua udah catet nomor lo kok, ok?! (Ataya)

Sekarang gua masih harus sekali lagi ulangan, bye (Ataya)

Di kelas Ataya berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun dirinya sedikit mencuragai teman-temannya. 

- - -

Ulangan pun berakhir dengan baik, tapi pikiran Ataya belum terbebas dari beban yang sedang ia pikul saat ini. 

"Lo tunggu gua di gerbang, ya!" ucap Trian pada Ataya. 

Ataya hanya mengangguk saja. Dirinya masih sibuk memikirkan sesosok si peneror yang entah siapa orangnya. 

Saat di gerbang, seperti biasa Ataya dan Ghina sedang menunggu Trian. Inilah kebiasaan mereka bertiga, apalagi kalau bukan pulang bareng di motor bertiga? 

Sebenarnya Ghina hanya terbiasa menumpang sampai jalan raya tempat di mana ia akan menemukan taksi untuknya pulang, karena tidak mungkin juga mereka bonceng bertiga sampai rumah Ghina, bisa-bisa mekera akan berurusan dengan polisi di tengah perjalanan. 

Sebisa mungkin Ataya menyembunyikan ketakutannya, karena di sebelahnya ada Ghina yang terus saja memperhatikan tingkah Ataya. Ditengah-tengah keramaian siswa yang baru saja bubar, tiba-tiba Ataya mendengar suara bisikan dari seseorang. 

"Hallo baby ..." bisiknya.

Suara tersebut adalah suara milik si peneror, Ataya sangat ingat sekali suaranya. 

Seketika Ataya langsung merasa merinding, dirinya berusaha memberanikah diri untuk mengetahui siapa orang yang telah menerornya, tapi saat menengok sayangnya Ataya tidak mendapati siapapun berada di dekatnya. 

Ataya berusaha mencari orang tersebut diantara semua siswa, tapi nihil dirinya tidak mendapati siapa orang yang telah berbisik tepat di telinganya. Tak ada satupun siswa yang tampak mencurigakan, semua yang berlalu lalang tampak biasa saja, tidak ada yang mencolok satupun diantara mereka semua. 

Siapa? Ataya mulai merasa ketakutan. 

"Taytay ... nah, kan ... muka lo pucet lagi!" ucap Ghina yang mulai menyadari perubahan wajah Ataya. 

Ataya hanya diam saja, pikirannya langsung kacau dalam sejenak, ia tak bisa mencerna perkataan yang masuk dari telinganya. 

Tak lama kemudian, Trian datang dengan motornya. "Taytay ... lo kenapa?!" Trian sama paniknya setelah melihat keadaan Ataya.

"Kamu langsung pulang aja sama Taytay, biar aku naik ojek aja pulangnya," titah Ghina pada Trian. 

"Tapi kamu yakin?" 

"Udah sekarang, pikirin dulu aja Taya, ok!" 

Trian hanya menuruti perkataan Ghina saja, sedangkan Ataya dirinya masih terus larut dalam lamunannya, pikirannya belum bisa mencerna semua hal yang ada di dekatnya saat ini. 

Setelah berada di atas motor, barulah Ataya sadarkan diri. "Loh ... Ghin, kok gua di tengah?" tanya Ataya. 

"Ck ... udah lo sama Trian langsung aja pulang, gua bisa naik ojek," ucap Ghina. 

"Lah, kok gitu?"

"Yaampun Taytay, lo tuh sebenarnya kenapa, si?!" Ghina mulai merasa jengkel pada Ataya. "Udahlah mending lo istirahat aja di rumah, gua gak mau otak lu makin eror!" lanjutnya. 

"Gua gak kenapa-napa kok, sumpah!" balas Ataya berusaha meyakinkan Ghina. 

"Gak apa-ap begimana?! jelas-jelas lo eror begini!" tegas Ghina. "Aduh ... udah deh, kalau lo makin eror, nanti siapa yang bakal jadi Bridesmaid gua nanti kalau gua nikah?" ucap Ghina. 

"Yaampun, lo berkata kaya gitu, kaya gua mau mati aja!" balas Ataya.

"Makanya jangan sampai lo mati sekarang gegara eror!" balas Ghina lagi. "Udah sana pergi!" paksa Ghina pada Trian sambil memukul-mukul pundaknya agar Trian cepat membawa Ataya pulang. 

Trian hanya menuruti saja apa yang disuruh Ghina, dirinya langsung menggas motor dan pergi meninggalkan Ghina seorang diri. 

"Huh ... dasar Taytay!" dumel Ghina setelah melihat kedua sahabatnya itu mulai menjauh darinya. 


TBC... 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top