Chapter 14
Sebulan Kemudian
Festival Ulang Tahun SMA Adiguna. Festival ini adalah acara yang wajib dirayakan setiap tahunnya. Ada beberapa acara yang akan dilaksanakan di sekolah secara bersamaan.
Ada bazar kuliner, di mana masing-masing kelas diharuskan menyumbang satu masakkan yang akan mereka jual di bazar nanti. Biasanya bazar kuliner diperuntukkan untuk kelas sebelas saja. Sisanya mereka akan menjadi pelanggan.
Selanjutnya ada beberapa bazar buku yang diadakan oleh perpustakaan. Di mana mereka akan mengeluarkan buku-buku lama yang sudah jarang di baca di perpustakaan yang mungkin saja masih dicari oleh beberapa kutu buku sekolah.
Dan acara yang paling besar adalah acara musik, dan kebetulan tahun ini SMA Adiguna menggunakan band yang baru saja debut bernama Lucky Band. Band tersebut memang belum sebesar band lainnya. Tapi alasan SMA Adiguna menggundang mereka karena salah satu anggota bandnya yaitu pemain bass adalah seorang alumni SMA Adiguna.
Untuk masa promosinya, Band Lucky bersedia tampil secara gratis di SMA Adiguna. Walaupun untuk tamu dari sekolah luar, tetaplah ada biaya yang ditarik oleh pihak sekolah.
Semua acara ini berjalan lancar dengan bantuan sebuah Event Organizer yang lagi-lagi salah satu krunya adalah alumni SMA Adiguna.
- - -
Karena ada bazar makanan, seperti biasa Ataya selalu saja menempel kepada Ghina, karena sialnya ia tidak membawa dompet hari ini.
"Ghina oh Ghina ... lo jangan jauh-jauh ya dari gua," rengek Ataya manja.
Ghina mencium aroma-aroma tak sedap dari tingkah Ataya saat ini. "Kenapa lagi, si Tay?" tanya Ghina.
"Eh ... hari ini, kan lo ada jadwal traktir gua!" ucap Ataya yang lagi-lagi menggambil kesempatan dalam kesempitan.
Ghina benar-benar tidak menyangka, kenapa ada kebetulan yang seperti ini. Hari ini memang bertepatan hari di mana ia harus mentraktir Ataya setiap bulannya.
"Terus aja lo palakkin calon bini gua!" Serang Trian.
"Kalau emang lo calon suami yang baik, sebaiknya lo yang gantiin dia traktir gua!" balas Ataya dengan nada ketus.
"Udahlah, gak usah ribut," timpal Ghina. "Gak apa-apa kok, akhir bulan emang jatah Ataya jajan gratis," jelas Ghina.
"Yakin?" Trian merasa curiga, jangan-jangan ada konspirasi aneh yang dibuat oleh mereka berdua.
"Ck ... Dahlah! Gak guna juga terus ngejelasin ke lo!" tegas Ataya.
Tak mau berdebat terlalu panjang. Ataya lebih memilih untuk pergi mencari makanan yang ingin dia beli dan meninggalkan Ghina dan Trian berdua.
"Kamu yakin terus traktir si Taytay? Tar dia keenakkan lagi!" Trian mencoba menghentikan hal yang hanya membuat Ghina rugi karena sepupunya yang rakus.
"Haha ... aku gak keberatan kok. Ataya itu udah kaya ade sendiri, jadi gak ada ruginya bagi aku," jelas Ghina.
Beruntung sekali Trian menemukan perempuan sebaik Ghina. Siapa yang sangka kalau ia bisa disukai dengan orang seperti Ghina. Tapi sayang kata "calon suami" dan "calon istri" hanyalah sebuah julukkan saja, karena mereka memang tidak pernah berpikir untuk memiliki hubungan yang lebih dari yang ada.
Ghina memang suka pada Trian, tapi untuk saat ini Trian hanyalah kakak bagi Ghina, begitu juga Ghina yang sudah dianggap adik oleh Trian.
"Ghina! Cepet ke sini!" teriak Ataya yang tiba-tiba membuat kedua ade kakak Zone itu terkejut.
"Apaan si!" ucap Ghina sedikit kesal.
"Wafelnya manis, mau coba, gak?" tawar Ataya sambil menyuapi Ghina wafel buatan anak kelas XI-IPA C.
Ghina mengakui kalau wafel tersebut enak, tapi untuk saat ini Ghina belum tertarik dengan yang manis-manis.
"Lo mau?" tanya Ghina.
"Boleh," jawab Ataya.
Bagaimana bisa Ataya menolak tawaran tersebut.
"Dor, pesen ya satu rasa stoberi," pesan Ghina.
"Eh ... lo gak pesen, Ghin?" tanya Ataya merasa tidak enak.
"Gua lagi gak mood makan yang manis-manis," jawab Ghina.
Setelah pesanan selesai dibuat, Dorna langsung memberikan wafel tersebut kepada Ataya.
"Nih, jadi sepuluh ribu," ucap Dorna. "BTW, kelas kalian jual makanan apa?" tanyanya.
"Emang kita ada stan makanan juga ya, Gin?" tanya Ataya pada Ghina.
"Gak tau tuh," jawabnya.
"Loh ... kok gak tau si, jelas-jelas yang diharuskan membuka bazar makanan cuma anak-anak kelas sebelah."
Ataya dan Ghina sama sekali tidak mengetahui hal tersebut. Lagipula Tommy memang tidak pernah memberitau mereka berdua. Sungguh Jahat!
"Oh ... iya, sebentar lagi acara musik mulai, lo pada gak kumpul?" ucap Dorna mencoba mengalihkan topik. "Mending kumpul dari sekarang, kalau di belakang nanti lo pada gak bisa liat artisnya."
"Oh, iya ... gua gak mau tau, pokoknya kita harus bisa ngeliat artisnya, gua penasaran sama anak alumni, secakep apa, si dia?" ucap Ghina.
"Oh, jadi udah lupa sama calon suami, nih,?" goda Ataya.
"Gak kok," balas Ghina sambil menggeleng pelan.
Karena tak mau terlambat. Ataya dan Ghina akhirnya pergi ke panggung. Mereka bertekad untuk melihat artis yang baru saja terkenal itu.
- - -'
Di tengah-tengah penampilan Lukcy Band. Karena terlalu banyak makan, alhasil Ataya merasakan sakit pada perutnya. Kini ia sudah tidak bisa menahan lagi, Ataya benar-benar butuh membuang isi dalam perutnya.
"Ghin ... darurat satu, nih!" ucap Ataya.
"Yaampun kenapa di saat kaya gini, si?" ucap Ghina.
"Iya mana gua tau, emangnya gua mau kaya gini?" jawab Ataya.
Ataya tau Ghina masih sangat menikmati acara, jadi Ataya memutuskan untuk pergi seorang diri ke toilet. "Yaudah ... lo jagain aja tempat gua. Gua mau ke toilet dulu," ucap Ataya.
"Serius lo mau sendirian?"
"Emang lo mau ikut gua setoran?"
"Ck ... yaudah sana, gua di sini. Kalau ada apa-apa nanti kabarin gua!"
Ataya segera pergi ke kamar mandi. Karena sudah tak tahan, Ataya terus saja mempercepat langkah kakinya, sampai-sampai ia tidak melihat orang-orang yang terpaksa minggir karena dirinya.
Saat akan sampai toilet, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toilet pria.
"Ah ... maaf, maaf, saya gak sengaja," ucap Ataya tanpa memandang orang tersebut.
Karena sudah tidak kuat, tanpa peduli Ataya mulai berlari masuk ke toilet perempuan.
"De ...." Laki-laki tersebut tak sempat untuk memberitau Ataya akan sesuatu.
- - -
Sesampainya di rumah. Ataya baru sadar kalau ia telah kehilangan sesuatu.
"Jam tangan gua mana?" gumam Ataya.
Walaupun masih merasa lelah. Tapi Ataya masih saja mencari jam tangannya ke sana kemari. "Ck ... perasaan tadi gua pake deh!' dumelnya mulai merasa kesal. "Atau jangan-jangan!"
Awalnya Ataya mengira kalau Trian adalah orang yang menggambil jam tangannya. Tapi kalau diingat lagi Trian tidak selalu bersamanya seharian ini. Lagipula jika ingin jahil untuk apa juga sampai menyembunyikan jam tangan Ataya yang sangat berharga itu.
Jam tangan tersebut adalah jam tangan pemberian Ghina. Bukan hanya itu. jam tangan tersebut terukir nama Ataya yang sangat jarang sekali ada di jam tangan pada umumnya. Ghina memberikan jam tangan tersebut bukti tanda persahabatan mereka berdua.
"Di mana, si jam tangannya?!" Ataya mulai merasa gelisah, bagaimana bisa semua ini terjadi.
Apa reaksi Ghina kalau dia tau jam tangan yang dia kasih ilang gitu aja? Ataya merasakan ketakutan yang tidak biasanya.
TBC ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top