Chapter 13

Setelah selesai makan, Ataya langsung memeriksa handphonenya. Di sana ia melihat ada 14 notifikasi pangilan tak terjawab.

"Gila! Baru aja gua tinggal sebentar, udah banyak aja yang nelpon gua," gumam Ataya.

Ataya langsung memeriksa siapa saja orang yang telah menelponnya. Ataya berrhasil dibuat terkejut saat ia melihat hanya satu nomor yang menelpon dirinya sebanyak itu, yaitu nomor misterius yang terus saja menerornya.

Tak lama kemudian, handphonenya berbunyi tanda ada yang menelpon.

Canavaro

Melihat nama tersebut Ataya langsung mengangkat telepon dari Canavaro.

"Hallo ..." suara Ataya tedengar ragu saat menjawab telepon tersebut.

Canavaro hanya meminta maaf karena ia baru bisa memegang handphonenya sekarang, walau begitu ia tidak memiliki waktu banyak untuk menggunakannya.

Mendengar itu Ataya menggunakan waktu singkat tersebut untuk melapor apa yang baru saja terjadi padanya. Sebenarnya dirinya masih belum yakin apakah hal tersebut berguna atau tidak.

"Jadi gua harus gimana?" tanya Ataya merasa ragu.

Canavaro meminta Ataya untuk tetap tenang, dan bila hal tersebut memang mengganggunya, maka ia bisa saja meblokir nomor tersebut.

Ataya menerima semua masukannya, ia akan mencoba setiap arahan dari Canavaro.

Terlepas dari topik sekarang, Ataya masih memiliki satu hal yang mengganjal dalam dirinya.

"Varo ... tadi siang di sekolah ...."

Ataya menceriatkan kembali kejadian di Kantin sekolah, sampai akhirnya dirinya terpaksa mengakui kalau Canavaro adalah pacarnya. Tapi apa yang membuat dirinya ragu adalah, Ataya sama sekali belum pernah melihat perawakan Canavaro.

"Jadi ... gimana orang mau percaya sama gua? Lo gak bisa apa kirim satu foto lu aja ke gua." Pinta Ataya.

"Gua rasa itu gak ada gunanya, lagipula gua memang  gak pernah nyimpen foto gua di galeri handphone, jadi gak ada foto yang bisa gua kirim ke lo," balas Canavaro dari seberang sana.

"Terus gimana kita bisa disebut pacaran kalau wajah aja gak saling tau?!"

"Gua gak pernah minta foto lo, karena gua percaya, bagaimanapun perawakan lo, gua tau lo anak baik," jelas Canavaro. "Lagian gua gak mau lo tau dulu wajah gua yang sekarang," jelasnya.

"Memang kenapa? Lo pikir gua sama kaya orang-orang yang hanya menilai dari visual aja?!"

"Besar, kecilnya hal itu pasti terlintas dipikiran kita masing-masing, bukan?"

Ataya langsung menghela napasnya, sebenarnya apa yang dikatakan Canavaro itu benar, selama ini kekhawatiran Ataya akan visual Canavaro memang selalu saja menjadi beban pikirannya.

"Kalau lo emang udah gak percaya sama gua, maka gua gak keberatan kalau lo mau mengakhiri hubungan kita. Tapi kalau memang lo butuh bantuan, kontak gua gak akan pernah ganti, jadi lo masih bisa ngehubungi gua," ucap Canavaro terdengar tulus.

Selama ini, Canavaro memang sudah sangat baik pada Ataya. Dirinya bahkan rela begadang hanya untuk memberitau Ataya agar dirinya tidak begadang.

"Apa hal yang bisa buat gua percaya sama lo?" tanya Ataya.

"Begini aja, sekarang lo ada di mana?"

"Di rumah," jawab Ataya.

"Maksud gua di ruangan mana?"

"Di Kamar."

Canavaro menyuruh Ataya untuk memotret meja belajarnya, ia juga meminta Ataya untuk memberikan tanggal hari ini dibagiain foto meja belajarnya.

"Mulai sekarang, kita akan menyimpan foto barang yang sama ditanggal yang sama," jelas Canavaro.

"Untuk apa?" tanya Ataya.

"Bukti, kalau suatu hari, takdir mempertemukan kita berdua."

"Gimana kita tau kalau kita berdua saling bertemu?"

"Entah, biar waktu yang menjawab semua, itupun kalau lo masih percaya sama gua," jelas Canavaro lagi.

Ataya hanya menghela napas, walaupun pikirannya tidak yakin, tapi hatinya selalu saja melawannya.

- - -

Keesokkan harinya Ataya terus saja memperhatikan gambar yang kemarin ia ambil atas perintah Canavaro. Ataya terus saja tersenyum. Mungkinkah cara ini akan berhasil membuat dirinya percaya pada Canavaro?

Melihat ada yang tidak beres dengan sepupunya. Trian mulai merasa ada aura-aura aneh yang mengelilingi sepupunya itu. 

"Ngapain lo?! tanya Trian.

"Lo gak bisa ya, sehari aja gak usah kepoin gua?!"

"Elah, gua baru aja datang kemarin! kaya udah lama aja gua jailin lo," balas Trian. 

Mulai hari ini, Ataya akan pergi dengan Trian menggunakan motor. Ada satu motor yang tidak terpakai di rumahnya. Motor tersebut adalah milik Jeno, tapi karena ia sudah memiliki mobil, jadi Jeno tak lagi menggunakan motor tersebut.

"Bisa gak lo bawa motornya? awas aja kalau jatoh!" ucap Ataya merasa tak yakin. 

"Yaudah lo naik angkot aja!" balas Trian. 

Trian langsung pergi ke garasi untuk menggambil motornya.

"Kalian belum berangkat?" tanya Judan yang baru saja mau berangkat kerja.

"Mau kok ini om, si Tayanya aja yang ngelamain," jawab Trian.

"Apa lo pake nyalahin gua segala?! Lo gak liat dari tadi gua udah siap, lo nya aja yang lama gerak!" Balas Ataya dengan nada tinggi ciri khasnya.

Judan sendiri sudah tidak aneh dengan kelakuan Ataya terhadap Trian.

Mereka berdua ini memang terkadang tidak akur. Tapi mereka akan sangat akur jika harus melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh mereka berdua.

TBC ...


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top