Chapter 11
Senin, lapangan SMA Adiguna
Upacara Bendera akan dilaksanakan sebentar lagi, semua petugas diharuskan untuk bersiap di lapangan.
"Guys udah siap ya, bentar lagi upacara dimulai!" teriak Tommy memastikan semuanya dalam keadaan siap.
"Tom, Taya belum datang!" ucap Rita, mulai merasa gelisah karena tidak menemui Ataya di manapun.
"Aduh kenapa lagi, si tuh anak?!" Tommy merasa resah dibuatnya.
Ataya belum juga datang, padahal upacara akan dilaksanakan kurang dari lima belas menit lagi.
"Gimana Tommy, udah siap semuanya?" tanya bu Kenna memastikan semua dalam keadaan baik.
"Ataya belum datang bu," jawab Rita.
Pagi ini Ataya berhasil membuat semua anak kelas XI-IPS D panik. Karena selain dia tidak ada lagi orang yang bisa menggantikan posisi Ataya.
Kecemasan mulai menjadi setelah bel sekolah berbunyi. "Jir ... Si Ataya ke mana, si?!" dumel Dinda.
Selagi semuanya cemas menanti Ataya. Tiba-tiba saja Ataya datang dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ataya kamu dari mana saja? Semua petugas harus sudah siap di lapangan," ucap bu Kenna, sambil memengang kedua pundak Ataya.
Ataya hanya diam dan berjalan ke arah lapangan tanpa sepatah katapun.
"Ada apa dengan anak itu?" gumam bu Kenna, mulai merasa cemas pada Ataya.
FLASHBACK ON
Sedari pagi Ataya sudah ada di sekolah, itu semua karena Judan harus berangkat pagi-pagi ke kantornya. Ataya bahkan tak mampu menikmati makanan yang sudah disediakan oleh bundanya.
Sebenarnya Ataya terlalu takut untuk menghadapi hari ini. Hari di mana semua akan melihat ia sebagai petugas pengibar bendera, akankah kejadian yang sama terjadi lagi? mengingat kemarin hujan deras turun yang pasti membuat lahan upacara menjadi licin.
Di sekolah Ataya tidak menemukan banyak orang, hanya ada beberapa penjaga sekolah yang masih menyapu halaman dan juga beberapa guru yang baru datang.
Suasana yang sepi membuat pikiran Ataya sedikit lebih tenang. Suara pancuran dari kolam halaman belakang membuat semuanya terasa sejuk.
Karena waktu masuk sekolah masih lama, Ataya memutuskan untuk pergi ke loteng sebentar, tempat di mana ia bisa melihat pemandangan halaman belakang secara keseluruhan.
Bukan Ataya namanya kalau tidak melakukan cara yang aneh, ia sengaja menggambil tangga kayu hanya agar dirinya dapat naik ke loteng lantai tiga, karena hanya akses itulah yang bisa membuatnya sampai ke atas loteng.
Seperti dugaannya, pemandangan dari atas loteng memang tiada duanya.
Ataya menikmati kesendiriannya dengan berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran negatif yang terlintas dibenaknya.
Walaupun kemarin turun hujan, tapi hari ini langit tampak begitu cerah, marahari pun perlahan mulai mengeluarkan sinarnya.
Selagi senang menikmati waktu sendiri, handphone miliknya terus saja berdering tanpa henti. Ataya tau kalau handphone tersebut berbunyi pasti karena Tommy terus saja meneror dirinya untuk datang dan melaksanakan tugasnya hari ini.
Karena bosan dengan spam chat yang tak berguna bagi Ataya, jadi dirinya terus saja mengabaikan handphonenya.
Ataya hanya menghela napas panjang bermaksud menikmati udara segar dipagi hari, sampai akhirnya nada dering handphonenya yang berbeda membuat dirinya beralih kembali ke handphonenya.
Pagi ... gimana kabar? hari senin harus tetap semangat dong 🤗 (Canavaro)
Pesan tersebut berhasil membuat Ataya tersenyum dan hilang dari semua pikiran yang sedang menganggunya.
Sampai sekarang Ataya masih bingung, benarkah ia pacarnya atau semua hanya scenario saja? Walau begitu tetap saja Ataya terus berkomunikasi dengan Canavaro seperti biasa.
Gak baik, hati gua lagi gak tenang (Ataya)
Kenapa lagi? (Canavaro)
Semangat dong 🤗 (Canavaro)
Senyum Ataya timbul setelah membaca pesan dari Canavaro.
Ataya pun mulai menceritakan segala kegelisahannya hari ini, ia juga menceritakan soal nomor yang pernah menerornya itu kemarin menerornya lagi.
Gua udah bilang sama lo, kalau nomor itu ngirim macem-macem ke lo, bilang sama gua! 😠 (Canavaro)
Ataya tidak menyangka dengan balasan yang ia terima. Ataya justru tertawa setelah membaca pesan darinya.
Seserius itukah dia sama gua? Batin Ataya.
Iya maaf, soalnya gua terlalu larut sama masalah yang harus gua hadapi hari ini 😣(Ataya)
Canavaro terus memberikan Ataya motivasi agar ia mau menjalankan tugasnya sebagai petugas upacara. Sampai akhirnya bel sekolah berbunyi menandakan kalau chattingan mereka harus berakhir.
Udah sana, ini udah jam berapa? lo harus jadi petugas upacara! (Canavaro)
Ataya langsung menghela napasnya, sejenak senyumnya kembali menghilang.
Hah mari kita selesaikan tugas hari ini Ataya. sebisa mungkin Ataya meyakinkan dirinya sendiri.
Ataya mulai melangkahkan kakinya menuju ke koridor tempat di mana teman-temannya menunggu. Ia tau kehadirannya sangatlah ditunggu saat ini.
FLASHBACK OFF
Upacara dimulai dengan baik, Ataya masih mencoba untuk tetap mempertahankan posisinya sebagai petugas, walaupun dari tempatnya ia bisa melihat beberapa teman-teman di ekskul Paskibra selalu saja melirik kearahnya.
Setelah semuanya terlaksana, sekarang waktu di mana Ataya harus melaksanakan tugasnya.
Kini pikiran Ataya hanya fokus pada bendera yang sedang dipegangnya. Fokus Ataya fokus! Batin Ataya yang terus saja berusaha menjadi kuat.
🏫- 🇲🇨- 👩🏻✈️
Setelah terganggu oleh ketegangang yang melanda hatinya, kini Ataya bisa menikmati makanan sepuasnya secara gratis.
Tak lepas, ia juga ingat janjinya pada Ghina. Alhasil kedua curut tersebut berhasil membuat Tommy merasa bangkrut hari ini.
Janji akan tetap menjadi janji, jadi Ataya memanfaatkan hal tersebut untuk membeli makanan yang selama ini hanya bisa ia beli sedikit. Lagipula Ataya tidak mau rugi. Baginya membuang segala ketakutan yang ia hadapai adalah suatu hal yang sangat mahal.
Ataya sangat menikmati makanannya sampai akhirnya Recella and the Geng datang dan duduk di meja sebelahnya.
"Semua orang melakukan sesuatu, pasti karena ada maunya," ucap Recella pada teman-temannya. Entah apa maksudnya.
Ataya tak menghiraukan perkataannya, ia terus saja menikmati makanannya.
"Yaudahlah ya, seengaknya dia gak malu-maluin nama, meski sudah jadi mantan!" timpal Trica teman Recella.
Ataya langsung menghela napas, ia tau kalau sedang dipancing saat ini. Tapi karena tak mau ribut, Ataya lebih memilih untuk tetap diam dan menghabiskan makanannya. Lagipula kapan lagi ia bisa makan banyak dan gratis? Ataya tak mau kehilangan momen tersebut hanya karena kakak kelasnya yang menyebalkan.
Tahan Taya ... mereka memang gila! Batin Ataya.
Mereka masih terus saja membicarakan tentang anggota Paskibra yang nanti akan melaksanakan lomba. Dari topik tersebut juga, Recella terus saja mencoba memancing respon Ataya.
Untuk apa direspon? hal tersebut sungguh memalukan, harga diri Ataya terlalu tinggi untuk topik ejekan mereka yang selalu saja merendahkan orang.
"Tay, gua bagi saosnya satu," pinta Ghina langsung menggambil saos.
Saat akan memberikan saos tomat pada Ghina, tiba-tiba saja Patrick datang dan langsung duduk disamping Ataya.
"Bagus ... gua suka," puji Patrick pada Ataya yang berhasil membuat Recella terdiam.
"Makasih," jawab Ataya tanpa melirik Patrick.
Patrick masih mencoba untuk bisa mendekatkan diri dengan Ataya, tapi ia digagalkan oleh seorang laki-laki yang tiba-tiba saja datang ke mejanya.
"Hallo, apa gua menganggu?" tanyanya sambil tersenyum menggoda.
Trian? bagus pas banget momennya. Batin Ataya.
Maaf Trian gua harus memanfaatkan keadaan ini dengan benar. Kali in Ataya harus bisa membuat Patrick benar-benar menjauh dari dirinya.
Ataya ingat kalau ia pernah mengatakan pada Patrick kalau ia punya pacar, walaupun kenyataannya benar, tapi tidak mungkin juga ia menunjukkan Canavaro sebagai pacarnya, karena Ataya tidak punya satupun foto Canavaro untuk dijadikan sebagai bukti.
Trian ... OMG ... gua harus tampil cantik di depannya. Batin Ghina.
"Hallo, pacar," balas Ataya sambil melambaikan tangannya.
"Hallo, calon suami," balas Ghina sambil melambaikan tangannya.
Mereka berdua melakukannya secara bersamaan. Hal tersebut berhasil membuat suasana semakin absurd.
Ataya dan Ghina hanya bisa saling menatap tak percaya dengan apa yang baru saja mereka katakan.
Tak hanya mereka. Trian sendiri bahkan terkejut dengan perkataan keduanya.
TBC ... 🕊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top