Chapter 08

PULANG SEKOLAH 

Sayang kamu pulang kapan? (Hasnah)

"Tumben Bunda nanya begini? biasanya adem-adem aja gua balik jam berapa juga," gumam Ataya merasa heran.

Ghina yang mendengar itu sontak merasa penasaran. "Kenapa?"

"Bunda ... nanya kapan gua balik, tumben banget, kan?" Ataya langsung menunjukkan pesan dari bundanya.

"Mungkin ada sesuatu," jawab Ghina.

Seperti biasa mereka berdua tidaklah langsung pulang, tapi kali ini mereka hanya berdiam di sekolah karena males untuk langsung pulang.

Ini udah pulang si bun, tapi Taya masih di kelas, lagi gabut ... kenapa? (Ataya)

Tak ada yang mereka lakukan selama berdua di kelas, Ataya dan Ghina hanya fokus pada handphone masing-masing, Ataya yang sedang menonton youtube komedi, sedangkan Ghina lebih fokus ke Live Instagram seorang artis yang terkenal akan make-up.

Yaudah kalau gitu kamu tunggu di sekolah ya, nanti bunda jemput kamu, Ghina sama kamu juga? (Hasnah)

Iya Taya lagi berdua sama Ghina di kelas (Ataya)

Yasudah kamu tunggu bunda ya, bunda ada urusan penting di sekolah kamu (Hasnah)

Membaca pesan tersebut, jantung Ataya mulai berdegup kencang, dirinya merasa shock sampai tak sadar kalau tangannya yang lemas sudah menjatuhkan benda persegi berharga miliknya.

"Taytay lo kenapa?" tanya Ghina tampak khawatir.

"Ghina, emang gua ada salah apa lagi sama Pak Felix? Aduh ... gawat ini mah," Ataya merasa sangat panik sekali.

"Kenapa?" Ghina mencoba menenangkan Ataya.

"Bunda mau ke sekolah, katanya ada hal penting yang harus diurus, apalagi kalau bukan panggilan dari Pak Felix?"

"Panggilan? Tapi bokap sama nyokap gua gak dipanggil, kenapa tiba-tiba?" Ghina ikut merasa bingung.

"Nah, itu makanya emang gua ada salah apalagi sama Pak Felix? yaampun Ghin, gua udah berusaha nahan nih pake rok baru yang kegedean, sama baju yang gober-gober, sepatu juga masih kinclong begini, apalagi yang salah?" Ataya benar-benar merasa panik sekali.

"Tenang dulu Tay, siapa tau aja Bunda ke sini buat urusan SPP, bisa jadi, kan?" Ghina masih berusaha menenangkan sahabatnya yang sudah seperti melihat hantu di depannya.

Ucapan Ghina sedikit memberi harapan untuk Ataya mencoba tenang, lagipula untuk saat ini, ia tidak merasa telah berbuat salah apapun.

"Semoga aja Ghin," ucap Ataya mencoba tenang.

"Yaudah lo tenang dulu aja, nih hp lo sampai jatoh, untung gak kenapa-napa, kalau rusak, kan sayang!" ucap Ghina sambil memberikan handphone Ataya yang tadi jatuh ke lantai.

"Huh ... gua hampir gila mikirin ini, kalau sampai-sampai Bunda berurusan sama Pak Felix, bisa-bisa gua diceramahin seribu satu bahasa sama Bunda nanti di rumah."

"Udah gak usah dibawa tegang dulu, kita liat aja Bunda nanti ngapain."

"Iya ... iya." Ataya mencoba untuk tetap tenang.

Berbagai macam pertanyaan masih saja terlintas di kepala Ataya, tapi sebisa mungkin Ataya mengabaikan semua rasa penasarannya saat ini. Dirinya hanya perlu diam dan mengontrol pikirannya.

📥 - 😱 - 🚗

Sepanjang perjalanan pulang Ataya masih belum berani angkat suara dan bertanya pada Hasnah tentang apa yang membawa ia sampai harus pergi ke sekolahnya.

"Kenapa sunyi sekali? biasanya kalian berdua berisik," ucap Hasnah mulai membuka obrolan.

Ataya masih enggan menjawab, ia masih merasa takut untuk saat ini.

"Gak apa-apa bunda, cuma emang lagi gak ada bahan bahasan aja hehe ...." Ghina mulai membuka suara.

"Kalian ini, ada-ada saja," balas Hasnah dengan mata yang fokus pada jalanan.

"Bunda ada urusan apa datang ke sekolah?" tanya Ghina yang sudah tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Oh ... itu, tadi bunda mau ngurusin surat pindahan Trian," jawab Hasnah.

"Trian?" ucap Ataya dan Ghina berbarengan.

"Iya Trian, mulai minggu depan dia akan satu sekolah sama kalian," jelas Hasnah.

Ataya masih berpikir, sedangkan Ghina mulai kegirangan karena sang pujaan hati akan satu sekolah dengannya.

Gak kebayang satu sekolah sama calon suami haha, semoga aja gak satu kelas, bisa gagal fokus gua nanti. Batin Ghina seperti ada yang menari-nari di dalam dirinya. 

Ck ... kenapa juga harus pindah? Emang ada apa dengan sekolah lamanya? Batin Ataya yang mulai merasa tidak suka. 

Berbeda dengan Ghina, mood Ataya berubah menjadi jelek setelah mengetahui berita tersebut.

"Terus nanti dia mau tinggal di mana?" tanya Ataya.

"Dia baru ke Jakarta lusa nanti, jadi kemungkinan lusa dia nginep dulu di rumah, tapi nanti dia tinggal di rumah bibi Hasra yang lama," jelas Hasnah.

Ataya bersyukur karena ia tak perlu satu atap dengan seorang seperti Trian.

📨 - 📲 - 🤔

Malam hari, saat Ataya hendak tidur, tiba-tiba saja handphonenya berbunyi menandakan ada telepon yang masuk.

Saat dilihat, nomor tersebut adalah nomor yang tidak dikenal Ataya, jadi dia mengabaikannya saja.

Nomor tersebut terus saja menelpon Ataya tanpa henti, sampai akhirnya Ataya risi dengan handphonenya sendiri.

"Hallo ..." jawab Ataya.

Tidak ada jawaban sama sekali, tapi Ataya bisa dengar suara napas lawan bicaranya.

"Hallo ..." Ataya masih belum memutuskan sambungan telepon.

Lawan bicara masih saja diam dan hanya suara napaslah yang terdengar.

Anj*ng siapa si? Ataya merasa kesal.

Karena tak ada jawaban sama sekali, tanpa berpikir panjang Ataya langsung menutup telepon tersebut.

"Dasar gak jelas!" dumel Ataya.

Tiba-tiba saja.

Hallo ... senang dengar suaramu, baby (unknow)

Ataya langsung merinding setelah ia menerima pesan tersebut.

Anjir apaan si ni orang gak jelas banget! Ataya merasa kesal, tapi juga ada perasaan khawatir. 

Tadinya Ataya mencoba memblokir nomor tersebut, namun tiba-tiba.

Jangan harap kamu bisa blokir nomorku, karena aku akan terus mencarimu, baby (unknow) 

Ataya benar-benar kaku, dirinya bahkan takut untuk membuka pesan tersebut. Siapa orang itu?

📱- 📨 - 😥

Varo? (Ataya)

Udah malem, belum tidur? (Canavaro)

Tanpa berpikir panjang Ataya langsung menceritakan apa yang baru saja terjadi padanya.

Coba gua minta nomornya! (Canavaro)

Tapi gua gak tau itu siapa 😖 (Ataya)

Yaudah, makanya kasih ke gua nomornya (Canavaro)

Ataya langsung mengscreenshot nomor tersebut, karena Ataya tak berani membuka pesannya.

Mau lo apain nomor itu? (Ataya)

Kalau dia nelepon lo, bilang ke gua, ok 🧐 (Canavaro)

Gini deh, coba gua minta no lu, kita komunikasi via WhatsApp aja (Canavaro)

Lagi dan lagi, Ataya hanya menurut pada Canavaro. Ataya langsung memberikan nomor handphonenya.

Angkat kalau ada yang telepon, itu gua (canavaro)

Tak lama kemudian Ataya menerima telepon dari nomor tak dikenal.

"Hallo ..." jawab Ataya ragu.

"Ini gua," balas Canavaro.

Ataya mulai merasa lega. Wow suaranya ... Ataya terkesima dengan suara Canavaro. 

Canavaro terus saja berbicara dan dia meminta Ataya untuk mengatakan kalau dirinya sudah punya pacar. Entah apa tujuannya, tapi hal tersebut berhasil membuat Ataya terkejut.

"Hah? Pacar?"

"Kalau dia telepon lo lagi, neror-neror gak jelas, bilang gua pacar lo, ngerti?!"

"Kenapa?"

"Oh yaampun, itu hanya trik Taya ... dengan begitu, kita bisa tau apa motif dia sms lo kaya gitu," balas Canavaro.

"Yakin lo mau jadi pacar boongan gua?" Ataya masih ragu dengan tawaran tersebut.

"Mau beneran juga gak apa-apa," balas Canavaro dengan nada bercanda.

"Jadi maksudnya lo nembak gua, begitu?"

"Itu, si terserah lo mau anggap beneran atau gak, intinya ... kalau dia telepon dan sms gak jelas ke lo, lo bilang aja ke gua, ok!"

"Gua ..."

"Percaya sama gua, gua gak berniat jahat sama lo, akhir-akhir ini banyak banget berita tentang pelecehan dan gua gak mau lo jadi salah satu korbannya," jelas Canavaro. "Walau kita mungkin hanya kenal sesaat, lewat aplikasi, tapi apa salahnya kita saling bantu, kan?"

Ataya mulai terdiam haruskah ia percaya pada Canavaro, padahal mereka baru saja kenal beberapa hari saja.

"Ok ... gua coba untuk percaya sama lo, tapi ...."

"Kalau lo gak percaya, mari gunakan cara yang berbeda supaya lo percaya sama gua."

Lagi-lagi Ataya dibuat terdiam oleh ucapan Canavaro.

Gua rasa dia memang baik, coba dulu aja jangan judge orang tanpa bukti. Batin Ataya berusaha untuk bisa mempercayai Canavaro. 

TBC 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top