Chapter 06

Hari Senin.

Setelah upacara selesai, semua siswa segera pergi ke kelas masing-masing untuk meng'istirahatkan kaki mereka yang hampir satu jam lebih berdiri karena pembina upacara yang ocehannya panjang kali lebar.

Hari ini kelas XI IPS-C yang bertugas sebagai petugas upacara, dan kelas selanjutnya adalah kelas  Ataya-lah yang akan bertugas.

"Minggu depan kelas sebelas IPS-D yang akan bertugas, kalian punya waktu Senin, Kamis dan jum'at untuk latihan upacara," ucap bu Kenna sang wali kelas.

"Tommy, kamu adalah ketua kelas, segera atur siapa saja yang akan jadi petugas upacara," titah bu Kenna.

"Siap bu!" balas Tommy.

"Kalian gunakan saja jam pelajaran ibu untuk latihan, fokuslah dan pilih petugas yang bener-bener!" tegasnya.

"Siap bu," jawab semua siswa kelas XI IPS-D.

"Kalau begitu ibu percayakan semua pada kalian ... sekarang ibu masih harus mengajar di kelas sebelah."

Setelah dirasa tidak ada hal yang penting lagi, bu Kenna langsung pamit keluar untuk mengajar kelas lainnya.

🧑🏻‍✈️-🇲🇨-👩🏻‍✈️

Saat yang lain sedang sibuk saling lempar nama untuk memilih siapa yang akan menjadi petugas upacara nantinya. Ataya dengan santainya hanya diam saja tak mau ikut campur, berharap suasana akan semakin membaik.

"Taya lo jadi petugas pengibar bendera, ya?" ucap Tommy tiba-tiba.

"Apa?! Petugas pengibar bendera? Lo udah gila?!" Kedamaian Ataya seketika terusik karena pemilihan posisi tersebut.

"Lo sedari tadi cuma diem aja gak komentar apa-apa, jadi ya gua pikir lo setuju aja dijadiin apapun," jawab Tommy merasa tak bersalah.

"Gak!" tolak Ataya sambil menusuk air mineral gelas yang ada di depannya.

"Lo ajalah Taya, lagian lo, kan mantan anak paskib, paling gak lo taulah caranya ngibarin bendera," timpal Dinda sang sekertaris kelas.

"Nah ... justru karena gua mantan anggota paskibra, jadi gua gak mau!" Ataya tetap pada pendiriannya.

Dulu Ataya sempat direkrut menjadi anggota tetap Paskibra saat masih kelas X, tapi sebuah kecelakaan yang tidak sengaja membuat dirinya merasa dipermalukan di depan umum.

Saat mengikuti lomba tingkat kota, Ataya jatuh terpeleset karena lapangan yang licin akibat hujan yang turun deras sehari sebelum lomba.

Kaki Ataya sempat mengalami cedera, dan selama 4 hari kedepan bokong Ataya terus merasa sakit jika ia duduk di material yang keras.

Tak hanya itu, Ataya juga selalu saja disalahkan karena kecerobohannya yang menjadikan sekolah mereka kalah dari sekolah yang lain. Dan sekolahnya menempatkan posisi tiga terendah.

Setelah kejadian itu, Ataya memilih untuk keluar dari ekskul tersebut. Ataya masih ingat sekali perkataannya saat ia mengundurkan diri dari ekskul tersebut. "Sesuatu yang hanya bisa membuat kekacauan dalam kelompok ... lebih baik pergi!" Itulah kalimat terakhir Ataya pada Patrick sang ketua ekskul.

Jika teringat kembali masa-masa tersebut Ataya selalu saja berhasil dibuat badmood. 

"Yaelah ... Taya cuma sekali ini ya, lo, kan udah ngerti cara ngibarin bendera," ucap Tommy memaksa.

"Iya gua tetap aja gak mau titik!" Tegas Ataya.

"Ayolah Taya," pinta Senja sang bendahara kelas.

"Kenapa gak lo aja, anak pramuka juga belajar, kan cara ngibarin bendera?" ucap Ataya.

Jika Ataya sudah berkata tidak, maka apapun caranya jawabannya akan tetap tidak!

"Udahlah guys gak usah dipaksa juga, lagian mau bisa ataupun gak bisa, kalian pasti dilatih juga," timpal Ghina.

"Iya kita ngambil mudahnya ajalah Gin," jawab Tommy.

Perselisihanpun terus berlanjut sampai waktu pelajaran tiba.

Ataya tetap pada keputusannya, ia tak mau dipermalukan lagi untuk kedua kalinya di depan anak-anak ekskul paskibra, terlebih lagi sekarang banyak adik kelasnya yang turut serta dalam ekskul tersebut.

Jam istirahat

Karena mood yang sedang memburuk, Ataya memilih untuk diam di kelas, karena emosinya bisa saja keluar kapanpun.

Melihat keadaan sahabatnya yang sedang tidak baik, Ghina berinisiatif untuk mentraktir Ataya lagi, meskipun uang yang ia miliki tidaklah sebanyak biasanya.

"Taytay ... ayolah ke kantin, gua beliin burger deh," bujuk Ghina.

Mendengar tawaran Ghina, Ataya mulai tertarik, bagaimana tidak? Lagi-lagi keajaiban muncul begitu saja dalam hidup Ataya. Dan kenapa dia harus menolak? Makanan gratis tidak boleh disia-siakan.

"Serius lo?" tanya Ataya mulai terbujuk.

Sebenarnya Ataya sendiri selalu saja merasa tidak enak, ia merasa bagaikan seorang yang tidak tau diri yang terus saja seenak jidat menerima traktiran dari Ghina tanpa pernah mentraktirnya balik.

"Seriuslah ... tapi burger aja ya," balas Ghina berusaha mengatur keuangannya.

"Haha ok deh, tapi yang duoble ya dagingnya," pinta Ataya.

"Huh ... dasar babi rakus," dumel Ghina.

Ataya membalasnya dengan memelet kearah Ghina. Ghina sudah memperkirakan hal tersebut, lagipula ini adalah pengganti jatah pulsa Ataya yang waktu itu tidak jadi ia belikan.

Bagi Ghina, Ataya adalah sahabat yang terlalu berharga untuk disia-siakan. Begitu juga Ataya yang sudah terlanjur menganggap Ghina adalah saudaranya.

Tanpa memikirkan masalah yang baru saja mereka hadapi, mereka berdua segera pergi ke kantin demi burger hangat yang telah menanti kedatangan mereka.

Kini mood Ataya kembali normal seperti biasa berkat Ghina, walau begitu tetap saja keinginannya untuk tidak menjadi petugas upacara masih ada.

🍔-🍿-🧉

Di kantin Ataya dan Ghina mulai membeli apa yang mereka mau.

"Makasih ya beby burgernya, gua titip dulu ya, ok?" Ataya segera pergi ke kedai lainnya untuk membeli sesuatu, sedangkan Ghina harus menunggu pesanan mereka selesai dimasak.

"Dasar Taya nyebelin," dumel Ghina.

Ataya pergi untuk membeli es kepala dan juga pop corn manis yang masih hangat. Dirinya sudah lama sekali tidak memakan pop corn.

Setelah selesai, mereka segera mencari tempat untuk menghabiskan semua jajanan mereka.

"Tay ... kemarin nyokap bilang kalau dia mau pulang sebentar, katanya dia juga kau ketemu sama lo," ucap Ghina sambil mengaduk es jeruk miliknya.

"Tante Ren mau pulang? ... ah seneng banget gua bisa ketemu nyokap lo lagi, kangen." Ataya benar-benar merasa senang menerima berita tersebut.

Kedekatan keduanya sudah tidak bisa diragukan lagi, begitu juga dengan kedua orang tua masing-masing.

"Tapi dia gak lama di Indo, cuma sekitar empat hari, nanti juga di ke Jepang lagi," balas Ghina.

"Yaudah nanti lo kabarin gua aja kapan nyokap lo pulang, ok!"

"Ok."

Keduanya mulai melanjutkan kembali aktivitas makan mereka. Sampai-sampai Ataya tidak sadar kalau sedari tadi ada seseorang yang terus memperhatikan dirinya.

TBC ... 🕊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top