Chapter 04

Ataya benar-benar merasa jenuh sekali seharian ini. Hari minggu harusnya ia habiskan dengan santai tanpa pikiran, tapi yang terjadi justru sebaliknya. 

Hanya karena kuota habis, Ataya benar-benar mati kutu dan tak tau harus melakukan apa sekarang. Ia hanya bisa berdiam diri di kamarnya sambil menatap layar handphonennya yang sedang dalam keadaan terkunci. Berharap akan ada suatu keajaiban yang datang padanya. 

Belum lama ia berharap, tiba-tiba saja handphone Ataya berbunyi. Dengan rasa malas Ataya menggambil handphonenya, tapi ...

"Gila! pulsa dua ratus ribu, tapi dari siapa?" ucap Ataya merasa takjub pada SMS yang baru saja masuk ke handphonenya. Rasanya seperti baru ketiban hadiah give away.

Rezeki anak baik itu gak akan ke mana, walaupun ini pulsa nyasar, tetap aja itungannya rezeki gua, Ah ... seneng banget deh, malah dapetnya langsung dua ratus ribu lagi. Ataya benar-benar merasa sangat senang sekali sekarang. 

Tanpa berpikir lagi siapa yang mengisi pulsanya, Ataya langsung saja membeli paket data kuota bulanan.

Setelah pesan terkonfirmasi, cepat-cepat Ataya membuka aplikasi yang sedari tadi membuat jempolnya terasa gatal.

8 pesan baru
1 balasan baru

"Nah, kan ini pasti dari Lala sama Daisy."

Tapi sebelum membuka pesan baru, Ataya lebih tertarik untuk membuka balasan dari surat yang pernah ia kirimkan.

Canavaro mengirim balasan dari surat yang anda kirimkan.

Hallo (Canavaro)

Sori baru bales suratnya (Canavaro)

Senang bisa berteman 😉 (Canavaro)

Tiba-tiba saja jantung Ataya berdegup sangat cepat setelah membaca pesan tersebut. Dengan sedikit ragu ia mengklik bagian profil orang tersebut.

Oh yaampun, kenapa wajahnya gak keliatan, si?! Ataya merasa sedikit kecewa, tapi juga penasaran. 

Ataya bingung harus membalasnya atau tidak, tapi ... kalau dilihat dari foto profilnya sepertinya orangnya tampan.

"Biar dikata orang jangan pandang fisik, tapi tetap saja visual selalu jadi penilaian pertama orang-orang," dumel Ataya yang berusaha berpikir bodoamatan.

Tapi terlepas dari semua pemikirannya, ada satu pikiran yang membuat Ataya bertanya-tanya, jadi surat yang manakah yang dibalas oleh seorang bernama Canavaro tersebut?

Eh 😳 (Ataya)

Btw, surat yang kapan ya? (Ataya)

Sori ... sori, gua terlalu sering nulis surat, jadi lupa surat yang mana yang lo bales 😅 (Ataya)

Canavaro dengan cepat langsung membalas pesan yang dikirim Ataya, dirinya merasa seperti seorang yang SKSD pada Ataya. Tak lama ia juga mengirim bukti surat yang ditulis Ataya.

Ataya membalas kembali pesan tersebut, karena tak ada bahasan lain, Ataya hanya bisa bilang kalau ia lupa dengan isi surat tersebut.

"Ah ... kenapa gua bisa lupa sama isi surat yang gua kirim sendiri?" gumam Ataya. "Lain kali kalau mau ngirim surat harus gua tulis juga di note, biar tau isinya."

Gak apa-apa manusiawi kok kalau lo lupa 😏 (Canavaro)

Mendapat balasan seperti itu, Ataya merasa bingung harus membalasnya bagaimana lagi. Terlalu sayang untuk diakhiri, jadi Ataya mencoba mencari topik bahasan agar tidak canggung.

Akhirnya topik yang diambil Ataya terus merembet ke topik lainnya, sekalipun bagi Ataya tidak jelas, tapi paling tidak ia mampu mengatasi kecanggungan diawal perkenalannya. Karena Canavaro adalah teman laki-laki pertama yang ia dapatkan di dalam aplikasi tersebut.

🥛-🍽-🍚

Selagi makan malam, Judan terus saja memperhatikan tingkah Ataya yang sedaritadi tampak senang sekali.

Kecurigaan Judan mengenai anaknya memiliki kekasih ini semakin tinggi. Sepertinya Taya memang punya pacar. Batin Judan.

Sebenarnya Judan tak mau mempermasalahkan hal tersebut, tapi hatinya terus saja dibuat tidak tenang oleh pikirannya sendiri.

Namun tak mungkin baginya untuk menanyakan langsung pada putrinya. Lagipula dulu saja, saat ia berpacaran dengan Hasnah, ia tak sekalipun memberitau orang-orang, sampai akhirnya undangan pernikahanlah yang memberitaukan semuanya pada teman-temannya.

Judan berhasil menyembunyikan statusnya dari teman-temannya selama enam tahun lebih. Tapi apakah Ataya juga akan mengikuti jejaknya?

"Bun ... Kak Rima kapan si, lahirannya?" tanya Ataya sambil mengunyah makanannya.

"Ehm ... bunda juga kurang tau, tapi nanti Jeno pasti ngasih tau kalau ada tanda-tanda dari Rima," jawab Hasnah.

Untunglah topik tersebut dapat mengalihkan pikiran Judan, sekarang ia harus fokus kepada calon cucunya.

Jeno memang suami yang baik dan perhatian, tapi kesibukkannya kadang membuat waktu yang ia miliki tak banyak untuk bisa menemani istrinya di rumah sakit. Hal itulah yang membuat Judan khawatir pada putri pertamanya.

"Besok pulang kerja, bunda sama ayah mau nengok kakak kamu," balas Judan.

"Bagus deh, Taya titip salam ya, bilang ke kakak kalau udah lahiran, tinggal dulu aja di sini, biar Taya bisa main sama ponakan, ok?" ucap Ataya.

Sebenarnya ingin sekali Ataya menjenguk kakaknya, tapi phobianya selalu saja membuat ia kembali mengurungkan niatnya.

"Padahal kalau kamu mau, kenapa kamu gak langsung aja nengok kakak kamu?" ucap Hasnah.

Hasnah tau pasti itu tak akan terjadi. Tapi phobia tersebut harus hilang dari anaknya, karena phobia terhadap rumah sakit adalah phobia yang tak wajar bagi kebanyakan orang.

"Kita bisa lewat pintu samping kalau kamu mau ikut," ucap Judan yang mendukung tujuan istrinya.

"Gimana nanti deh, kabar-kabaran aja," ucap Ataya mencoba netral.

Walau begitu, tetap saja yang ada dipikirannya adalah hal yang menyeramkan baginya.

TBC 💃🏻


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top