Chapter 03
HARI MINGGU
Ini adalah waktu di mana Ataya akan berhibernasi sampai siang, dirinya sangat merasa nyaman berada di atas kasur dibalut selimut nan hangat.
Cuaca di luar sangatlah dingin, semalam hujan deras turun dan belum juga berhenti hingga saat ini.
Pagi yang biasanya terdengar suara ayam berkokok, hari ini semua itu tidaklah ada karena semua suara diluar telah tertutupi derasnya suara hujan. Bahkan jika saja tidak ada satupun yang melihat jam, mungkin saja tidak akan ada yang tau kalau hari sudah pagi lagi.
Walaupun hari sudah pagi, Ataya tetap saja masih larut dalam mimpinya, sampai akhirnya suara guntur yang sangat kencang berhasil membangunkan dirinya.
Seketika jantung Ataya berdegup sangat cepat, dirinya merasa sangat terkejut. "Oh yaampun, besar banget suara gunturnya, untung sekarang hari minggu bukan hari sekolah," ucap Ataya mencoba menetralkan dirinya.
Jika saja hari ini adalah weekday maka Ataya akan kesulitan mempersiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah karena hujan.
Pupuslah sudah harapan Ataya untuk berhibernasi, itu semua karena kasur Ataya letaknya sangat dekat dengan jendela.
"Taya!" Panggil Hasnah.
Ataya segera pergi menemui bundanya. "Iya bun?"
Setelah melihat anaknya, Hasnah langsung menujukkan beberapa paper bag untuknya. "Bunda ada ini untuk kamu," ucapnya.
"Apaan ini, bun?" Ataya penasaran dan segera memeriksa isi paper bag tersebut.
Di dalamnya ada dua kardus sepatu untuk Ataya. "Sepatu?" tanya Ataya.
"Iya kemarin Pak Felix nelpon bunda kalau kamu itu gak boleh pake sepatu flat kecuali hari sabtu, jadi bunda beliin kamu sepatu untuk sekolah," jelas Hasnah.
"Pak Felix?"
Wah gak bener nih, apalagi yang Pak Felix bilang tentang gua ke bunda? Ataya mulai merasa panik sekarang.
"Terus ini, bunda juga beli rok span yang baru sama baju seragam yang baru, karena Pak Felix bilang kalau kamu itu bajunya kekecilan, rok juga ketat, emang kamu mau jadi cabe-cabean?" ucap Hasnah.
Ataya hanya diam saja, ia terlalu panik kalau Pak Felix menceritakan betapa bobroknya dia di sekolah bersama Ghina.
"Denger ya Taya, bunda tau baju di crop, pake kaos kaki pendek dan rok ngatung itu adalah hal yang biasa, tapi ... mau bagaimanapun kamu ini seorang siswa sekolah, jaman sekarang itu tidak pantas orang pakai begituan, kesannya jadi rendah di mata orang, bergaul boleh, tapi semua harus ada batasannya, tak semua tren bisa dibilang gaul, ngerti?" ucap Hasnah.
"Bunda juga dulu seperti kamu ... dulu waktu sekolah suka banget ngikutin tren, tapi ada suatu waktu di mana bunda sadar kalau gak semua tren itu membuat kita dipandang gaul, malah yang ada sebaliknya, kamu bisa dipandang kampungan hanya karena tren," jelasnya "Dan kamu tau siapa yang membuat bunda berubah?" Hasnah tersenyum mengingatnya.
"Aduh kuping Ayah kok gatel ya, nih cewek-cewek duaan pasti lagi ngomongin ayah, ya, kan?" goda Judan yang baru saja datang.
"Ge'er!" jawab Hasnah dan Ataya secara bersamaan.
Mereka berdua tertawa bersama, sedangkan Judan dirinya hanya bisa menatap istri dan anaknya yang doyan sekali bergibah.
"Bae-bae kalau gibahin orang ganteng kaya ayah," ucap Judan lalu pergi meninggalkan ruang tengah sambil mencubit kedua pipi putri bungsunya.
"Ah ... ayah sakit!" Rintih Ataya.
Setelah Judan pergi, Ataya yang merasa penasaran mulai bertanya lagi pada bundanya. "Bunda, jadi siapa yang buat bunda berubah?" tanya Ataya berbisik.
"Syut ... nanti ada yang denger, lanjut nanti aja ceritanya, ok?" bisik Hasnah balik. "Sekarang kamu cuci sendiri seragamnya, jadi besok bisa dipakai, jangan sampai bunda dapet telepon yang aneh-aneh lagi dari Pak Felix, ngerti?" Ucapnya.
"Nyuci baju, tapi di luar, kan hujan ... mau dijemur di mana nanti?"
"Keringin aja pake kipas, gak susah, kan?" ucap Hasnah.
Mendengar itu Ataya menjadi badmood. "Oh yaampun, adakah hari di mana aku bisa hidup dengan tenang tanpa pekerjaan?" keluh Ataya.
🧺🧺🧺
"Nyuci ... nyuci sendiri, jemur ... jemur sendiri—"
"Dipakepun sendiri," sela Judan saat anaknya bernyanyi.
"Ayah ... ganggu aja," dumel Ataya.
"Haha kenapa si anak ayah bt banget dari tadi?"
Ataya memang bt sejak kemarin, itu semua karena kuotanya habis lagi, dua hari lalu ia hanya membeli kuota untuk tiga hari saja, data paket tersebut masih berlaku sampai hari ini, namun sayang karena Ataya yang terlalu sering menonton youtube membuat kuotanya habis sejak kemarin siang.
"Ayah ... Taya boleh minta sesuatu gak?" tanya Ataya.
"Mau minta apa?"
"Pasangin wifi ya di rumah ... ayah tetangga kita itu udah banyak yang pasang wifi di rumahnya, masa rumah kita mau aja ketinggalan, ayah, ya ... ya," ucap Ataya sambil memasang mata kucing andalannya.
"Memang untuk apa pasang wifi?" tanya Judan.
Seketika mood Ataya berubah kembali, ia tau tak semudah itu membujuk ayahnya.
Melihat perubahan raut wajah anaknya, Judan jadi merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Ataya.
FLASHBACK
KEMARIN
Setelah pulang sekolah, Ataya langsung nongkrong di kolong meja makan, dirinya terus saja memperhatikan handphonenya sambil tersenyum.
Judan dan Hasnah yang memperhatikan tingkah laku anaknya yang aneh, mereka berpikir kalau Ataya sedang mengalami gejala, sebuah gejala yang tidak ada obatnya, gejala yang membuat orang menjadi keras kepala, yaitu gejala jatuh cinta.
Melihat anaknya yang seperti itu, Judan merasa itu adalah hal yang wajar, tapi apakah mungkin anaknya memang berkomunikasi dengan seorang yang disukainya?
Judan masih memikirkan hal tersebut.
FLASHBAC OFF
"Taya?" ucap Judan yang tidak mendapatkan respon dari anaknya.
Ataya masih berusia 16 tahun, dua bulan lagi ia akan berusia 17 tahun, jadi Judan mewajarkan jika anaknya memiliki emosional yang belum bisa ia kontrol seorang diri.
Siapa laki-laki yang udah buat kamu jatuh hati selain pada ayah? Wajar bagi seorang ayah jika mengkhawatirkan anak perempuannya.
Sementara itu ...
Ah ... gak enak sama Daisy sama Lala juga, mereka sedang curhat malah gak gua bales gegara kuota. Berbeda dari pemikiran ayahnya yang terlalu jauh. Ataya hanya memikirkan masalah tidak membalas pesan teman barunya itu.
Sudah dua hari ini, Ataya belum mendapatkan lagi balasan dari surat yang ia kirim, tapi ia menerima satu surat dari Daisy.
Mereka akrab dengan cepat, dan kemarin keduanya curhat kepada Ataya soal permasalahan mereka.
Lala si anak yang baru putus dari pacarnya. Siapa yang menduga kalau ternyata ia masih SMP tingkat akhir, dan si pacar memutuskan dia karena ingin serius belajar. Sebuah embel-embel murahan untuk mutusin pacar.
Dan Daisy, ia bercerita kalau kemarin ia mencoba mempraktekkan cara membuat kue ala-ala selebgram, tapi alhasil tidak sesuai ekspetasinya. Kuenya tutung beserta dengan panci yang digunakan untuk mengukus kue tersebut. Dan dirinya kena tegur sang mama.
Dari tadi saat mencuci seragamnya. Ataya terus saja kepikiran hal tersebut, ia merasa tidak enak karena tidak membalas kembali pesan mereka.
Tapi entah mengapa Ataya merasa aneh melihat sorot mata ayahnya yang sedaritadi tertuju padanya.
Ayah kenapa, si ngeliatin gua terus kaya gitu? Ataya mulai merasa canggung karena tatapan ayahnya itu.
TBC ✏️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top