9th

Ketika Aras hanya menatapnya nanar tanpa bicara, Widya langsung paham Aras tidak akan memberikan SIM cardnya untuk alasan apapun.

Cuma iseng bertanya tidak ada salahnya kan?

"Gue udah mau tidur."

Ya udah. Pergi tidur aja sana.

Widya mengikuti Aras dari belakang sambil mendekap selimut yang belum sempat dilipat. Aras beneran lagi baik lho malam ini? Makanya ia tadi berpikir jika ia sedang bermimpi Aras datang dan menyelimutinya.

"Eh, Ras. Tunggu bentar. Kasurnya ditebah dulu. Sunnah nabi." Widya mendahului Aras. Ia lalu mengambil sapu lidi dan menyapukan ke permukaan kasur sambil sesekali menepuk-nepukkan bantal dan guling dengan tangannya.

"Buatin jeruk hangat," kata Aras saat melepaskan jaket.

"Langsung tidur nggak nyusahin dulu bisa kan, Ras?" Widya melebarkan mata, masih sambil melipat selimut. Aras sudah seringkali minta dibuatkan ini dan itu sebelum tidur.

Kadang teh, susu, cokelat, dan sekarang jeruk hangat.

"Itu nggak nyusahin. Kalo gue nyuruh lo ngepel itu baru nyusahin." Aras dengan cuek membuka kaus hingga bertelanjang dada.

Masya Allah. Badannya fit banget gitu. Senderable dan pelukable banget tuh punggung Ya Allah...

Perasaan, Aras jarang ngegym, tapi kenapa badannya bagus gitu? Nggak adil deh, sementara ada begitu banyak cowok di luar sana yang bela-belain rajin nge-gym tapi bentuknya biasa-biasa saja. Mungkin benar ini yang disebut anugerah. Sayangnya anugerah itu tidak berlaku untuk sifatnya yang sering marah.

"Buruan sana. Keburu lo ngeces liat gue."

Aras rupanya menyadari jika Widya tengah fokus melihatnya, tapi Widya tidak menyangka akan keluar komentar model begitu.

Itu namanya penghinaan! Ia tidak ngeces, hanya sedikit terpana, terkesima atau apapun namanya.

Widya menimpuk Aras dengan bantal kepala membuat Aras berbalik dan memberinya tatapan tajam.

Widya buru-buru membuka pintu kamar dan berjalan menuju pantry.

Aras selalu saja bisa membuat jantungnya berdebar. Iyalah mereka sedang berada di dalam kamar. Apapun bisa terjadi di sana. Widya malah heran selama enam bulan ini ia bisa tahan satu ranjang dan satu kamar dengan Aras tanpa pernah terpikir untuk menyerangnya.

Atau sebaliknya.

Akh. Mereka kan masing-masing  punya pacar. Ia tentu menjaga perasaan Elang sama seperti Aras menjaga perasaan Kalya.

Uh. Ia jadi kedengaran bullshit sekarang.

Berusaha mengenyahkan pikiran tidak logis, Widya mulai menyiapkan bahan untuk membuat jeruk hangat.

Bahkan pukul 01.22 ia masih mau membuatkan Aras jeruk hangat.

Ia memang isteri yang sangat berbakti kepada suami.

***

"Nih jeruk hangatnya. Abis ini jangan request apa-apa lagi ya? Aku udah mau tidur."

Aras sedang berbaring sambil mendengarkan Shiver, lagu Coldplay melalui ipod ketika Widya masuk membawa segelas jeruk hangat.

Widya mengambil handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Tadinya Aras juga ingin masuk kamar mandi namun urung. Ia akan melakukan aktivitas bersih-bersih setelah Widya tidak lagi menggunakan kamar mandi. Ia paling benci ditunggui di depan kamar mandi apalagi sampai disertai gedoran. Widya sering melakukannya jika ia sedang kebelet.

Dan mengapa orang baru mau ke kamar mandi ketika sudah benar-benar kebelet?

Piyama panjang ungu berbahan sutera membungkus rapat tubuh Widya. Ia memutari tempat tidur dan meletakkan guling sebagai pembatas. Tidak ada yang boleh melewati pembatas jika tidak ingin kena penalti. Soal penalti mereka bebas menentukan yang melanggar diberi hukuman apa. Aras sering menggunakan hak veto untuk menyuruh-nyuruh Widya sesukanya. Hukuman ngepel yang paling ia sukai.

"Dy."

"Hm?"

"Lo sama Elang udah ada rencana nikah?"

Widya balik badan. "Kayaknya belum."

"Kenapa?"

"Situasinya sedang nggak memungkinkan. Kayak kamu nggak tau aja."

Seharusnya tanpa bertanya pun Aras sudah tahu situasi tidak memungkinkan.

"Kenapa kamu nanyain soal itu, Ras? Kamu berubah pikiran? Kamu cinta sama aku jadi nggak bakal cerain aku ya?"

Aras ternganga mendengar ucapan Widya. Tidak berapa lama terdengar tawa Widya.

"Haaah. Aku mulai ngigo lagi deh. Udah ah. Aku mau tidur."

***

Sepiring nasi goreng Seafood terhidang di hadapannya. Wangi dan menggiurkan.

"Teh aja ya?" tawar Widya.

"Terserah."

"Racun serangga mau, Ras? Kan terserah?" Widya tergelak sendiri.

"Bawel." Aras mengumpat tapi tidak menghalanginya memakan nasi goreng buatan Widya. Enak seperti biasa.

Nggak. Ini nggak seperti biasa. Pasti ada benda asing ditambahkan ke dalam nasi goreng yang sudah dikunyahnya.

"Lo kasih pete?" Aras hampir berteriak saat mengucapkannya.

"Dikit doang. Nggak sampe seliter. Enak lho itu. Bikin kencing bau juga." Gelakan Widya semakin panjang.

"Lo mau bunuh gue?"

"Iya. Ini juga baru mau dibuatin racun." Widya mengangkat piring lain berisi nasi goreng. "Ya udah. Nih aku tukar. Parno banget sama pete."

Widya menukar piring nasi goreng yang baru dibawanya dengan piring nasi goreng di hadapan Aras. Ia sengaja mengerjai Aras pagi-pagi.

Aras memandang piring baru dan kembali memeriksa. Kali ini ia mengaduk-aduk dengan sendok.

"Nggak ada kok, Ras. Itu tadi memang punya aku. Sengaja dituker." Widya masih tertawa.

Aras memakan nasi goreng tanpa melihat Widya lagi.

Selain pete, Aras juga parno sama ikan asin. Sekalipun Widya berulangkali menyajikan ikan asin, Aras tidak pernah mencoba. Padahal rasanya kan enak?

"Kenapa nggak suka pete sama ikan asin?" tanya Widya.

"Ya nggak suka aja. Selera orang jangan dicampuri."

"Tak kenal maka tak sayang, Ras. Tak sayang maka tak cinta."

"Bullshit. In love with pete? Non sense."

Widya mencibir. "Selera orang jangan dicampuri." Ia membalikkan kalimat Aras.

"Lo urusin aja selera aneh lo itu. Nggak usah nawar-nawarin ke gue."

Widya kembali mencibir. "Dasar aneh."

Aras menandaskan nasi goreng hingga ke butiran nasi terakhir. Widya bersyukur dalam hati melihat pemandangan piring kosong nan licin. Padahal semalam Aras sempat membuatnya kesal karena menolak makan nasi kuning yang dibawanya.

Sehabis sarapan, Aras langsung meninggalkan meja makan. Widya mengira-ngira Aras akan keluar rumah karena ia bangun lebih cepat. Kalau bangun siang, Aras baru akan keluar rumah di sore hari.

Widya melanjutkan sarapan sambil melanjutkan online di akun Instagram  Solution. Hari Minggu ini masih ada saja customer yang memberi komentar di produk-produk yang dipajang.

"Lo tuntasin sarapannya. Nenek masuk UGD!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top