15th

Aras memukul pelan setir mobilnya.

Sampai kapan harus melakukan sandiwara semacam ini? Apakah ia memang sudah tidak punya pilihan lain sehingga sandiwaralah pilihan terbaik yang bisa diambil ?

Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya hidup bersama seorang perempuan bernama Widya Anandari. Ia memang mengenal Widya, namun hanya sebatas tahu jika Widya adalah cucu dari nenek Sundari, kerabat jauh neneknya.

Dan ketika nenek menyampaikan rencana brilian untuk menikahkannya dengan Widya, tanpa pikir panjang, ia langsung menolak.

Bagaimana mungkin menikahi perempuan yang ia tidak kenal akrab?

Nenek mengatakan jika Widya adalah perempuan baik-baik, terpelajar dan memiliki kepribadian yang sangat baik. Selain itu, Widya juga perempuan mandiri. Meskipun tidak bekerja di kantor apalagi memegang jabatan penting, ia mampu mengembangkan usaha yang dirintisnya sendiri sejak masih kuliah.

Dengan semua kualifikasi tersebut, sangat mudah bagi Widya mengambil hati semua orang. Nenek Adilla tentu saja, ayahnya, dan terlebih lagi Sera, kakaknya. Mereka tidak butuh diskusi panjang untuk menyetujui rencana perjodohan tersebut.

Sementara mereka mengabaikan fakta dan kemungkinan jika Aras telah memiliki perempuan pilihannya sendiri.

Kalya.

***

Widya menutup mulut, tidak sanggup menahan kuapan lebar oleh serangan kantuk yang luar biasa.

Suhu ruangan yang sejuk ditambah suasana hening sangat mendukung untuk tidur.

Tapi sekalipun rasa kantuk berkuasa, kedua matanya tidak juga bisa terpejam.

Ia tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Yang pasti, rasa kantuk itu menari-nari, namun tidak cukup mampu membuatnya tertidur.

"Dy," Sera menepuk bahunya.

"I...iya, Mbak?"

"Kamu itu lagi ngayal atau lagi mau tidur?"

"Nggak tau nih, Mbak. Dari tadi ngantuk tapi nggak bisa tidur."

"Nanti gantian sama Aras aja lagi. Aras balik sore nanti. Udah Mbak telepon."

Widya hanya mengikuti apapun yang dikatakan Sera. Karena selama ini, Sera selalu bersikap baik, jadi Widya merasa cocok dengannya.

Jika Sera bisa bersikap baik padanya, mengapa Aras tidak ya? Seolah Aras menjadikan perjodohan mereka sebagai alasan untuk selalu bersikap ketus padanya. Terkadang, ia pun melakukan hal yang sama jika mengingat perlakuan Aras padanya.

Ia sendiri sudah pernah berencana mengakhiri hubungan dengan Elang mengingat ia akan terikat pernikahan dengan Aras. Tapi sikap Aras yang seolah tidak menganggapnya sebagai isteri menimbulkan pergolakan emosi. Ditambah lagi, Aras masih berhubungan dengan Kalya saat mereka sudah berstatus suami isteri. Kan tidak etis namanya?

Jadi ia memilih kembali menjalin hubungan dengan Elang. Ia hanya tidak mau diperlakukan tidak adil. Aras harus tahu jika ia bukan isteri yang mudah menerima sebuah perselingkuhan.

Padahal jika saja Aras mau lebih mengalah pada egonya, mungkin hubungan mereka bisa menjadi lebih baik. Mungkin perjodohan mereka bisa berubah menjadi sebuah hubungan serius. Dan mungkin mereka bisa mulai dengan melepaskan "pelarian" mereka masing-masing.

Tanpa ragu.

Tapi apa mau dikata? Aras lebih memilih perempuan lain.

***

Cangkir kopi di tangannya masih mengepulkan asap. Aras baru saja selesai mandi, masih menyandang handuk kecil di bahunya. Ia membuat secangkir kopi Toraja, doping sebelum kembali berjaga di rumah sakit.

Sunyi. Bahkan suara TV pun tidak ada.

Sambil menyeruput kopi, ia membuka aplikasi WA. Grup alumni SMA-nya sedang ramai dengan percakapan reuni yang digelar kurang dari dua minggu lagi.

Awalnya ia tidak bergabung di grup itu. Namun Kalya mengaddnya dan ia baru sadar saat menerima hujan notifikasi dari grup WA tersebut. Bukannya keluar dari grup, ia malah asyik membaca balas-balasan komentar teman-teman seangkatannya.

Ia mengscroll ke atas dalam beberapa kali geser, sampai menemukan poster reuni yang dipost admin grup.

wajib bawa pasangan? Masalahnya gue masih single.

Robi memposting pertanyaan super serius itu yang kemudian dibalas dengan beberapa emoticon hingga meme berjajar sampai ke bawah.

Bawa anak gimana?

Titip aja 😂

Iya titip aja, biar nggak ketauan udah punya buntut 😂😂😂

Iya tapi gelambir lengan perut khas ibuk2 mau dikemanain?

Perut buncit bapak2 gimana dong?

Kalo bini dua, yg ikut satu aja apa dua?

Aras hanya tersenyum melihat riuhnya grup WA alumni SMA-nya. Ia hanya membaca-baca tanpa pernah ikut berkomentar. Selain khawatir notifikasi semakin penuh, ia enggan melucu dan jadinya malah garing. Ia cukup sadar diri untuk tidak jadi bahan bully meski ia tahu percakapan absurd teman-teman alumni SMA-nya itu hanya sekadar buat  have fun saja.

Setelah puas tertawa-tawa sendiri, Aras menutup tampilan grup dan beralih menyapa Kalya. Sejak di rumah sakit, ia hanya sekali membuka WA dan mengucapkan selamat tidur sebagai balasan SMS Kalya saat bertanya kapan Aras selesai menjaga neneknya. Aras tidak akan memberitahu Kalya tentang permintaan nenek sekeluarnya dari rumah sakit. Kalya mungkin tidak peduli hal tersebut. Atau bisa jadi ia merasa tidak ada gunanya komplain kepada Aras. Kalya telah terbiasa dengan hubungan backstreet mereka.

Kal?

Heiiiii 😍😍😍lg di mana Sayang?

Pulang sebentar ke rumah

Kpn balik ke rs?

Sekitar jam 5

Rindu bgt sm kamu 😂😂😂 Yang

Jgn lebaiii

Ih samperin dong. Aku di rmh sendiri 😂 pengen dipelukkk

Aras hanya menggeleng-geleng.

Tunggu. Nanti aku singgah sebelum ke rs. Tp gk bisa lama

Gpp sayang 😗😗😗 aku tunggu yaa

Ok

Aras menutup aplikasi WA dan menandaskan kopi yang mulai hangat. Masih ada waktu sejam sebelum berangkat ke rumah sakit. Ia bisa menggunakannya untuk menemui Kalya.

***

Udh dmn Yang?

Di dpn

Selesai mengetik balasan, Aras menunggu sampai Kalya muncul. Tidak perlu menunggu lama karena hanya berselang beberapa detik, Kalya sudah muncul di halaman rumahnya yang mungil.

"Masuk yuk?" Kalya menggamit tangannya dan Aras menggunakan tangannya yang bebas untuk menutup pintu pagar.

Kalya berjinjit untuk mengecup bibirnya.

"Welcome back,"

Aras menarik diri dari Kalya yang sempat menciumnya selama beberapa detik.

"Aku nggak datang buat ini, Kal." Aras sedikit jengah dibuatnya.

"Gitu aja marah. Cium dikit doang. Sebagai pelampiasan rindu."

Aras mengikutinya masuk ke dalam rumah. Ia menutup pintu di belakangnya, sambil memandang berkeliling. Rumah kecil itu benar-benar sepi. Aras menurunkan tudung jaket abu-abunya yang lembab oleh rintik hujan.

"Sesil ke mana?" Aras menanyakan teman kerja Kalya yang tinggal bersamanya.

"Pulang ke Bekasi. Ada acara keluarga," jawab Kalya. "Mau minum apa, Ras?"

"Nggak usah. Aku udah minum kopi tadi."

Kalya menyelipkan poni ke belakang telinganya.

"Cuma mampir aja?"

"Iya," angguk Aras.

"Istri kamu nginap juga di rumah sakit?"

"Mungkin."

Kalya mengangguk-angguk. Cukup baginya menjadi perempuan kedua sementara ada sosok perempuan yang memegang posisi penting dalam hidup Aras sebagai isterinya. "Beruntung sekali dia."







 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top