HANYA SPOILER
Halo, pembacah...
Seperti janji saya, ini hanya SPOILER tentang malam laknat yang dilakukan oleh Malik terhadap Rindu. Untuk bab berapa, saya belum bisa menentukan. Selama membaca, jangan lupa kritiknya jika erlalu vulgar.
* * *
Kamar dengan penerangan minim itu kini hening, tidak seperti beberapa jam lalu ketika Malik dengan brutal telah memaksakan hasratnya kepada Rindu, untuk yang kesekian kalinya, tanpa mempedulikan bagaimana keadaan Rindu yang menangis terluka hatinya karena kelakuan bar-bar Malik.
Napas laki-laki itu masih terengah, demikian juga dengan napas Rindu yang tak kalah tersengal di antara sisa isak tangisnya yang belum juga reda, yang kini berbaring miring memunggungi Malik seolah laki-laki itu demikian menjijikkan di mata Rindu. Malik memejamkan matanya, dia masih enggan beranjak dari rasa nikmat yang selalu membanjirinya setiap kali dia selesai dengan hasratnya kepada Rindu.
Entahlah, hingga hari ini Malik tak juga tahu mengapa tubuhnya demikian puas setelah meniduri Rindu, dengan usaha yang tak mudah dan pemaksaan yang harus dia lakukan karena perempuan ini selalu memberontak. Tentu saja Rindu memberontak karena dia tak mau lagi direndahkan dan dilecehkan sedemikian parah oleh Malik, teman masa kecilnya yang membencinya setengah mati, juga selalu ingin Rindu hindari agar tak timbul percikan perselisihan di antara keduanya.
Bahu Rindu masih bergerak oleh sengalan napas dan isaknya ketika Malik menoleh menatap pungung perempuan itu yang masih terlihat menyembul tak tertutup selimut. Senyum ironi Malik terbit ketika menyadari bahwa dirinya semakin aneh belakangan ini.
Bagaimana tidak aneh?
Sudah bertahun-tahun dia membenci Rindu, bahkan hingga detik ini, dia masih meyakini perasaannya bahwa dia membenci Rindu sehingga dia masih punya tekad yang besar untuk menghancuran perempuan itu hingga ke dasar. Tapi apa kini yang dia lakukan?
Tubuhnya mendadak menjadi pengkhianat atas apa yang ada di dalam otaknya. Alih-alih membenci dan tak ingin berurusan dengan perempuan itu, tapi kenyataannya tubuh Malik bereaksi lain setiap kali dia dekat dengan Rindu. Seperti kali ini ketika kesempatan itu ada dengan sendirinya, tanpa perlu Malik menciptakannya.
Dan bahu telanjang Rindu yang belum sempat tertutup selimut ternyata berhasil membangkitkan hasrat Malik kembali. Dengan penuh ketidakmengertian Malik menatap ke bagian sensitif tubuhnya yang tak ingin diajak kompromi untuk beristirahat. Nyatanya dia keras kepala ingin sebuah pemuasan, meski dia telah berulang kali memuaskan diri atas tubuh Rindu. Yang anehnya, Malik seolah tak pernah merasa cukup dengan itu.
Maka laki-laki itu kembali bergerak, merangsek ke arah Rindu yang belum lagi merasa pulih. Gadis itu —koreksi, sebenarnya Rindu bukan lagi seorang adis karena Malik telah mengambil kemurniannya dengan penuh kemenangan, berkali-kali— terhenyak dan spontan menghindar ketika bibir Malik yang panas dan basah kini singgah di bahunya yang telanjang dan halus itu.
Tapi tentu saja Malik tak membiarkan Rindu menjauh meski hanya seinci. Laki-laki itu dengan sigap mencengkeram lengan atas Rindu, menahan perempuan itu dari gerakan menjauhnya, membuat Rindu kembali meronta meski dia tahu bahwa usahanya akan sia-sia karena Malik telah mengurasnya hingga habis sejak sore hingga malam bergulir menuju dini hari. Tapi kini, apa yang akan dilakukan laki-laki sialan ini? Tidakkah dia cukup dengan telah membuat Rindu kepayahan bangkit karena tenaganya habis terkuras sejak sore tadi? Tidakkah laki-laki itu kehabisan staminanya hingga kini kembali membalik tubuh Rindu yan masih tanpa pakaian dan mengurungnya di bawah tubuhnya?
"Apa yang kamu lakukan lagi?" meski dengan raut yang menunjukkan kepanikan yan disembunyikan dengan susah payah, Rindu menyalak penuh kemarahan karena Malik, laki-laki teman kecilnya itu kini seolah menjadi orang asing bagi Rindu. Napasnya yang manis pekat kembali menguar, membuat Malik terbuai.
Malik tersenyum.
"Kau bertanya apa yang akan kulakukan lagi? Ayolah, Rin. Semalaman ini kita sudah bercinta tanpa henti, tanpa pernah merasa cukup. Apa kamu tak ingin merasakan kehangatan bercinta kita?" Malik bertanya dengan nada sensual yang disengaja untuk menyulut hasrat Rindu.
"Omong kosong! Kita tidak dalam kapasitas bercinta kalau kamu lupa. Kamu yang memaksa aku, bukan aku yang mau!" Rindu benar-benar marah dengan kalimat yang diungkapkan Malik atas keadaan mereka kali ini. Perempuan itu masih saja berusaha meronta agar lepas dari kungkungan Malik, meski dia tahu tu sebuah kesia-siaan.
Sejujurnya Malik ingin tergelak melihat penolakan Rindu yang terlalu ngotot itu.
"Kalau kupikir wanita memang makhluk yang paling munafik. Mulutmu bicara seolah-olah kamu tak mengiginkan kehadiranku di dalam tubuhmu. Tapi kamu lupa bahwa tubuhmu bereaksi lain dengan kehadiranku. Tidakkah kau cermati bagaimana tubuhmu yang bergetar ketika kau mendapati kepuasanmu atas keahlianku bercinta denganmu yang polos dan lugu ini?" Malik bertanya dengan santai, sembari mengingatkan bagaimana tubuh Rindu yang bergetar penuh euforia ketika Malik membawanya menuju puncak kenikmatan atashasratnya yang memang terlalu menggebu.
Wajah Rindu memerah seketika dengan ungkapan vulgar yang dilontarkan Malik.
Nextnya.... tentu berlanjut tentang Rindu Remaja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top