A
OKTOBER, TAHUN 1880
TUJUH TAHUN...
Ya tujuh tahun sudah berlalu..
Siapa sangka setelah tujuh tahun akhirnya Dante kembali menginjakkan kakinya ke rumah ini.
Kalau Dante mengatakan ini pada teman-teman yang mengenalnya, takkan ada yang percaya. Tapi sekarang disinilah Dante.
Dante berdiri dipintu utama yang masih tertutup, menunggu salah seorang pelayan setia dirumah ini membukakan pintu untuk si anak hilang.
Dante mendengar langkah kaki yang datang lalu pintu yang terbuka lebar untuknya.
Didepan Dante berdiri, Viola yang sama persis dengan terakhir Dante melihatnya.
Nampaknya waktu tak menelan Viola.
"Senang melihatku darling" seru Dante dengan senyum nakal dibibirnya.
Dan Viola yang sudah merawat Dante dari lahir,melompat ke lengan Dante yang terbuka lebar.
Dante tertawa, memeluk Viola yang sedang tersedu-sedu didadanya dante membawanya berputar-putar dengan tawa lepas.
"Apakah pantas seorang pembantu memeluk majikannya seperti itu?"
Suara yang menyela tawa Dante membuat suasana hati Dante berubah segelap malam.
Dante menurunkan Viola dan menatap lurus ke mata perempuan yang sudah menjadi istri almarhum ayahnya semenjak sepuluh tahun yang lalu.
Perempuan yang menjadi nyonya dirumah milik mama kandung Dante.
"Hai.. Carla" sapa Dante pada perempuan cantik yang berada disebelah mama tirinya.
Tentu saja itu anak bawaan si mama tiri.
Dante tersenyum pada Carla yang melambai genit padanya. Dante sepenuhnya mengabaikan Sonya si mama tiri.
Tak perduli kalau Dante sengaja mengabaikannya, Sonya tetap menunjukkan sikap sebagai nyonya rumah yang baik.
Sonya menatap Viola.
"Bawa barang Dante ke kamarnya" perintah Sonya dijawab anggukan Viola yang jauh lebih tua dari Sonya dengan wajah dingin.
Lalu Sonya menatap Dante.
"Semuanya sudah disiapkan sesuai dengan apa yang kau suka. Kau akan merasa betah seperti dulu" ujar Sonya yang tak perduli kalau dia sedang mengganggu Dante yang sedang merayu putrinya.
Dante menoleh perlahan pada Sonya. Tak perlu kacamata khusus, Dante tahu kalau Sonya selalu merasa takut padanya, bagaimanapun sonya berusaha menutupnya.
"Ini rumah ku. Tentu saja aku akan betah disini" jawaban Dante membuat Sonya menatapnya tajam, menunggu Dante melanjutkan apa itu yang diyakini Sonya sebagai usaha Dante untuk merendahkannya.
"Dan perlu kau tahu, aku berniat menetap dirumah ini. Jadi sebagai tamu dirumah ini, kuharapkan dapat menyesuaikan aturan mainmu denganku"
Lanjut Dante dengan cara bicara yang dilambatkan agar Sonya tahu kalau Dante sudah menetapkan batas untuknya.
Tak sudi merasa terhina. Sonya mengangguk kaku.
"Dan untukmu Carla. Asal kau bisa membuatku senang, aku tak keberatan kalau kau menganggap dirimu sebagai perempuan nomor satu dirumah ini"
Rayu Dante terang-terangan.
"Tentu saja aku tahu kau akan melakukan itu" jawab Carla yang bicara karena begitu tersanjung dengan cara Dante yang terang-terangan menunjukkan kekagumannya pada Pada kecantikan Carla.
"Aku senang kalau kau tak melupakan Carla. Kuharap kalian bisa melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius" sela Sonya yang di hadiahi Dante tatapan menghina.
"Tentu saja aku selalu serius dengan perempuan cantik seperti Carla" Dante menyeringai,
"Sama seperti tujuh tahun yang lalu" tambahnya kemudian yang langsung menimbulkan rona merah diwajah Carla.
Seolah tak melihat bagaimana meronanya wajah Carla, Dante tersenyum dan berjalan meninggalkan ibu dan Anak yang memiliki wajah secantik malaikat kegelapan.
Dante melangkahi dua anak tangga sekaligus, membuka pintu kamarnya dan dengan jantung yang berdebar kencang, melangkah masuk.
Sialan...!!!
Kenapa Dante masih bisa mencium aroma parfum yang dipakai perempuan itu..
Perempuan kurang ajar yang sampai hari ini masih menghantui Dante dengan suara dan tatapannya yang seperti kucing kecebur got..
Dante yakin kalau para pelayan sudah menyemprot wewangian dikamar ini. Tapi Dante tetap saja tak bisa mengenyahkan Wangi kulit dan keringat yang dihasilkan perempuan tersebut saat Dante memberinya kepuasan.
Jujur Saja. Sebelum masuk ke rumah, Dante sudah hampir meledak ketika membayangkan perempuan itu akan ikut menyambut kepulangannya, lalu Perempuan tersebut Akan menatap Dante dengan takut dan terluka, seperti terakhir kali dia melihat Dante.
Lalu sedetik kemudian Dante ingat kalau perempuan itu pasti tak ada didalam sana.
Mana mungkin perempuan yang sudah menikah, masih mengekor dibelakang mama dan saudara kembarnya.
Dante menyibak tirai kamarnya, mematikan lampu dan membiarkan cahaya Bulan menerangi kamarnya yang luas. Dante berjalan ke balkon dan menatap ke tanah miliknya yang luasnya sejauh mata memandang dan dibatasi oleh hutan..
Dante, Putra tunggal seorang tuan tanah. Penguasa daerah ini. Cucu dari pemilik hampir semua wilayah ini.
Dante bisa diibaratkan Raja di pulau kecil ini.
Kedudukan yang selalu saja coba diingkarinya.
Selama ini Dante bisa mengindar karena papanya masih hidup, jadi Dante tak perlu melanjutkan warisan kakeknya, karena sebenarnya, papa Dante cuma menantu dan Dante lah ahli waris yang sebenarnya.
Sayangnya selama tujuh tahun ini Dante mencoba melupakan tugas dan memilih berkeliling dunia. Bersenang-senang dengan uangnya yang takkan habis sebanyak apapun Dante membuangnya kelautan.
Tapi sayangnya lagi, Dante harus kembali dan mejalani takdirnya. Ayah yang mengambil alih tugas Dante sudah meninggal dari setahun yang lalu.
Bahkan saking enggaknya pulang, Dante tak menghadiri pemakaman orang tua itu.
Dua orang yang paling Dante benci di dunia ini. Orang tua itu dan perempuan itu..!!
Dante memutuskan menyimpan sakit hatinya dipojok terdalam hatinya, memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari debu yang menempel di kulitnya akibat perjalanan yang jauh.
Dante juga butuh berendam untuk melembutkan ototnya yang kaku.
Tapi baru saja Dante memejamkan matanya, langsung saja sorot mata terluka perempuan itu membuatnya tersentak.
Sialan..
Bagaimana caranya agar bayangan perempuan munafik ini hilang dari pikirannya.
Terluka??
Seharusnya perempuan itu senang Dante menyetubuhinya bukan?
Tujuannya memiliki Dante akhirnya tercapai.
Perempuan sialan itu bahkan berhasil menghancurkan pertunangan Dante dengan Laura.
Dante terdiam..
Kenapa tak sekalipun semenjak memutuskan pulang, Dante membayangkan wajah Laura.
Lauralah yang terluka dalam drama yang disiapkan Sonya, tapi kenapa justru tatapan terluka perempuan itu yang selalu menghantui Dante.
Dan selama tujuh tahun ini, tak sekalipun Dante memimpikan Laura.
Dante jutru memimpikan perempuan bertubuh kurus dan tak memiliki pekukan Indah seperti tubuh Laura yang selalu menghangatkan ranjangnya, sebelum perempuan itu merusak semuanya.
Dante mengutuk malam-malam tang dihabiskannya dengan mimpi yang memberinya kepuasan, lebih dari saat Dante membenamkan penisnya ketubuh hangat perempuan cantik yang menjerit nikmat dibawahnya, padahal Dante tak merasakan kepuasan sedikitpun kecuali membayangkan tubuh kurus dan kikuk perempuan lain lah yang sedang di setubuhinya habis-habisan.
Dante benci perempuan itu.
Saat Dante selesai membersihkan tubuh dari kotoran dan pikirannya dari sosok perempuan itu, Dante segera keluar dari kamar mandi.
Dikamarnya sudah menunggu Carla dengan gaun tidur seksi dan senyum menggoda.
Seharusnya, laki-laki normal akan beraksi saat melihat kulit Carla yang bersinar dan terlihat cukup banyak untuk membuat lelaki manapun rela terbakar untuk menyentuhnya.
Dante memaksakan senyum nakal saat menatap Carla.
"Apakah kau keberatan jika aku memintamu keluar..?"
Wajah Carla terlihat tersinggung.
"Aku khawatir tak bisa memberimu kepuasan, karena rasa lelah akibat perjalan yang jauh"
Lanjut Dante.
Mereka berdua sama-sama dewasa, tak perlu basa-basi lagi ataupun kerlingan isyarat seperti yang mereka lakukan dimasa lalu.
"Kalau kau terlalu lelah, bagiamana jika aku yang akan memberi kita kepuasaan?" goda Carla yang kini sudah berdiri dihadapan Dante sambil menyusuri telunjuknya di pinggir Handuk yang mengantung rendah di pinggul Dante.
Saat itu terlintas dalam pikiran Dante untuk secepatnya memperkerjakan pelayan pribadi, agar Carla tak bisa masuk ke kamar Dante begitu saja.
Namun untuk sekarang, Dante tak mungkin menolak Carla. Bisa-bisa gosip kalau dia sudah tak setangguh dulu lagi, akan menyebar ke seluruh pulau, besok pagi.
Dante tersenyum mencopot handuknya dan membiarkan Carla melihat kejantannya yang terkulai dan mengeriput terpampang.
"Apa kau pandai menggunakan mulutmu"
Senyum yang Dante berikan tak mungkin membuat perempuan seperti Carla yang selalu menganggap dirinya sebagai bangsawan terhormat, merasa terhina.
"Sudah lama aku ingin merasakan bercinta dengan mulutmu" lanjut Dante yang melihat ketakutan Dimata Carla.
Ah.. Carla yang murahan ternyata belum terlalu banyak menguasai urusan ranjang. Pikir Dante setengah geli.
Kelihatannya Carla tak mau Dante berpikir kalau dia kurang pengalaman.
Terlihat sekali tekat Carla untuk memastikan Dante takluk padanya.
Carla mendekati Dante yang sudah duduk dipinggir Ranjang dengan senyum yang tak pernah gagal membuat para wanita bergairah.
Carla berdiri dihadapan Dante dan bersiap menarik gaun tidurnya ke atas untuk dilepaskan.
Tangan Dante langsung mencengkeram tangan Carla.
Carla terlihat kaget, dan Dante langsung memberikan senyum mautnya lagi.
"Tak perlu repot membuka pakianmu, aku tahu mulut sudah cukup untuk memuaskan kita" rayu Dante.
Carla menganggap itu pujian dan tersenyum puas. Tapi Dante tahu kalau itu adalah hinaan.. Dante mungkin akan muntah jika dipertontonkan tubuh bak gitar Spanyol sementara yang di inginkannya adalah tubuh kurus dan setipis papan cucian, milik saudara kembar Carla.
Carla jongkok diantara paha Dante yang terbuka dan menggenggam milik Dante dengan telapak tangannya yang basah dan dingin akibat gugup.
Oh.. Tuhan. Dante ingin semua ini cepat berakhir. Dan satu-satunya jalan adalah membayangkan wajah Suadara kembar Carla yang merintih dan terisak saat Dante menyetubuhinya.
Dan benar Saja, penis Dante yang diberi kecupan takut-takut oleh Carla, langsung siap tempur.
Carla yang berpikir hal itu karena dirinya jadi lebih bersemangat. Kali ini Carla kehilangan sifat bangsawan nya dan lebih cocok disetarakan dengan pelacur yang biasa Dante bayar dengan harga yang lebih dari yang seharusnya Mereka terima.
Carla terlihat mati-matian membuat Dante puas. Padahal kalau pun dia tak bersusah payah, Dante tetap akan mencapai klimaksnya karena wajah dan suara saudara kembar Carla yang bermain dipikirannya.
Carla yang terlihat ingin muntah akibat benih Dante yang memuhi mulutnya, segera berdiri dan berlari ke kamar mandi.
Dante terkekeh saat mendengar suara muntahan Carla.
Sebelum Carla kembali dan berharap Dante akan memeluknya sebagai tanda terimakasih, Dante cepat-cepat menarik selimut menutupi tubuh polosnya dan pura-pura tertidur.
Beberapa menit kemudian Dante mendengar Suara Carla yang mendekat dan mengumpat persis seperti pelacur, saat melihat Dante yang sudah tertidur.
Dante yakin Carla sedang berperang dengan dirinya, apakah naik ke ranjang Dante tanpa diundang, atau pergi dan besok berharap kalau Dante akan minta maaf padanya.
Tak lama suara pintu terbuka dan tertutup memberi tahu Dante kalau, Carla memilih opsi ang kedua.
Dante menunggu beberapa menit lagi sebelum membuka matanya.
Api amarah terlihat berkobar dimata Dante.
Saudara kembar Carla memang tak berhasil menjebak Dante dengan kepolosannya, tapi perempuan itu berhasil menguasai pikiran Dante.
Sebaiknya Dante harus cepat membereskan masalah ini.
Dimanapun perempuan itu kini, Dante harus menemuinya dan membuktikan pada mereka berdua kalau Tak satu orangpun bisa membuat Dante tersiksa.
Suatu saat nanti, Dante harus memiliki istri dan menyambung keturunan.
Dante tak ingin perempuan manapun yang dia pilih nanti tahu kalau dibenak Dante bersemayam perempuan yang tak layak berada disana.
Dante ingin menghapus nama dan wajah perempuan itu yang membuat Dante kesulitan untuk menjalin hubungan dengan perempuan lain..
Mara...!!!
Dante mendesiskan nama saudara kembar Carla, nama perempuan yang dibencinya. Nama perempuan yang berhasil memporak-porandakan semua kebahagian Dante dan laura.
Dan jika saja semuanya mungkin, Dante akan mencari Laura dan mengucapkan maaf sekali lagi pada Laura yang Malang dan lembut.
Yah.. Itulah yang akan Dante lakukan. Dante akan membalas Mara atas segala siksaan batin yang Dante rasakan.
Lalu Dante akan berusaha menebus segala kesalahan yang sudah dilakukannya pada Laura, jika hal itu masih mungkin..
Karena menurut kabar yang Dante dengar, Laura sudah kembali ke pulau ini saat suami yang dinikahinya karena patah hati, selingkuh dan meninggalkan dua tahun yang lalu.
Sekarang Laura janda cerai tanpa anak yang harus menompang dirumah orang tuanya, karena suaminya yang bajingan tak memberinya uang sepersenpun.
Dan kabar ini, yang dikirimkan orang kepercayaan mendiang ayahnya lah, yang membuat Dante membulatkan tekat kembali ke tangungjawab yang berusaha dilupakannya.
Laura adalah orang korban utama dalam tragedi masa lalu mereka. Dan Dante bertekat untuk menebusnya.
Laura adalah gadis paling cantik yang pernah Dante kenal. Laura adalah perempuan cantik dengan segala kehormatan perempuan yang didik dengan segala kesadaran, bahwa kelak dia harus menjadi istri yang baik dan ibu yang Hebat.
Laura adalah apa yang Dante pikir cocok sebagai istrinya kelak. Perempuan yang akan memberi Dante keturunan.
Sayangnya semua buyar semenjak Mara masuk dalam kehidupan mereka.
Mara dengan perwakan kecil dan kurus, sangat berbeda dengan ibunya Sonya dan saudara kembarnya Carla.
Meski tak bisa menerima pernikahan sonya dan papanya, tapi Dante selalu sopan dan baik pada Mara yang seakan selalu menjadi objek bully ibu dan kakakny.
Sayangnya kebaikan Dante disalah tafsir oleh Mara.
Kalau saja Dante tahu kalau dibalik wajah polos dan memelasnya, Mara adalah perempuan licik yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, pasti Dante sudah memperlakukan Mara dengan cara yang sepantas didapat olehnya.
Bahkan setelah menghancurkan hidup Dante, Mara tak menunggu waktu yang lama untuk mecari suami.
Dua Bulan setelah Dante meninggalkan pulau dan kampung halamannya, Dante mendapat kabar kalau Mara menikahi Rick, Putra salah seorang orang terpandang dipulau ini.
Disaat mendapat kabar tersebut, Dante terbakar oleh amarah untuk pertama kalinya.
Dante bahkan membunuh laki-laki bajingan yang berani mengusiknya malam itu.
Berkat koneksi dan nama papanya, Dante bebas dari hukuman mati dan hanya menjalani hukuman yang singkat
Tapi penjara, tak mampu memadamkan amarah dihati Dante. Bahkan hidup dengan bersenang-senang juga tak bisa membuat Dante bahagia.
Hingga Dante sadar, jika ingin bahagia, dia harus memperbaiki kesalahannya.
Dan disinilah Dante sekarang, bersiap menyambut kebahagiannya bersama laura. .
***************
(18012018) pyk..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top