Kehangatan di Malam Pertama

Ini mungkin sepele bagi sebagian orang. Namun, untuk memupuk cinta, hal sepele inilah yang justru bisa menyuburkan cinta yang terus bersemi dalam rumah tangga. Belaian orang yang tercinta merupakan hal yang selalu dinanti. Lembutnya tangan menyatu dengan ketulusan cinta. Bergerak bersama detak jantung yang terus bergelora.

Jika setia pagi yang indah, atau di setiap malam menjelang tidur, dengan diiringi obrolan ringan yang menghangatkan, membelai mesra istri tercinta. Tak ada hari yang terlewati tanpa jari jemari membelai sang pujaan hati. Tangan yang bergerak membelai, akan melahirkan energi cinta yang membuai. Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menanamkan cinta yang indah kepada makhluk-Nya.

Inilah yang dilakukan manusia mulia, Rasulullah Saw. Diceritakan dalam suatu hadist, seperti diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rahimahullah, "Adalah Rasulullah tidak pernah melewati hari, melainkan beliau mesti mengelilingi kami (istri-istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami, tetapi tidak bersama, sehingga beliau sampai ke tempat istri yang menjadi gilirannya dan bermalam di tempat tersebut."

Belaian merupakan salah satu tanda mesra dan romantis. Belaian adalah sentuhan langsung fisik sebagai penyalur rasa yang bergelora di dalam dada. Belailah dia dengan penuh mesra dan salurkan rasa cinta dan kasih sayang itu dengan tangan lembut. Belailah rambutnya, lehernya, tangannya agar energi cinta merata. Jika perlu, akhiri belaian dengan kecupan. Belailah dia, dan rasakan desir-desirnya.

"Tidak Bang, tidak di sini."

Nurhayati berucap setengah berbisik saat Furqon tengah bangun dari tempatnya berbaring dan melakukan sesuatu yang diceritakan Nurhayati, seolah ia tengah terhipnotis.

"Maaf, Abang merasakan sesuatu yang aneh."

"Bang, sepertinya akan turun hujan. Kita masuk ke dalam saja, tidak lucu kalau kehujanan di balkon. Aku akan melanjutkan ceritanya di kamar."

"Baiklah, sayang."

Furqon merangkul bahu Nurhayati dan bergegas masuk ke kamar. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, Nurhayati menutup jendela kamar. Sementara itu, Furqon menutup pintu dan menguncinya lalu mematikan lampu kamar. Hanya lampu tidur yang dibiarkan menyala. Memang, sejak ba'da maghrib tadi mereka duduk berdua di balkon kamar sambil melihat cahaya bintang.

Setelah seharian melangsungkan akad pernikahan, rupanya keduanya sangat kelelahan. Keduanya memadu kasih untuk saling mengenalkan diri sendiri adalah cara yang tepat untuk melepaskan lelah. Mereka yang mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya, hidup bersama dalam mahligai ruamh tangga.

"Kok dimatikan, Bang? Katanya ingin melanjutkan cerita, apa sudah mengantuk?"

"Masih ada lampu di samping tempat tidur, mataku silau kalau lampu menyala. Kenapa?"

"Ah tidak."

"Apa kamu tidak nyaman dengan hanya lampu temaram?"

"Tidak apa-apa, mari duduklah di sini. Aku akan melanjutkan cerita."

Furqon berbaring di sisi ranjang, sedang Nurhayati di sisi ranjang yang lain. Ia mulai melajutkan ceritanya.

"Selanjutnya, apa yang dilakukan Rasulullah pada istrinya?"

"Bersandar dipangkuan istri."

"Seperti apa yang aku lakukan di balkon?"

"Ya." Nurhayati memandang Furqon, kemudian kembali bercerita.

Saat berpangkuan mesra itulah energi positif batin mengalir dari hati. Kenyamanan, kebersamaan, kemesraan, dan keromantisan akan menyelimuti. Lakukanlah dengan ikhlas. Itulah yang dilakukan Nabi bersama istrinya, Aisyah. Nabi sering menyandarkan kepalanya di paha Aisyah sambil beliau mengulang hafalan Al-Qur'an. Inilah contoh kegiatan mengulang hafalan Al-Qur'an yang romantis.

Aisyah Radhiyallahu Anha menuturkan, Nabi Saw. membaca Al-Qur'an (mengulang hafalan) dan kepala beliau berada di pangkuanku sedangkan aku dalam keadaan haid.(HR. Al-Bukhari).

Bahkan menjelang wafat pun, Nabi berada di pangkuan Aisyah, istri beliau. Hingga wafat pun Nabi sangat romantis dengan istrinya. Romantis hingga akhir hayatnya. Aisyah berkata, "Ketika maut menghampiri Rasulullah, kepala beliau berada di atas pahaku. Beliau pingsan sesaat, kemudian beliau bersandar dan pandangannya tertuju ke atap, lalu berkata, "Ya Allah, (pertemukan diriku dengan) kumpulan orang-orang mulia yaitu Nabi yang berada d isurga 'illiyyin yang tinggi." (HR. Al-Bukhari)

"Lalu apa lagi?" Furqon bertanya.

"Membersihkan noda merah istri."

"Apa itu yang dimaksud darah haid?"

"Ya. Suatu hari, darah haid Ibunda Aisyah jatuh menetes di atas tikar. Rasulullah Saw. yang melihat itu kemudian mencuci bagian tikar yang terkena tetesan darah tersebut, kemudian tidak beranjak dari tempat itu dan melakukan shalat disitu."

"Sedemikian cintanya Rasulullah pada Aisyah?"

"Tentu saja, selain itu Rasulullah juga membonceng istrinya dengan mesra." Nurhayati kembali becerita.

Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu pernah menuturkan, "Kami bersama Rasulullah Saw. pulang dari Khaibar. Aku membonceng kendaraan Abu Thalhah, sedangkan beliau mengendarai sendiri tunggangannya. Saat itu, salah seorang istri Rasulullah membonceng di belakang beliau." (HR. Al-Bukhari)

"Kemudian apalagi?

"Membantu istri naik kendaraan, mau tahu ceritanyanya."

"Kalau ini sudah tahu, aku pernah membaca di salah satu buku. Kemudian apalagi?"

"Beri kecupan penuh cinta."

"Kalau ini akan sering aku lakukan, selanjutnya apa?"

"Jalan-jalan romantis di malam hari."

"Aku tahu ini, yang lainnya apa?"

"Kalau semua sudah tahu, kenapa masih bertanya?"

Nurhayati mulai kesal, sementara Furqon hanya tersenyum melihat wajah istrinya mengerut seraya menggerutu. Sengaja Furqon berkata demikian, sebab dia sangat senang jika istrinya banyak bicara dan bercerita, meskipun tahu ceritanya.

"Ada bagian yang tidak aku tahu, ceritakan yang lain."

"Layani dengan penuh cinta, seperti membantunya memasak atau sesekali menyiapkan teh hangat di pagi hari. Bukan perkara kewajibannya, tapi ini untuk menumbuhkan romantisme dalam pernikahan."

"Oh, begitu. Itu sih mau kamu, lalu apalagi?"

"Mandi berdua dengan air cinta."

Nurhayati berbisik ke telinga Furqon. Furqon tertawa geli, tapi Nurhayati enggan menceritakan sesuatu tentang ini. Meskipun sudah sah sebagai pasangan, tetapi rasa malu dan gugup membuatnya tidak mau menceritakan hal itu.

"Kenapa tidak dikisahkan?"

"Nanti kamu jadi baper, Nabi juga pernah makan sepiring berdua, dan..." Nurhayati tidak melanjutkan kalimatnya."

"Dan apa?"

Nurhayati sedikit mendekat, dan menempelkan tangan Furqon ke pipinya. Lalu berucap, "Tetap bercumbu walau datang bulan," ucapnya setengah berbisik.

"Tenang saja, aku juga tidak akan kalah romantis dengan beliau."

Begitu besarnya rasa kagum Furqon terhadap Nurhayati, bahkan setelah keduanya menikah dia sangat mengagumi istrinya dengan segudang pengetahuan. Hal yang paling dia senang, Nurhayati selalu menyematkan nama Rasulullah dalam setiap tidakkan. Itu memberikan penjelasan bahwa Nurhayati ingin segala hal dalam hidupnya dipelajari dari kehidupan Rasulullah.

"Rasulullah juga selalu menghangatkan tubuhnya dalam dekapan sang istri, dan pernah suatu ketika pipinya berada di atas pipi Aisyah. Saat itu Rasulullah sedang berdiri, dan Aisyah berdiri di belakangnya."

"Hmm.. romantis ya?"

"Ya, tentu saja. Rasulullah juga pernah memberikan suapan mesra kepada istrinya, dan menemani ketika istrinya yang sedang sakit atau dalam masalah. Rasulullah juga sering tertawa dalam gurauan yang mesra, dan memanggil istrinya dengan panggilan sayang. Kamu tahu apa panggil sayang Rasulullah pada Aisyah?"

"Apa?"

"Aisy, yang artinya kehidupan dan Humairah yang artinya kemerah-merahan."

"Selain itu, apa ada lagi keromantisan Rasulullah pada istrinya?"

"Ada."

"Apa?" Furqon memiringkan posisi berbaringnya menghadap Nurhayati. Nurhayati memandang matanya dengan cinta, dan berucap.

"Variasi dalam berhungan seks," ucapnya dengan menjelitkan mata.

Dia lantas beranjak dari tempat tidur, menuju meja rias dan duduk di kursinya. Furqon mendekatinya, perlahan membelai lembut kepala Nurhayati dan sesekali menciumnya sambil memandang wajahnya dibalik cemin. Dia melepaskan beberapa jarum yang menempel di jilbab istrinya, kemudian melepaskan jilbab yang dikenakan dan tak sempat dibuka.

Kemudian Nurhayati bangkit dari tempat tidur, lalu menggantikan baju gamisnya dengan piama khusus untuk tidur. Untuk pertama kalinya dia melepaskan jilbab dihadapan seorang lelaki asing, yang kini telah halal menjadi suaminya. Sementara, Furqon asik memperhatikannya dan kemudian berucap.

"Aku juga bisa seromantis Rasulullah."

"Oh ya, bagaimana mungkin. Aku tidak percaya."

Seolah tidak percaya pada kemampuan Furqon dan berniat hendak menantangnya untuk melakukan keromantisan tersebut. Furqon membetulkan posisi duduknya, dan berkata.

"Kemarilah, aku akan membuktikan betapa romantisnya suamimu ini. Aku akan membuat bidadari merasakan cemburu yang teramat padamu."

Saat itu hujan tiba-tiba saja turun cukup deras, rintiknya terdengar nyaring. Udara dingin menyelinap diantara celah jendela yang masih terbuka, Nurhayati menutupnya.

"Anginnya dingin sekali," ucapnya seolah tak memerdulikan permintaan Furqon.

"Kemarilah, biar kuhangatkan tubuhmu dengan cintaku."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top