Bingkisan dari Langit
Nurhayati sangat terkejut mendengar pernyataan Furqon. Tidak pernah terpikir olehnya selama ini bahwa lelaki yang sering ia temui ternyata memiliki maksud dan tujuan. Lewat temannya yang cukup dekat dengan Nurhayati, serta atas informasi dari Nafisah istri dari Naufal. Furqon banyak mengetahui tentang Nurhayati. Setelah banyak pertimbangan dan istikhoroh panjang, akhirnya Furqon memberanikan dari mengutarakan maksudnya.
Nurhayati mengangkat kepalanya, "apa yang Kak Furqon katakan?" tanya Nurhayati meyakinkan.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku bermaksud melamarmu."
"Apakah Kak Furqon sudah yakin? Kita bahkan belum lama saling mengenal."
"Nur, tidak mungkin aku mengambil keputusan jika tidak kupikirkan secara matang."
"Baiklah kalau begitu, aku tunggu kedatangan Kak Furqon ke rumah malam ini juga."
Furqon menelan ludahnya, "mala mini, Nur?"
Nurhayati mengangguk, "tentu saja. Aku tidak perlu mengulang kalimat yang sama bukan? Permisi," ujar Nurhayati seraya meninggalkan Furqon.
Mendengar pernyataan Nurhayati, Furqon terasa mendapatkan sambaran petir. Dia menginginkan semua ini berjalan dengan baik dan cepat tentu saja. Akan tetapi, dia tidak berharap bahwa akan secepat ini. Namun, dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan hati seorang wanita yang diharapkannya itu.
Usai mengikuti beberapa kegiatan di rumah singgah bersama Maudy dan juga Nurhayati, akhirnya Furqon pamit lebih awal. Dia harus segera membicarakan ini dengan kedua orang tuanya mengenai permintaan Nurhayati. Furqon tidak banyak bertanya mengenai gadis impiannya kepada sang ibu ataupun ayah, sebab memang pertemuan awal itu memberikan kesan tersendiri bagi ibunya terhadap Nurhayati.
Sesampainya di rumah, Furqon tidak mendapati sang ibu ataupun ayahnya. Tentu saja ayahnya sedang berada di luar seperti biasa. Segara Furqon mencari sang ibu di kamarnya dan dia langsung mengutarakan maksudnya kepada Fatimah.
"Bu," ujar Furqon menghampiri ibunya seraya duduk di samping ranjang Fatimah.
"Ada apa, Fur? Tumben datang langsung masuk kamar?" tanya Fatimah seraya menyentuh lembut tangan anak lelakinya.
"Bu, Ibu masih ingin Furqon segera menikah bukan?"
"Tentu saja, itu harapan ibu sebelum meninggalkan dunia ini."
"Jangan bicara begitu, Furqon tidak mau mendengarnya."
Furqon terdiam sejenak,"hmm, Bu. Apakah Ibu dan Ayah bisa menemui seseorang untuk Furqon malam ini?"
"Maksudmu apa?"
Fatimah mengerutkan dahi, tentu saja dia tidak paham maksud pembicaraan Furqon. Apalagi ini secara tiba-tiba tanpa ada pembicaraan sebelumnya.
"Lamarkan seorang gadis untuk Furqon."
"Kamu serius?"
"Ya, tentu saja."
"Baik, Ibu akan bicara dengan ayah. Akan tetapi, siapa gadis yang hendak kamu lamar?"
"Gadis yang membuat Ibu terpikat pertama kalinya. Ibu masih ingat bukan, gadis yang menolong Ibu dari pencopet itu?"
"Nurhayati?"
"Iya, Bu. Nurhayati."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Fatimah meninggalkan Furqon menuju ruang keluarga, di sana ia menemui ayahnya Furqon yang baru saja tiba. Setelah berbicang banyak hal, akhirnya ia kembali. Selanjutnya, ia meminta Furqon untuk berangkat ke rumah Nurhayati.
Assalamu'alaikum wr. wb.
Nur, insya Allah ba'da shalat isya' aku dengan keluarga akan segera datang ke rumah
Chat masuk dari Furqon, Nurhayati menyambutnya dengan senyuman. Ada keyakinan dalam hati Nurhayati kepada Furqon, meskipun belum mengenal Furqon lebih jauh. Dia akhirnya memberitahukan hal ini kepada Azzam agar bisa menemui Furqon.
"Kak, ba'da isya' langsung pulang ke rumah."
"Memangnya, kenapa?"
"Ada seseorang yang akan datang menemuimu."
"Hmm, baiklah, aku mengerti," ucap Azzam sambil meninggalkan Nurhayati.
"Secepat itukah?" Maudy datang tiba-tiba.
Maudy sangat terkejut, sebelumnya Nurhayati membicarakan hal ini dengan Maudy usai kegiatan di rumah singgah. Dia menjelaskan tujuan kedatangan Furqon ke rumah singgah tadi sore. Tidak menyangkan bahwa semua ini akan segera disepakati malam ini juga.
"Lebih cepat lebih baik, yang terpenting ia bermaksud baik."
"Baiklah, semoga semua akan berjalan dengan baik."
"Amin.."
Jam menunjukan pukul delapan malam kurang lima belas menit, sebentar lagi keluarga Furqon datang. Nurhayati menunggu di kamarnya, ada resah yang menghinggapi dirinya. Berulang kali ia melihat ke arah jendela, tapi tak ada tanda-tanda Furqon akan segera datang. Ia mulai gelisah, sesekali duduk di pinggir ranjang kemudian berdiri kembali atau sekitar berjalan-jalan di sekitar jendela kamar.
Tidak terasa jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam kurang lima menit, terdengar olehnya suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ia melihat dari jendela kamar, tak bukan dan tak lain yaitu keluarga Furqon telah tiba di depan rumah bersama keluarganya. Dua orang lelaki dan seorang wanita paruh baya berjalan menuju pintu depan rumahnya, perlahan mereka menghilang dan masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama kemudian, pintu kamar Nurhayati diketuk.
"Nur, keluarga Kak Furqon telah tiba. Turunlah segera, mereka menunggumu di bawah." Maudy mengabarkan.
"Baik," jawabnya singkat sambil mengikuti langkah Maudy menuju ruang tamu.
Semua mata memandangnya, Furqon pun tak mampu lagi menyembunyikan kekagumannya pada seorang gadis yang sedang berjalan ke arahnya. Balutan gamis biru dengan sedikit motif bunga di bagian bawahnya, dan dipadukan dengan jilbab berwarna biru polos.
"Masya Allah, anggun."
Fatimah tidak dapat lagi membendung kekaguman pada calon menantunya tersebut. Acarapun dilanjutkan, Hasan selaku ayah Furqon memberitahukan perihal kedatangan mereka malam ini yaitu melamarkan Nurhayati untuk Furqon.
"Baik, bismillah semoga ini menjadi langkah awal yang baik. Nur membutuhkan waktu selamanya tiga hari untuk mempertimbangkan hal ini, insya Allah setelah itu Nur akan memberitahukan keputusaannya. Nur kira, jika dijawab sekarang itu terlalu terburu-buru. Sangat tidak adil jika Kak Furqon sudah mengenal Nur, sedangkan Nur belum begitu mengenalnya."
"Baik, aku akan menunggu," jawab Furqon mantap.
Semua pun mengerti apa yang dimaksud oleh Nurhayati, setelah kedua keluarga itu sepakat Furqon dan kelurganya mohon izin untuk pulang.
***
Hari-hari penatian sebuah keputusan itu terasa begitu lama bagi Furqon padahal hanya tiga hari saja. Dia khawatir jika Nurhayati akhirnya memberikan penolakan. Saat berada di sekolah pun, Furqon benar-benar tidak berani menegur atau hanya sekadar menyapanya. Hingga tiga hari setelah itu, sebuah pesan masuk dari Nurhayati.
Assalamu'alaikum wr. wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, aku terima lamaran Kak Furqon. Insya Allah
Segera, aku menunggu khitbah-annya. Lalu kita sama-sama sepakati akad nikahnya.
Furqon terbangun dengan hati yang sangat bahagia saat membaca kiriman pesan dari Nurhayati, lamaranya diterima. Segera ia memberitahukan keluarganya agar mempersiapkan acara khitbah. Tidak memerlukan waktu lama, Furqon sudah mempersiapkan ini sebelumnya. Sehingga dia langsung mengabarkan kepada Nurhayati bahwa malam ini juga dia akan datang bersama keluar untuk mengkhitbah Nurhayati.
Nur, malam ini juga aku dan keluarga akan datang ke rumah melangsungkan khitbah
Furqon segera mengirimkan pesan kepada Nurhayati setelah membicarakan hal ini dengan kedua orang tuanya. Fatimah maupun Hasan tidak keberatan dengan hal ini, justru mereka sangat senang dengan keputusan yang diambil oleh Furqon.
"Ya, Allah, Fur. Akhirnya Ibu dan Ayah mengarkan kabar baik ini, Ibu sangat bahagia."
"Iya, Bu. Alhamdulillah, semoga pilian Furqon ini juga pilihan Allah."
"Insya Allah, Nak. Allahumma Aamiin.
Malam itu, Furqon datang untuk mengkhitbah Nurhayati dengan sebuah kalung emas dan telah dinyatakan kesepakatan bersama. Akad nikah akan dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 7 Januari. Keduanya telah sepakat agar segera menikah satu bulan setelah khitbah, lebih cepat lebih baik.
Hal ini agar tidak ada kejadian buruk yang tidak diinginkan, lagi pula mereka telah sepakat dan keduanya sudah yakin. Jika keduanya telah sepakat, tidak perlu menunggu lama untuk melangsungkan pernikahan. Satu bulan bukan waktu yang terlalu cepat untuk mempersiapkan pernikahan.
"Allahu, secepat inikah doaku Engkau kabulkan, terima kasih atas segala kasih sayangmu dan hadiah terindahmu," tangis Nurhayati dalam sujudnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top