Bab 5

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kenapa kamu melepasnya?" tanya Aldo dengan raut wajah yang kuatir.

"Karena ingin," Jawab Asoka membalikkan jawaban dari Aldo tadi.

Aldo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia mengambil cincin yang sedang dimainkan oleh Asoka. Kemudian menunjukkan namanya dan nama Asoka yang sengaja dia ukir dilingkaran cincin bagian dalam. Asoka menaikkan alisnya tanda tak mengerti.

"Kita memang baru menjalin hubungan. Namun aku tidak ingin berlama-lama menjalin hubungan yang nggak ada kepastian."

Asoka masih terdiam. Dia ingin mendengar apa yang Aldo ucapkan selanjutnya. Dan dia ingin tahu apa maksud dari ucapan kekasihnya itu.

"Kalau kita sudah suka sama suka, sama-sama tidak ingin kehilangan satu sama lain, kenapa kita menunda meresmikan hubungan kita?"

Aldo menggenggam tangan Asoka. Dia kembali memasang cincin yang tadi dilepas oleh kekasihnya itu. Dalam hati dia berdoa, semoga cincin itu tidak dilepas lagi oleh Asoka.

"Aku ingin bisa terus menjagamu seperti aku menjaga ibu dan adikku." Kata Aldo sambil memasangkan cincin itu.

Asoka belum mengeluarkan kata apapun, dia masih menunggu ucapan Aldo selanjutnya. Ya, walaupun dia sudah paham maksud dari ucapan Aldo namun dia ingin Aldo mengatakan secara jelas apa maksud dan tujuannya. Asoka memang pandai menerka-nerka dan seringkali apa yang dia terka memang benar, namun untuk hal ini Asoka ingin mendengar langsung dari Aldo.

"Aku ingin menjadikanmu pendampingku dan membuatmu menjadi nyonya Aldo." Kata Aldo tenang. Walau sebenarnya dalam hatinya benar-benar berdebar seperti ada seseorang yang menabuh gendang dalam hatinya.

Asoka menatap Aldo dengan dalam. Asoka merasa terkejut dengan apa yang baru saja Aldo ucapkan padanya. Apa yang baru saja dia dengar seperti mimpi yang beberapa kali dia pikirkan. Dan kini, dia benar-benar mendengar hal itu.

Asoka memandang manik mata Aldo dengan tajam. Dia mencari kebohongan dari apa yang Aldo katakan, namun dia hanya menemukan kejujuran di sana.

"Aku tidak ingin berlama-lama menjalin hubungan yang tidak pasti. Aku pernah merasakan patah hati dan aku tidak ingin merasakan hal itu untuk yang kedua kali." Kata Aldo lagi.

"Tapi aku masih muda untuk membangun rumah tangga." Kata Asoka pelan.

Ya, diusianya yang terbilang masih muda untuk menikah membuatnya ragu untuk menerima lamaran Aldo. Dia takut jika dia tidak bisa menjadi istri yang baik bagi Aldo. Sikapnya yang manja dan masih bergantung pada orang tua seringkali membuatnya ingin takut untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Seperti pernikahan.

"Sejak pertama kali aku bilang cinta pada kamu, aku sudah menerima kamu apa adanya. Aku tidak menjadikan kekurangan kamu sebagai penghambat dalam menjalin hubungan yang lebih serius." Jawab Aldo meyakinkan Asoka.

"Aku takut jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk kamu. Kamu tau, 'kan aku masih kekanak-kanakan."

"Kedewasaan seseorang akan muncul seiring berjalannya waktu. Aku yakin kamu perempuan yang tepat untuk menjadi pendampingku." Jawab Aldo lagi sambil tersenyum.

Asoka terdiam. Dia memikirkan keputusan apa yang tepat untuk dia ambil. Dia begitu mencintai Aldo dan tidak ingin melepaskan Aldo. Sikap ramah, sabar, jujur, dan penyayang yang dimiliki oleh Aldo tidak dia temukan pada laki-laki lain.

Lamaran Aldo malam ini memberikan motivasi untuknya ingin menjadi orang yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih mandiri. Ini saatnya dia merubah jalan pikirnya, sifat childishnya. Dan dia memutuskan untuk menerima lamaran Aldo.

"Kamu mau, 'kan jadi istriku?"

"Kamu laki-laki yang baik, mana bisa aku menolah lamaran kamu." Jawab Asoka sambil tersenyum.

Aldo tersenyum lebar mendengar jawaban dari Asoka. Dia segera menarik tangan Asoka dan menciumnya beberapa kali hingga Asoka menarik tangannya lagi karena malu dilihatin banyak pegawai kafe.

"Tapi kamu harus bilang langsung sama orang tua aku." Kata Asoka mengingatkan.

"Pasti. Aku akan menemui orang tua kamu untuk mengutarakan maksud dan tujuanku." Jawab Aldo dengan yakin. Walau dalam hatinya merasa tak yakin jika pertemuannya dengan keluarga Asoka akan berjalan dengan lancar.

***

Aldo melihat suasanan restorannya. Saat ini restorannya sedang banyak pengunjung, mulai dari pelanggan tetap maupun orang yang baru mencoba menu restorannya. Beberapa pelayannya sedang sibuk melayani pengunjung yang memenuhi setiap sudut restorannya. Aldo tersenyum bangga, walaupun restorannya belum sesukses restoran sebelumnya, namun restorannya sudah ramai dikunjungi. Nuansanya yang modern dengan menu yang beragam pilihan yang tentu saja rasanya enak dan terjamin kualitas dan kebersihannya membuat orang-orang memilih memanjakan lidah direstorannya.

Jam makan siang seperti ini membuat semua pelayan restoran Aldo sibuk, tak jarang pula Aldo membantu mereka dalam memberikan pelayanan yang memuaskan. Namun Aldo membantu di dapur dan menyiapkan pesanan setiap pelanggan agar mereka tidak terlalu lama menunggu. Tangannya yang lincah dalam menggunakan pisau membuatkan tak kalah hebat dari chef terkenal. Orang yang melihat Aldo beraksi di dapur pasti akan mengira jika Aldo adalah lulusan tata boga, namun nyatanya jika lulusan akuntansi. Melenceng jauh memang. Namun jurusan seseorang saat mereka menempuh pendidikan tidak menjadi acuan dalam meraih kesuksesan. Ya, contohnya adalah Aldo Maheswara.

Dering handphone yang ada disaku celana Aldo mampu membuat Aldo berhenti dari aktivitasnya. Mencuci tangannya dahulu sebelum mengangkat telvonnya.

"Halo." Kata Aldo begitu dia menempelkan handphone ketelinganya.

"Kamu jadi ke rumah, 'kan?" tanya seseorang diseberang telvon.

Jantung Aldo kembali berdetak dengan kencang. Rasanya begitu gugup saat akan bertemu keluarga dari kekasihnya itu.

"Iya, jadi kok." Jawab Aldo.

"Aku udah bilang sama orang tua aku, dan mereka mau kamu kesini hari ini soalnya kakak laki-laki aku juga mau kesini, jadi sekalian nanti kamu kenalan juga." Kata Asoka menjelaskan. Dari suaranya, Asoka terlihat begitu gembira menyampaikan kabar ini.

"Iya. Aku akan ke rumahmu hari ini." Jawab Aldo sambil tersenyum walaupun lawan bicaranya tidak tidak akan tahu senyumnya.

Sambungan telvon terputus. Aldo memasukkan kembali handphonenya ke dalam saku celananya. Kemudian dia melanjutkan aktivitas sebelumnya.

Aldo memang masih melanjutkan memasak, namun pikirannya tidak berada di sini, dia sibuk merangkai kata yang akan dia sampikan ke orang tua Asoka nanti. Berbagai kata sudah Aldo rangkai namun masih saja dia merasa jika itu kurang tepat. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak sembari merangkai kata.

"Restoran masih ramai pelanggan?" tanya Aldo pada salah satu pegawainya yang mengambil hidangan dari dapur.

"Sudah tidak seramai tadi Pak." Jawab pegawai itu dengan sopan.

"Kalian lanjutkan lagi ya, saya pergi dulu." Kata Aldo kepada salah satu koki yang sudah dia percayai.

"Baik Pak." Jawab pegawai itu.

Aldo melepas apron hitamnya dan menggantungkan digantungan yang sudah disediakan. Keluar dari dapur dan melangkah jeluar restoran. Beberapa kali tersenyum ketika ada pegawainya yang menyapa.

Aldo mengendarai mobilnya dengan santai, beberapa kendaraan besi menyalipnya membuat Aldo tidak membalas mereka. Musik jass yang menggema di dalam mobil membuat mulut Aldo ikut menyanyi, layaknya berkolaborasi dengan penyanyi aslinya.

Tidak lama kemudian, Aldo telah sampai di rumahnya. Turun dari mobil dengan pelan dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Suasana rumah nampak sepi membuat Aldo langsung memilih ke kamarnya.

Sejenak Aldo menatap dirinya dipantulan cermin. Tampilannya kini sedikit berantakan, tidak seperti pagi tadi. Aldo memilih untuk membersihkan dirinya dan setelah itu beristirahat sejenak sebelum dia pergi ke rumah kekasihnya.

================================

Bojonegoro, 5 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top