Bab 4

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aldo mengancingkan kemejanya. Hari ini dia terlihat lebih tampan dari biasanya. Celana jins hitam dan dipadukan dengan kemeja berwarna navy menjadi pilihan style nya hari ini. menyemprotkan parfum favoritnya keseluruh pakaiannya dan menata rambutnya secara acak. Sekali lagi dia berkaca dengan menyunggingkan senyum.

"Nggak kalah tampan dari artis Korea." Kata Aldo memuji dirinya sendiri sambil tersenyum percaya diri.

Aldo berjalan kearah nakas dan membuka laci nakas, dia mengambil jam tangan berwarna hitam dan dia pasangkan kelengan kirinya. Jam tangan pemberian kekasihnya sebagai traktiran karena Asoka menerima gaji pertamnya. Dan Aldo menerima jam itu karena dia ingin menghargai Asoka. Sekali lagi Aldo memperhatikan penampilannya dikaca dan mengulum senyum. Dia merasa malu pada dirinya sendiri, diusianya yang sudah dewasa masih bersikap seperti remaja yang sedang jatuh cinta.

Aldo berjalan ringan keluar dari kamar. Terdengar alunan lagu cinta yang keluar dari mulutnya. Di ruang keluarga ada mama dan Rena yang sedang menonton sinetron yang disiarkan oleh salah satu televise swasta. Aldo menghampiri mereka berdua dan mengulurkan tangannya untuk menyalami Mamanya. Endah menyambut uluran tangan Aldo.

"Aldo pergi dulu ya, Ma. Doain supaya hari ini lancar." Kata Aldo meminta izin kepada Mamanya.

"Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu." Jawab Endah pelan. Dalam hatinya dia memanjatkan doa agar urusan anaknya dipermudah oleh sang Maha Kuasa.

"Terima kasih ya, Ma." Kata Aldo dengan tersenyum. "Dek doain, Mas ya." Kata Aldo kepada adiknya.

Rena meletakkan handphonenya dan memperhatikan Kakaknya. "Semangat ya, Mas. Rena yakin Mas pasti berhasil." Jawab Rena dengan senyum merekah member semangat kepada Kakaknya.

Aldo menganggukkan kepalanya dengan semangat. Dia bahagia memiliki keluarga yang selalu mendukungnya. Hal itu membuat mentalnya menjadi sangat kuat karena dia memilik orang-orang yang sangat percaya jika dia mampu mewujudkan keinginannya. Berbagai nasehat dari orang taunya juga selalu dia dapatkan, tidak semua keinginannya selalu mendapat dukungan, jika ada sesuatu yang kurang tepat pasti dia akan menerima teguran.

Aldo melangkahkan kaki keluar rumah dengan mantap. Hatinya sangat bahagia karena hari ini dia akan melamar kekasihnya. Dia berharap Asoka tidak menghancurkan keinginannya itu.

Aldo membuka pintu mobil pelan, dia menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobil keluar dari halaman rumah. Pandangannya fokus kearah jalanan. Saat ini dia menuju Sanggar Tari tempat latihan kekasihnya, dia sudah berjanji akan menjemput dan akan mengajak Asoka makan malam sekalian. Yang jelas bukan makan malam biasa, namun acara lamaran juga, di tempat yang romantis yang telah disiapkan oleh Aldo sebelumnya.

Tak butuh waktu lama untuk Aldo sampai di sanggar tari tempat latihan Asoka. Dia langsung turun dari mobil dan berjalan masuk ke area sanggar. Dia celingak-celinguk mencari sosok yang sangat dia cintai. Hingga dia menemukan gadis muda yang dengan tlaten sedang mengajari anak SD menari. Aldo tersenyum lebar, dia merasa sangat beruntung memiliki Asoka, walaupun terkadang Asoka bersikap manja dan kekanakan namun Asoka juga bisa bersikap keibuan. Seperti sekarang, dia dengan sabar melatih anak-anak yang sedang belajar menari.

Aldo duduk disalah satu bangku yang ada di depan panggung latihan. Ada beberapa ibu-ibu yang berbincang-bincang sembari menunggu anak-anak mereka selesai latihan. Ada rasa canggung sebenarnya, karena Aldo laki-laki sendiri di sana, namun dia mencoba bersikap biasa saja.
Beberapa kali Aldo mengangguk sambil tersenyum, begitu ada ibu yang menyapanya. Setelah itu dia kembali memfokuskan pandangannya kearah Asoka yang masih belum menyadari kehadirannya. Hingga akhirnya Asoka menoleh kearah luar sanggar dan matanya menemukan Aldo yang sedang memperhatikannya. Asoka tersenyum lebar sambil melambaikan tangan, Aldo melakukan hal sama dengan senyum yang tak kalah lebar dari Asoka.

"Tunggu sebentar." Kata Asoka tanpa suara.

Aldo tampak merangkai ucapan yang diucapkan oleh Asoka, walau tidak terlalu jelas namun Aldo mengerti maksud Asoka. Aldo mengangguk sambil mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Sepuluh menit kemudian, Asoka turun dari panggung dan menghampiri Aldo yang duduk dibangku tunggu. Beberapa ibu-ibu yang duduk di sebelah Aldo tampak menggoda mereka berdua. Hal itu ditanggapi Asoka dengan tersenyum malu. Sedangkan Aldo masih bersikap datar dan memperhatikan Asoka yang semakin dekat dengannya.

"Oooo ... jadi ini pacarnya mbak Oka to." Kata salah satu ibu yang memakai jilbab hijau.

Asoka tersenyum malu sambil menyelipkan rambutnya ditelinga. "Hehehe ... iya, Bu." Jawab Asoka malu-malu.

"Pantesan dari tadi merhatiin Mbak Oka terus." Sahut ibu satunya lagi.

"Eh, jadi dari tadi ibu merhatiin pacar saya dong ya." Jawab Asoka dengan nada yang tidak terima.

"Lha pacarnya ganteng kok, ya sayang kalo tidak diperhatiin." Jawab ibu yang lain.

"Haduh, Mbak Oka cemburu."

"Ya, kalau nggak ganteng saya juga nggak mau lah, Bu." Jawab Asoka dengan tertawa kecil menanggapi godaan mereka.

"Eh?" Celetuk Aldo kaget.

"Hehe ... nggak kok aku bercanda." Kata Asoka sambil mengelus lengan Aldo yang dibalut kemeja berwarna navy. "Aku beres-beres bentar ya, habis ini langsung jalan." Kata Asoka lembut.

"Iya." Jawab Aldo dengan tersenyum.

Asoka menganggukkan kepalanya kepada ibu-ibu tadi sebagai tanda sapaan, setelah itu dia kembali ke panggung dan membereskan sampur-sampur yang tadi digunakan murid-muridnya. Mematikan sound system dan merapikan kabel ke tempatnya, setelah itu menerima salaman dari murid-muridnya yang akan pulang ke rumah masing-masing. Mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan "Hati-hati." kepada murid-muridnya. Hingga akhirnya hanya ada Asoka yang berada di atas panggung. Aldo menghampiri Asoka yang masih sibuk membereskan panggung agar terlihat rapi. Sesekali Aldo menggoda Asoka dan Asoka menanggapi dengan tersenyum.

***

Aldo membukakan pintu mobil untuk Asoka. Mereka sampai lebih lambat dari perkiraan Aldo, karena Asoka harus membersihkan diri dulu di sanggar. Dan Aldo hanya bisa menyetujui hal itu, karena dia tahu jika Asoka berkeringat yang pasti membuatnya tidak nyaman. Aldo menengadahkan tangannya yang kemudian disambut oleh tangan Asoka. Mereka berjalan beriringan memasuki kafe. Aldo langsung menuju ke meja sesuai yang dia pesan. Setelah sampai di meja yang dia pesan, Aldo menarik kursi untuk Asoka seperti apa yang sering dia lakukan saat mereka makan di kafe ini.

“Kok sepi?” Tanya Asoka heran sambil mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.
Aldo hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Asoka. Dia tak berniat menjawab pertanyaan dari Asoka. Aldo mengangkat tangannya seperti orang yang sedang memanggil pelayan. Seorang pelayan laki-laki yang usianya tak jauh dari Asoka datang menghampiri mereka, dan Asoka tersenyum tak percaya dengan pelayan itu.

“Vicky?” Sapa Asoka pelan.

Pelayan itu mengangkat kepalanya dan memandang Asoka. “Oka.” Jawab pelayan itu.

Asoka tersenyum lebar karena tebakannya benar. “Kamu kerja di sini?” Tanya Asoka ramah.

“Iya. Untuk tambahan biaya kuliah.” Jawab lelaki itu dengan pelan.

“Ehemm.” Dehem Aldo membuyarkan mereka berdua.

“Eh, kenalin ini pacar aku.” Kata Asoka mengenalkan Aldo kepada pelayan itu.

“Aldo pacarnya Asoka.” Kata Aldo sambil menjabat tangan Vicky.

“Saya Vicky, teman Smp Asoka.” jawab Vicky dengan ramah.

Aldo tersenyum sambil mengangguk pelan. Setelah itu dia kembali duduk di kursinya. Suasana menjadi canggung diantara mereka bertiga. Asoka hanya duduk dengan tenang tanpa mengeluarkan suaranya, sedangkan Vicky menunduk sambil menunggu pesanan pelanggannya, dan Aldo memperhatikan Asoka dan Vicky bergantian.

“Ehemm … siapkan apa yang sudah saya pesan sebelumnya.” Kata Aldo pelan.

“Baik, Pak.” Jawab Vicky patuh. Kemudian dia berlalu pergi meninggalkan Aldo dan Asoka.

“Kenapa pesan dulu? Biasanya kamu pesannya sesuai yang aku pesan.” Tanya Asoka heran. Dia tahu dengan kebiasaan Aldo, Aldo akan makan apa yang Asoka makan walaupun dia tidak terlalu suka.

“Karena aku sudah hafal makanan favorit kamu.” Jawab Aldo sambil tersenyum.

Asoka ikut tersenyum mendengar jawaban dari Aldo. Kemudian dia menundukkan kepalanya karena Aldo tak henti-hentinya menatapnya, hal itu membuat Asoka merasa malu.

“Kenapa liatin kayak gitu?” Tanya Asoka malu-malu.

“Karena kamu cantik dan sayang banget kalau dicuekin.” Jawab Aldo sambil mencubit pipi Asoka gemas.

“Rayuanmu bikin aku panas dingin, Mas.” Jawab Asoka sambil tersenyum simpul.

Aldo tertawa dengan suara yang lumayan keras membuat beberapa pelayan yang ada di sekitar mereka menatap Aldo dengan pandangan heran, hal itu membuat Asoka menyenggol tangan Aldo agar menutup mulutnya saat tertawa. Aldo malah cuek dan tidak mempedulikan mereka.

“Malu tau dilihatin banyak orang.” Kata Asoka menegur Aldo.

“Biarin.” Jawab Aldo cuek.

Vicky datang lagi dengan membawa menu yang sidah dipesan oleh Aldo. Dia dengan cekatan langsung menata hidangan itu ke atas meja. Vicky menyelesaikan tugasnya tanpa ada kesalahan sedikitpun. Setelah dia selesai menyelesaikan tugasnya, Vicky segera pergi dari hadapan mereka.

Aldo dan Asoka menikmati hidangan mereka. Mereka makan dalam diam walau beberapa kali Asoka harus menundukkan kepalanya karena malu terus dilihat oleh Aldo. Sedangkan Aldo tak pernah bosan untuk menatap wajah cantik kekasihnya itu.

Dua puluh menit kemudian, Asoka dan Aldo telah menyelesaikan makan malam mereka. Aldo menggenggam tangan Asoka dengan erat. Matanya terus menatap kearah jemari tangan Asoka, hal itu membuat Asoka ikut menatap jarinya sendiri.

“Akan lebih indah jika ada sesuatu yang melingkar di sini.” Kata Aldo sambil mengusap jari manis Asoka.

Asoka tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Dia tidak punya firasat apapun setelah mendengan ucapan Aldo.

“Pejamin mata kamu.” Kata Aldo pelan.

“Kenapa?” Tanya Asoka heran.

“Ada sesuatu yang ingin hadir dalam bagian tubuhmu.” Kata Aldo sambil tersenyum.

“Apa?” Tanya Asoka penasaran.

“Pejamin saja.” Kata Aldo.

Asoka menuruti kemauan kekasihnya. Dia menutup matanya hingga dia benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan oleh Aldo. Aldo menerima kotak kecil dari pelayan perempuan. Dia membuka kotak itu dengan hati-hati. Kemudian dia mengeluarkan isinya dan memasangkan cincin itu kejari manis Asoka. Asoka merasa ada sesuatu yang serasa menggelitik jarinya, namun dia belum bisa membuka mata karena belum ada perintah dari Aldo.

“Sekarang kamu bisa buka mata.” Kata Aldo pelan.

Asoka membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dia lihat adalah senyum yang manis dari kekasihnya. Setelah itu dia memperhatikan tangannya yang tadi dipegang oleh Aldo. Dia melihat sesuatu yang lain dari jarinya. Sesuatu yang baru tersemat dijari manisnya. Asoka melongo, dia tak percaya jika jarinya kini tersemat cincin dari kekasih yang sangat dia cintai.

“Kenapa kamu memberiku cincin?” Tanya Asoka bingung.

Aldo terkekeh pelan. Dia begitu gemas dengan reaksi dari kekasihnya itu. Dia pikir Asoka langsung memeluknya dan mengekspresikannya dengan ucapan gembira, namun ini malah pertanyaan bingung.

“Karena aku ingin.” Jawab Aldo singkat.

Asoka menaikkan alisnya, dia semakin tak mengerti dengan maksud Aldo. “Hanya itu?” Tanya Asoka lagi.

Aldo mengangguk cepat. Rasanya dia ingin menggoda kekasihnya itu. Dia ingin melihat reaksi Asoka lagi.

Asoka melepas cincin yang tersemat dijarinya itu. Hal itu membuat Aldo menatap Asoka dengan tajam. Dia tak menyangka jika Asoka akan melakukan hal itu. Jantungnya berdetak dengan cepat, dia was-was jika Asoka mengembalikan cincin itu padanya. Dia jadi menyesal menggoda Asoka, lebih baik dia jujur dengan Asoka jika dia ingin meminang Asoka.

================================

Bojonegoro, 4 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top