Bab 3
Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Langit yang gelap dengan bintang-bintang yang tersebar diseluruh luasnya langit, dengan cahaya bulan yang temaram membuat malam terasa lebih indah dari malam-malam sebelumnya. Angin yang berhembus perlahan menambah suasana menjadi lebih nyaman. Sepasang kekasih yang terpaut usia cukup jauh duduk bersanding disalah satu bangku yang ada di angkringan. Dengan alunan music pengamen jalanan membuat pengunjung betah menghabiskan waktu di sini. Ditambah beberapa pengunjung ikut berkolaborasi sehingga membuat suasana menjadi lebih akrab.
Senyum terus terlukis dibibir tipis Asoka. Dia masih tidak menyangka jika dia memenangkan perlombaan yang dia ikuti hari ini. Bahkan suara pembawa acara yang menyebut namanya sebagai pemenang masih terngiang digendang telinganya. Dan dia masih merasakan bagaimana rasanya menerima piala dan gelar juara yang menjadi incaran semua peserta.
Asoka merasa ini adalah hari yang sangat membahagiakan untuknya. Berkali-kali mengikuti lomba cipta tari, baru kali ini dia menyabet juara satu. Pencapaian yang luar biasa bagi Asoka dan membuat Asoka bertambah semangat menekuni dunia seni tari. Dia ingin mengajarkan anak-anak muda zaman sekarang untuk melestarikan tari tradisional, salah satu warisan leluhur, karena dia melihat semakin berkembang teknologi semakin hilang tari tradisional dan tergantikan dengan tari modern atau dance. Bahkan hanya tersisa beberapa anak yang tertarik untuk belajar tari tradisional, hal itu membuat Asoka merasa sedih karena warisan leluhur sendiri tidak dilestarikan tapi malah melestarikan budaya orang asing.
Sejak dia bisa menggunakan sampur dengan baik, dia memasukkan benda itu ke dalam list benda favoritnya. Bahkan dia memiliki puluhan sampur dengan berbagai jenis warna. Karena dia akan menggunakan sampur tersebut untuk menyesuaikan dengan pakaian yang sedang dia gunakan untuk tampil. Bagi Asoka, sampur adalah nyawa seorang penari. Penampilan seorang penari akan terasa kurang saat sampur tidak ada bersamanya. Karena kecintaannya pada benda itu, membuat dia selalu membawa sampur kemana, ‘pun dia pergi.
Aldo memperhatikan kekasihnya yang tak berhenti tersenyum. Dia tahu saat ini suasana hati Asoka sangat bahagia. Salah satu keinginannya sudah berhasil dia raih, kini dia tinggal berusaha untuk mewujudkan beberapa impian lainnya. Aldo menyodorkan sesendok es dawet ayu ke mulut Asoka. Asoka yang melihat sesendok es dawet di depan mulutnya segera membuka mulut dan menerima suapan kekasihnya itu.
“Terima kasih.” Ucap Asoka dengan tersenyum.
Aldo mengangkat sebelah alisnya sebagai jawaban. Dia menyendok es dawet ayu lagi dan dimasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Matanya tidak pernah berhenti menatap kekasihnya yang sedang berbahagia itu. Asoka seperti baru saja merasakan jatuh cinta dan terus terbayang dengan wajah cowok itu.
“Udah dong cuekin akunya. Ada cowok ganteng masak dianggurin.” Kata Aldo sambil menoel pipi chubby Asoka.
Asoka terkekah mendengar ucapan Aldo. Dia mengalihkan pandangannya ke depan. Menatap Aldo dengan lekat dan sambil tersenyum.
“Aku masih nggak nyangka kalau tadi aku yang jadi pemenangnya.” Kata Asoka dengan sumringah.
“Itu karena doa dan usaha kamu.” Jawab Aldo sambil terus memasukkan es dawet ayu ke dalam mulutnya.
“Berkat doa kamu dan doa keluargaku juga.” Kata Asoka melengkapi ucapan Aldo.
Aldo menganggukkan kepalanya mantap. “Ini beneran kamu yang traktir, ‘kan?” Tanya Aldo memastikan.
“Ya iyalah, Sayang. Tadi kan aku udah janji sama kamu.” Jawab Asoka lembut.
“Rasanya kayak gimana gitu ditraktir sama cewek.” Kata Aldo sambil terkekeh. Pasalnya ini pertama kalinya dia ditraktir oleh pacarnya. Biasanya selalu dia yang mengeluarkan uang saat kencan. Itu dia lakukan sebagai bentuk dari tanggung jawabnya.
“Baru pertama ini ya ditraktir cewek cantik?” Tanya Asoka menggoda.
“Heem.” Jawab Aldo singkat sambil menganggukkan kepalanya.
“Waaawww … aku merasa tersanjung.” Kata Asoka dengan tersenyum lebar.
Aldo hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol kekasihnya itu. Tingkah Asoka yang sering kali jauh dari kata normal sama sekali tidak membuat Aldo risih, karena dia lebih suka orang yang berperilaku apa adanya daripada bersikap good look di depannya. Dan Aldo menyukai segala tingkah natural Asoka.
***
Aldo menghampiri orang tuanya yang sedang menonton acara lawak yang sedang disiarkan oleh salah satu tv swasta. Aldo meletakkan sepiring pisang goreng yang masih mengepulkan asapnya di meja depan orang tuanya. Kemudian dia mengambil duduk di samping Mamanya. Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Matanya ikut menonton acara televisi yang membuat Mamanya tertawa terpingkal-pingkal. Sesekali dia mengulum senyum saat merasa acara tersebut lucu dan mengundang tawanya. Aldo duduk dengan gelisah hingga membuat kedua orang tuanya menyadari kegelisahannya. Bebapa kali memutar posisi duduknya untuk mendapatkan posisi yang nyaman sebelum dia mulai berbicara kepada kedua orang tuanya.
“Kamu kenapa, Al?” Tanya Endah dengan pandangan aneh menatap Aldo.
Aldo bangun dari sandarannya, kemudian dia menghadap keorang tuanya. Dia menaikkan kakinya dan duduk bersila di atas kursi. Endah yang melihat tingkah aneh anaknya semakin penasaran. Dia sudah tidak memperhatikan acara televise namun memperhatikan tingkah anaknya itu.
“Ada yang mau Al bicarain ke Mama dan Papa.” Kata Aldo pelan. Entah mengapa dia merasa deg-degan. Padahal ini masih meminta restu kepada orang tuanya sendiri, bagaimana nanti jika dia meminta restu kepada orang tua Asoka.
“Mau bicara apa?” Tanya Antok sambil menekan tombol off diremot televisi. Dia melihat jika anaknya akan membicarakan sesuatu yang serius.
“Aku udah memantapkan hati untuk melamar Asoka.” Kata Aldo pelan.
Endah dan Antok diam sejenak, tak ada yang mengeluarkan suara diantara mereka. Hal itu membuat Aldo menjadi kuatir jika mereka menolak niat Aldo yang akan melamar Asoka. Dalam hati Aldo terus berdoa supaya mereka mendukung dan memberi restu untuk hubungannya dengan Asoka.
“Alhamdulillah.” Kata Endah sambil memeluk Aldo.
Aldo sedikit kaget menerima pelukan Mamanya yang tiba-tiba itu. Antok tersenyum lebar melihat hal itu, sehingga membuat Aldo juga ikut tersenyum. Dia yakin jika kedua orang tuanya mendukung niat baiknya.
“Segera kamu bicarakan hal ini pada Asoka, Mama dan Papa akan segera datang ke rumahnya untuk melamar dia secara resmi.” Kata Endah dengan sumringah. Bagaimana dia tidak bahagia saat mendengar anak lelakinya memiliki niatan untuk menikah. Sudah sering dia menyinggung masalah pernikahan kepada Aldo, namun Aldo selalu menghindar dan mengalihkan pembicaraan. Apalagi sejak dia merasa patah hati saat perempuan yang dicintainya sudah menikah dengan laki-laki lain, membuat dia seperti orang yang tidak ingin mengenal perempuan lagi.
Aldo pernah mengalami pengalaman pahit tentang percintaan. Dia pernah melabuhkan hatinya kepada seorang perempuan yang dulu menjadi kekasihnya. Setelah mereka putus pun, cinta Aldo masih begitu besar kepada perempuan itu. Hingga perempuan itu sudah menikah, Aldo masih selalu hadir dalam kehidupan perempuan itu dan sering membantu perempuan itu disaat dia kesulitan.
“Benar yang dikatakan oleh Mamamu. Papa sudah tidak sabar melamarkanmu pada wanita pujaanmu.” Kata Antok menimpali.
“Terima kasih ya, Mama sama Papa udah restuin aku.” Kata Aldo sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
“Mama dan Papa akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga jalan kamu mendapatkan restu dari kedua orang tua Asoka mudah ya, Nak.” Kata Endah sambil mengusap kepada Aldo dengan penuh kasih sayang.
“Aamiin … ” Jawab Aldo dan Antok bebarengan.
“Lagi bahas apa nih, kayaknya serius banget.” Kata Rena tiba-tiba. Dia berjalan mendekati kedua orang tuanya dan Kakak lelakinya sambil menenteng gitar kesayangannya.
“Anak kecil pengen tau aja.” Jawab Aldo sambil mengacak rambut Rena dengan gemas.
Rena mengibaskan tangan Kakaknya dari rambutnya. Dia memanyunkan bibirnya dan mengambil duduk diantara Mama dan Papanya. Hal itu membuat Aldo terkekeh pelan. Dia sangat tahu jika adiknya ini masih suka manja dengan Mama dan Papa, apalagi saat dia dengan sengaja menggoda adiknya hingga membuat adiknya marah. Rasanya hal itu sudah menjadi hiburan menyenangkan buat dia.
“Masmu akan segera menikah.” Kata Endah dengan senyum yang terus terlukis dibibirnya.
“Sama siapa?” Tanya Rena penasaran.
“Sama Mbak Asoka lah.” Jawab Endah dengan cepat.
“Emang Mbak Asoka mau sama, Mas?” Tanya Rena dengan ekspresi mengejek.
“Husss … Jangan ngomong gitu. Mestinya kamu doain supaya perjalanan Masmu itu lancar.” Kata Endah menegur.
“Kamu setuju nggak kalau Mas nikah sama Mbak Asoka?” Tanya Aldo kepada adiknya itu.
“Setuju lah, soalnya nanti aku bisa cerita tentang seni. Walaupun bidang seni kita berbeda tapi Mbak Asoka nyambung dan seru kalau diajak cerita. Nggak kayak Mama, Papa, dan Mas Al yang nggak ngerti tiap aku cerita tentang seni.” Jawab Rena dengan panjang lebar. Dia mengungkapkan rasa bahagianya dengan semangat. Sejak awal bertemu dengan Asoka, dia berharap jika Asoka akan menjadi Kakak iparnya. Dan sekarang harapannya itu akan segera terwujud.
“Mama, Papa dan Mas Al kan emang nggak ada bakat dibidang seni, jadi ya nggak ngerti lah kalo kamu cerita gituan.” Jawab Endah membela diri.
Asoka hanya mencebikkan bibirnya menanggapi ucapan Mamanya. Sedangkan Aldo mengulum senyumnya. Kini Aldo merasa sangat bahagia karena dia sudah mengantongi restu dari seluruh anggota keluarganya. Tinggal dia membicarakan hal itu kepada Asoka dan meminta restu kepada keluarga Asoka. dia berharap jika perjuangannya mendapatkan restu dari keluarga Asoka semudah perjuangannya meminta restu kepada keluarganya sendiri. Walaupun dia belum pernah bertemu keluarga Asoka sama sekali, dia berusaha yakin jika dia akan diterima oleh mereka.
“Aldo izin ke kamar dulu ya.” Kata Aldo sopan. Ucapannya diangguki oleh adik dan kedua orang tuanya.
Aldo berjalan pelan ke kamarnya. Dia menutup pintu pelan-pelan dan mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya yang berukuran king size itu. Matanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Seketika pikirannya langsung memikirkan Asoka. Dia menerka-nerka seperti apa reaksi Asoka saat dia melamarnya. Apakah Asoka menerima niat baiknya ataukah dia akan ditolak. Namun dilihat dari tingkah dan rasa cinta Asoka terhadapnya, dia yakin jika Asoka akan menerima lamarannya.
Aldo mengambil handphonenya yang dia taruh di atas nakas. Mengecek satu per satu notifikasi yang masuk ke handphonenya dan membalas semua pesan yang masuk padanya. Hingga dia berhenti di papan chattingnya dengan Asoka. Lagi-lagi dia tersenyum lebar sambil mengulang membaca pesan yang baru saja dikirimkan Asoka untuknya.
My girl
Jaga mata, jaga hati, jaga pikiran,jaga perasaan, dan juga jaga cinta kita supaya kita bisa duduk bersanding di pelaminan.
Aldo membaca isi pesan dari kekasihnya itu dengan berulang-ulang tanpa ada rasa bosan. Dia merasa ini sebagai salah satu kode yang Asoka berikan untuknya agar dia segera membawa hubungan ini kejenjang yang lebih serius. Dia semakin tak sabar untuk segera meminang Asoka.
Me
Kita akan segera duduk bersanding di pelaminan.
Aldo mengirim pesan balasan untuk Asoka. setelah itu mematika handphonenya dan mematikan lampu kamarnya. Melepaskan kaos yang sedang dia kenakan, dan setelah itu dia memejamkan mata untuk mengarungi mimpi indahnya.
================================
Bojonegoro, 3 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top