Bab 22

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aldo melemparkan kunci mobil dan handphone ke ranjang. Tangannya mengepal erat menahan emosi. Ucapan Asoka tadi membuat dada Aldo menjadi sesak. Bagaimana bisa dia berpikir untuk berhenti berjuang. Perempuan yang dia damba menjadi istrinya malah membuat niatnya menjadi lemah, semangatnya menjadi buyar, dan keinginannya menjadi hilang.

Bagas duduk di pinggiran ranjang. Matanya menatap kosong ke arah depan. Dia mengingat-ingat semua hal yang sudah dia lakukan untuk mendapat restu dari orang tua Asoka. Aldo merasa dia sudah mendapat sinyal baik dari bapak Asoka, dan itu membuat semangatnya menjadi bertambah. Namun siang tadi Asoka menyatakan jika dia meminta Aldo untuk berhenti berjuang dan menunggu hingga waktu yang tidak bisa dipastikan. Jelas saja pernyataan Asoka itu membuat Aldo menjadi marah.

Cklek

Pintu kamar terbuka. Menampilkan perempuan yang -- tidak lagi muda -- yang sudah melahirkan Aldo. Dia tersenyum sekilas melihat putra sulungnya yang menampilkan wajah murung.

"Boleh mama masuk?" tanya Endah lembut.

Aldo mengangguk sebagai jawaban. Dia membiarkan ibunya masuk dan mengambil duduk di sampingnya. Tidak ada kata yang terucap dari bibirnya, bahkan dia tidak menoleh sama sekali ke arah ibunya.

Endah memegang tangan Aldo erat. Dia mengelus pundah anaknya itu dengan lembut. Endah tahu jika saat ini banyak hal yang sedang dipikirkan oleh Aldo. Namun dia tidak tahu pasti apa masalah itu. Entah karena pekerjaan atau masalah asmara.

Sejak pulang dari kerja Aldo sudah menampilkan wajah murung. Tingkahnya tidak seperti biasanya, dia langsung masuk ke kamar dan tampak uring-uringan. Biasanya pulang kerja, Aldo membantunya masak untuk menyiapkan makan malam atau kalau tidak begitu sekedar menemaninya menata hasil masakannya.

"Ada masalah apa?" tanya Endah lembut. Tangan kanannya masih mengelus pundak Aldo dengan lembut.

Aldo masih tetap diam saja. Hal itu membuat Endah menjadi semakin penasaran. Namun walaupun dia penasaran dengan masalah yang sedang dihadapi oleh putranya itu, tidak membuat Endah langsung bertanya dengan keras dan memaksa Aldo untuk bercerita. Tiga puluh tahun dia hidup bersama Aldo, merawat Aldo yang pastinya dia sudah tahu bagaimana sifat anaknya itu. Sekecil apapun masalah yang dia alami tetap saja dia akan bercerita kepada ibunya dan meminta pendapat.

"Apa yang bisa mama lakukan untuk membantu kamu?" tanya Endah lagi dengan lembut.

Aldo ikut menggenggam tangan Endah dengan erat. Dia tersenyum lembut ke arah mamanya itu. Melihat wajah teduh mamanya membuat hatinya sedikit tenang. Dia tidak pernah bisa marah atau menyembunyikan sesuatu dari perempuan yang sudah melahirkannya ini.

"Aldo harus bagaimana, Ma?" tanya Aldo pelan.

Aldo menjatuhkan kepalanya ke pangkuan Endah. Dia mengangkat kakinya untuk naik ke ranjang berukuran king size itu. Bagi Aldo tidak ada bantal yang nyaman selain pangkuan Endah.

"Apa yang terjadi?" tanya Endah lembut. Tangannya mengelus rambut Aldo dengan penuh kasih sayang.

"Aldo mencintai Asoka, Ma. Aldo ingin menjadikan Asoka sebagai istri Aldo." Kata Aldo pelan.

Endah menghembuskan nafasnya dengan pelan. Kini dia tahu masalah yang membuat putranya murung adalah soal asmara. Dan dia tidak sepenuhnya membantu Aldo dengan tindakan, karena yang akan menjalani hubungan itu Asoka dan Aldo.

"Mama tau, dan mama sangat senang dengan keinginanmu." Jawab Endah lembut. Dia tersenyum lebar berharap senyumnya bisa menular kepada Aldo.

"Tapi kami belum mendapat restu dari keluarga Asoka." Kata Aldo lagi.

Matanya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih itu. Pikirannya kini terpenuhi dengan hadirnya Asoka.

"Mama paham hal itu dan mama tidak pernah berhenti mendoakan yang terbaik untuk kalian. Mama berharap perjuangan dan usaha kalian dimudahkan oleh Allah sehingga kalian bisa segera melangsungkan pernikahan." Jawab Endah. Apa yang dia katakan memang benar. Setiap malam dia selalu memanjatkan doa untuk anak-anaknya, dia mengingkan semua yang dilakukan oleh anaknya mendapat kemudahan dan keberkahan dari Allah, termasuk soal asmara kedua anaknya.

"Tapi perjuangan Aldo harus berhenti sampai di sini, Ma." Kata Aldo dengan raut wajah yang semakin sedih.

Endah memelototkan matanya, dia kaget dengan apa yang baru saja dia dengar. Apa maksud dari ucapan putranya itu? Dia benar-benar tidak mengerti dengan semua ini.

"Mama tidak mengerti maksud kamu."

Aldo bangkit dari tidurannya. Dia memepetkan duduknya dengan Mamanya. Matanya menatap ke arah depan dengan pandangan kosong.

"Asoka meminta Aldo untuk berhenti berjuang dan menunggu hingga orang tuanya restu untuk kami berdua." Kata Aldo menjelaskan.

Endah terkejut mendengar penjelasan dari putranya itu. Dia kuatir kalau hubungan anaknya dengan Asoka akan berakhir. Dia sudah terlanjur menyukai Asoka dan sangat berharap Asoka akan menjadi menantunya. Endah memutuskan untuk tetap diam untuk mendengar penjelasan Aldo selanjutnya.

"Asoka bilang jika orang tuanya tetap akan memberi restu untuk hubungan mereka, semua ini hanya masalah waktu saja." Lanjut Aldo menjelaskan. Matanya nampak berkaca ketika mengingat betapa rumitnya hubungan percintaannya.

Dulu saat Aldo menjalin hubungan dengan Nana, dia harus menerima kenyataan jika Nana tidak benar-benar menyukainya hingga akhirnya Nana memutuskan hubungan mereka. Beberapa tahun kemudian dia kembali ke kehidupan Nana berharap jika Nana sudah bisa membuka hati untuknya, namun hal pahit harus dia rasakan lagi. Dia terlambat hadir di kehidupan Nana karena Nana sudah menjadi istri orang. Dari pengalaman pahit itu membuat Aldo tidak ingin mengalami lagi, lukanya mulai sembuh dengan kehadiran Asoka. Namun namanya hubungan tidak luput dari masalah dan rintangan, kali ini yang membuat rumit hubungannya dengan Asoka adalah restu dari orang tua Asoka.

"Lalu apa kamu akan berhenti berjuang?" tanya Endah penasaran. Dia berharap anaknya ini tidak berhenti semangat dalam menggapai restu dari orang tua Asoka.

Aldo menggelengkan kepalanya lemah. Dia bingung apa yang harus dia lakukan setelah ini. Tetap berjuang sendiri atau menyetujui permintaan Asoka dan menunggu hingga orang tua Asoka memberi restu dengan sendirinya.

"Aldo bingung, Ma. Aldo nggak tau harus melakukan apa." Jawab Aldo lemah. Dia menundukkan kepalanya dan menatap lantai kamarnya. Dia berharap ada sesuatu di lantai kamar itu yang bisa membantunya mengambil keputusan.

Endah memegang kepala Aldo. Dia menolehkan kepala anaknya itu agar menghadapnya. Dia menatap mata anaknya yang tidak ada semangat sama sekali.

"Apa kamu sangat mencintai Asoka?" Tanya Endah pelan.

Aldo mengangguk sebagai jawaban. Matanya ikut menatap manik mata mamanya.

"Teruslah berjuang, Nak. Doa mama akan memberimu kekuatan dan insyaallah akan memudahkan langkahmu." Kata Endah pelan.

"Kamu yang berjuang saja belum berhasil meluluhkan mereka, lalu bagaimana kalau kamu hanya diam saja dan menunggu restu dari mereka." Kata Endah memberi saran.

"Tapi Asoka memintaku untuk berhenti berjuang." Kata Aldo membantah.

"Kamu laki-laki, kamu pasti bisa berjuang sendiri, buktikan kepada Asoka kalau kamu benar-benar mencintainya dan bisa mendapatkan restu dari orang tuanya lewat usaha yang selalu kamu lakukan." Kata Endah memupuk semangat untuk putranya itu.

Aldo nampak memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut mamanya. Dia tidak ingin mengulur waktu untuk menikahi Asoka. Usianya yang sudah matang dan dia sudah memiliki usaha yang berkembang membuatnya ingin segera melepas status lajangnya. Dan dia hanya bisa melihat Asoka, sama sekali dia tidak tertarik dengan perempuan manapun.

"Benar kata mama. Aldo akan kembali berjuang." Kata Aldo sambil tersenyum. Semangatnya kini kembali lagi.

Endah tersenyum lebar, akhirnya dia bisa meyakinkan Aldo untuk kembali berjuang mendapatkan restu dari orang tua Asoka.

"Doakan Aldo ya, Ma." Pinta Aldo dengan lembut.

"Mama tidak pernah berhenti mendoakan kamu." Jawab Endah lembut.

Aldo merasa beruntung memiliki ibu seperti Endah. Di saat semangatnya turun karena Asoka, dia kembali mendapat semangat dari mamanya. Aldo tak henti-hentinya tersenyum. Dia memutuskan untuk kembali berjuang walaupun tanpa semangat dari Asoka.

================================

Bojonegoro, 22 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top