Bab 2
Budayakan Vote dan Komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Matahari telah menggantikan tugas sang rembulan untuk menyinari bumi. Perlahan-lahan sinarnya mulai masuk kejendela yang baru dibuka oleh sang majikan. Mereka menerobos untuk membangunkan siapapun yang masih tenang dalam mimpi indahnya.
Aldo membuka matanya yang masih mengantuk. Berjalan kearah kamar mandi untuk membasuh muka dan sikat gigi. Setelah itu dia turun dari lantai atas untuk menemani mamanya yang sedang menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga. Dengan masih menggunakan pakaian rumahan, Aldo menghampiri mamanya yang sedang sibuk dengan alat-alat dapur. Berdiri di samping mamanya dan meminta spatula agar dia yang meneruskan menyiapkan sarapan pagi ini.
"Biar Aldo yang teruskan." Kata Aldo sambil meminta spatula yang awalnya ada ditangan Endah.
Endah tersenyum lebar dan mengusap pipi anaknya dengan kasih sayang. Anak lelakinya ini memiliki hobi yang tak jauh dari kegiatan dapur, dan selalu menghidangkan makanan yang lezat. Sehingga membuatnya memutuskan untuk membuka usaha dibidang kuliner. Sedangkan anak perempuannya memiliki hobi yang sangat berbeda dari kakaknya. Dia lebih menyukai musik dan menyanyi, menginjakkan kaki ke dapur hanya untuk mencuci piring dan perabotan memasak.
"Terima kasih ya, Al. Mama ke atas dulu mau ngurusin Papa kamu." Kata Endah sambil mengusap pundak anaknya lembut.
"Iya, Ma." Jawab Aldo dengan tersenyum lebar.
Tangan Aldo sangat cekatan dalam menggunakan spatula dan pisau. Terlihat dari gerakan cepatnya saat menggunakan kedua benda itu. Saat ini dia sedang memasak capcay kuah dan ayam kecap. Menu yang sederhana untuk sarapan pagi ini. Sudah menjadi tradisi dikeluarganya jika setiap pagi mereka pasti selalu sarapan dengan nasi, walau itu hanya sedikit. Dan karena tradisi tersebut, membuat Aldo tidak pernah bisa berkonsentrasi jika perutnya belum diisi dengan nasi.
Aldo mengambil piring dan menata ayam kecap yang baru saja dia angkat dari penggorengan. Menaburkan bawang goreng di atas sajian tersebut agar menambah aroma wangi. Dia juga melakukan hal yang sama dengan menu capcaynya. Setelah itu dia menata di atas meja makan. Mengambil empat piring kosong untuk dia dan keluarganya, kemudian mengisi gelas-gelas yang kosong dengan air putih.
Aldo menatap meja makan dengan tersenyum bangga. Hal yang paling membuatnya bahagia adalah bisa menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan keluarganya sangat menikmati apa yang dia hidangkan. Karena hal itu, dia merasa dihargai dan dibutuhkan.
"Pagi, Mas." Sapa Rena dengan senyum mengembang. Rena berjalan dengan santai dan mengambil duduk di kursi yang biasanya dia gunakan.
"Pagi juga, Dek." Jawab Aldo dengan senyum sumringah.
Aldo sangat menyayangi adik perempuannya ini. Karena memang hanya Rena saudara yang dia punya. Apalagi Rena adalah anak perempuan yang pastinya butuh pengawasan yang ketat dalam pergaulan. Mengingat pergaulan zaman sekarang membuat kita mengelus dada dan harus tetap waspada agar anak dan saudara kita tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
"Mas yang masak semuanya?" Tanya Rena dengan mata berbinar.
"Tadi, Mama yang masak dulu terus Mas lanjutin." Jawab Aldo pelan.
"Mas aku mau bawa bekal." Kata Rena sambil beranjak dari duduknya untuk mengambil kotak nasi yang biasanya dia bawa untuk bekal ke sekolah.
"Udah kamu duduk aja, biar Mas siapkan untuk kamu." Kata Aldo sambil meminta kotak nasi yang ada ditangan Rena.
Rena menyerahkan kotak nasi berwarna biru - dengan gambar kartun kucing dari negeri jepang itu - kepada kakaknya. Dia kembali duduk dan memperhatikan kakaknya yang sedang menyiapkan bekal untuknya. Tanpa dia sadari dia tersenyum sendiri dan hal itu diketahui oleh Kakaknya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Aldo yang melihat adiknya senyum dengan lebar.
"Bayangin aja, Mas. Kalau besok Rena punya suami kayak Mas Aldo kan enak. Rena nggak perlu masak tinggal makan aja." Jawab Rena menceritakan penyebabnya tersenyum sendiri.
"Ya kamu juga harus belajar masak lah, Ren. Iya kalau dapet suami koki, kalau dapet suami atlet bela diri gimana." Seloroh Endah yang datang tiba-tiba. Di sampingnya sudah ada Antok yang sudah siap dengan pakaian kantornya.
Rena hanya mencebikkan bibirnya. Mamanya selalu mengucapkan hal itu setiap kali dia menyinggung ingin memiliki suami koki agar dia tidak usah repot-repot belajar memasak. Ya, walaupun dia tahu jika apa yang dikatakan oleh Mamanya sangat penting untuk perkembangannya. Karena nantinya dia akan berkeluarga dan menjadi istri yang wajib mengurus rumah dan masalah dapur.
Aldo hanya terkekeh pelan melihat ekspresi kecut yang dikeluarkan oleh Rena setelah dia mendengar ucapan mamanya. Dia sangat hafal jika apa yang diucapkan oleh mamanya sangat tidak disukai oleh Rena. Aldo segera memasukkan kotak nasi yang baru saja dia siapkan ke dalam tas sekolah Rena. Kemudian dia duduk di samping Rena dan ikut bergabung sarapan bersama keluarganya.
***
Aldo berjalan santai saat dia memasuki gedung tempat penyelenggaraan lomba yang akan diikuti oleh Asoka. Seminggu yang lalu dia sudah berjanji kepada Asoka akan datang ke acara lomba yang Asoka ikuti. Dan hari ini dia menepati janjinya. Tangannya membawa bunga mawar merah dan kartu ucapan yang diletakkan di tengah-tengah segerombolan bunga tersebut. Matanya mencari-cari dimana keberadaan kekasihnya itu, hingga dia menemukan sosok yang tengah dicarinya. Asoka sedang duduk dengan gelisah. Tangannya saling meremas satu sama lain. Kentara sekali jika saat ini dia sedang gerogi, jelas saja karena tinggal beberapa menit lagi dia akan tampil di depan juri dan ini adalah lomba cipta tari pertama yang dia ikuti secara individu.
Aldo mendekati Asoka yang duduk sendirian. Dia mengambil duduk di samping kanan Asoka. Kemudian menyodorkan bunga yang sudah dia siapkan. Asoka mengangkat kepalanya dan melihat kedatangan Aldo. Senyum sumringah terlukis dibibir yang saat ini dipoles dengan gincu merah. Dia menerima bunga yang disodorkan oleh Aldo. Kemudian membawa bunga tersebut mendekat keindra penciumannya. Asoka menghirup bunga itu dengan perlahan, seketika aroma wangi masuk ke dalam hidungnya. Dan lagi-lagi Asoka menampilkan senyum manisnya yang semakin membuat Aldo tergila-gila.
"Kamu nggak usah gerogi. Aku yakin kamu pasti bisa membawa pulang piala nanti." Kata Aldo memberi semangat kepada Asoka. Dia menggenggam tangannya dengan erat.
Asoka membalas genggaman tangan Aldo. "Terima kasih ya kamu udah mau datang untuk memberiku semangat." Jawab Asoka dengan tenang.
Asoka menjatuhkan pandangannya kebunga yang tadi diberikan oleh Aldo. Dia menemukan sebuah note kecil berwarna merah dan memiliki motif yang sama seperti bunga yang dia pegang. Asoka mengambil note kecil itu dan membukanya.
"Semangat, Sayang. Di sini ada pangeran yang selalu mendukungmu."
Kata-kata sederhana yang mampu membuat Asoka bertambah semangat. Dia tidak menyangka jika Aldo bisa melakukan hal seromantis ini. Asoka menatap Aldo dan memeluk Aldo sekilas.
"Terima kasih ya, Sayang." Kata Asoka di dalam pelukan Aldo.
Aldo tesenyum lebar dan mengangguk dengan mantap. "Jangan gerogi, tunjukkan yang terbaik kepada juri." Kata Aldo dengan mengusap punggung Asoka dengan lembut.
Asoka melepaskan pelukannya karena tidak enak dilihat oleh beberapa orang. Dia tersenyum dan mengangguk dengan semangat.
"Jika aku menang nanti, aku akan mentraktirmu makan." Kata Asoka dengan yakin.
"Okey, aku tunggu traktiranmu." Jawab Aldo menantang.
Kini sudah tiba giliran Asoka yang menunjukkan kebolehannya dihadapan juri. Dengan lincah dia menampilkan tarian yang sudah dua bulan ini dia siapkan. Badannya yang lentur dalam membawakan gerakan tari yang dia ciptakan membuat para juri dan penonton terpukau melihat penampilannya. Senyum manis yang tidak pernah luntur dari bibirnya menambah nilai plus dari juri. Asoka membawakan tariannya tanpa cacat, bahkan dia sudah sangat hafal dan tidak melakukan kesalahan sedikitpun.
Selesai tampil, Asoka menghampiri Aldo lagi. Dia menggenggam tangan Aldo dengan erat seakan-akan meminta tambahan dukungan dari kekasihnya itu. Aldo membalas genggaman tangan Asoka bahkan membawa tangan Asoka kemulutnya untuk dia cium.
"Sepertinya aku akan ditraktir oleh seseorang." Kata Aldo menggoda Asoka.
Asoka mengulum senyumnya. "Doakan aku yang jadi pemenang." Jawab Asoka dengan memohon.
"Aku tidak ada henti-hentinya mendoakan yang terbaik untukmu, Sayang." Jawab Aldo dengan lembut. Dia sungguh-sungguh mengatakan hal itu tanpa ada kedustaan sedikit 'pun.
"Terima kasih ya, Sayang." Jawab Asoka dengan tersenyum lebar.
Setelah semua peserta tampil, mereka diizinkan untuk berisitirahat sejenak. Istirahat, makan siang, dan ibadah. Aldo selalu menemani kemanapun Asoka pergi. Dia tidak pernah sedikit 'pun meninggalkan Asoka. Karena memang hari ini dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri jika hari ini waktunya hanya untuk Asoka.
Aldo dan Asoka duduk disalah satu bangku yang tidak jauh dari masjid. Asoka merapikan make up-nya kembali setelah dia sholat tadi. Aldo memperhatikan Asoka yang dengan cekatan memoleskan make up ke wajahnya. Sesekali Aldo membantu mengambilkan make up yang dibutuhkan oleh Asoka walaupun sering salah. Ya, maklum lah ya, dia kan laki-laki yang pastinya tidak bisa membedakan mana blush on dan mana eye shadow, mana pensil alis dan mana eyeliner, mana lipcream dan mana liptint, serta mana bulu mata dan mana softlent. Semua kekeliruan yang Aldo sebabkan membuat tawa Asoka pecah dan Aldo hanya cengar-cengir menanggapi hal itu. Dengan sabar Asoka memberi tahu semua jenis make up yang dia bawa saat ini, serta dia menjelaskan apa fungsi dan cara pemakaiannya. Namun Aldo hanya menanggapi dengan membulatkan mulutnya, pasalnya bagi Aldo hal itu tidak penting namun dia tetap harus menaggapi cerita kekasihnya itu. Jika dia tidak menaggapi, dia takut jika Asoka akan marah padanya.
Hingga akhirnya jam istirahat berakhir. Asoka kembali memasuki gedung tempat penyelenggaraan lomba. Dia mengambil duduk dikursi yang memang disiapkan untuk peserta, sedangkan Aldo duduk dikursi deretan para penonton. Namun mata Aldo tidak pernah lepas dari Asoka, dia terus memperhatikan Asoka yang tampak duduk dengan gelisah. Bibir Aldo terus menggumamkan doa agar Asoka mendapatkan hasil sesuai yang dia inginkan.
Setelah pembawa acara selesai berkata-kata, kini saat yang ditunggu-tunggu oleh semua orang yang ada di gedung ini. Yaitu pengumuman pemenang lomba. Jantung Asoka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, dan dia semakin menundukkan kepalanya sambil menggumamkan doa. Dia berharap akan menyabet juara satu dalam lomba kali ini. Karena jika dia menjadi juara, jalannya untuk menjadi seorang koreografer semakin mudah.
Hingga akhirnya Asoka tidak percaya jika namanya dipanggil menjadi juara satu. Aldo yang mendengar nama kekasihnya dipanggil, segera bangkit dari duduknya dan bertepuk tangan dengan keras, hal itu segera diikuti oleh seluruh orang yang ada di dalam gedung ini tak terkecuali peserta lain yang tidak mendapat juara. Asoka tersenyum lebar saat melangkahkan kakinya ke atas podium. Dia melakukan pidato sedikit dan setelah itu dia menerima slempang juara dan piala yang menjadi incaran semua peserta.
Aldo mengacungkan jempolnya kearah Asoka yang saat ini sedang berdiri di atas panggung. Asoka melempar senyum manisnya kearah Aldo dan menggumamkan kata "Terima kasih" tanpa suara. Walaupun Aldo tidak mendengar ucapan Asoka itu, namun dia mampu membaca gerak bibir kekasihnya itu sehingga dia mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban.
================================
Bojonegoro, 2 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top