Bab 19

Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mobil sedan putih berhenti di depan sebuah toko batik yang lumayan besar. Banyak konsumen yang mendatangi toko tersebut. Para karyawan terlihat keteteran melayani pelanggan yang semuanya ingin dilayani terlebih dahulu, hingga pemilik toko tersebut ikut turun tangan melayani pembeli. Sepasang suami istri yang sudah tidak lagi muda nampak menjelaskan dan melayani pembeli dengan sabar dan sopan. Walau sesekali menengok kanan untuk menjawab pertanyaan pembeli lainnya.

Lelaki dewasa yang masih berada di dalam mobil termenung sambil menatap pemandangan di depannya ini. Dia yang tidak tahu dengan seluk beluk batik bahkan tidak terlalu tertarik dengan seni harus berurusan dengan keluarga yang memiliki darah seni yang masih kental, keluarga yang masih menjunjung adat dan budaya daerah mereka, keluarga yang sangat bangga mengenakan pakaian maupun bangga saat memamerkan warisan leluhur mereka. Mereka dengan semangat melestarikan budaya tradisional tanpa terpengaruh budaya barat.

Pergeseran budaya yang terjadi saat ini membuat anak muda atau generasi penerus bangsa melupakan adat dan budaya mereka sendiri. Mereka lebih senang mempelajari budaya dari negara asing tanpa mau pusing mikirin warisan negara sendiri. Hanya segelintir anak manusia yang masih saja mencintai budaya leluhur mereka. Seperti Asoka Darapuspita.

Hal itu yang membuat Aldo tergila-gila kepada gadis muda yang sangat cinta dengan sampur itu. Kepiawaiannya dalam menggerakkan tubuh saat menyajikan tarian yang memukau membuat Aldo tidak bisa berhenti memikirkan Asoka. Sebelumnya Aldo hanya dekat dengan perempuan seumurannya yang sama-sama memiliki usaha untuk mereka kembangkan.

Dering handphone hitam menyadarkan Aldo dari lamunannya. Tangannya terulur mengambil handphone yang dia letakkan di kursi sampingnya. Dia membaca nama yang tertera di layar handphonenya, tanpa pikir panjang Aldo langsung menekan tombol hijau untuk menyambungkan suara mereka.

"Hallo." Kata Aldo begitu dia menempelkan handphone itu ke telinganya.

"Hallo, Mas. Kamu jadi ke toko Bapak?" Tanya gadis muda itu dari seberang telephon. Suaranya terdengar ngos-ngosan. Aldo yakin jika Asoka sedang istirahat setelah dia menari.

"Iya. Ini sudah di depan toko Bapak kamu." Jawab Aldo lembut.

"Aku susul ya, Mas." Kata Asoka menawari.

"Tak perlu. Kamu kerja saja!" Jawab Aldo menolak dengan lembut.

"Yakin nggak mau aku temeni?" tanya Asoka sekali lagi untuk memastikan Aldo.

"Iya, aku yakin. Lagi pula Bapak kamu juga nggak bakal bunuh aku, 'kan?" jawab Aldo menggoda.

Terdengar tawa renyah dari handphone Aldo. Aldo yang mendengar hal itu tertawa. Entah mengapa hatinya selalu merasa nyaman saat mendengar suara dan tawa dari Asoka. Seperti musik klasik favoritnya.

"Sudah dulu ya, aku mau turun dulu untuk nemuin orang tua kamu." Kata Aldo menyudahi pembicaraan mereka.

"Iya, Mas. Kamu semangat ya!" kata Asoka memberi semangat kepada Aldo. Hanya kata itu yang mampu Asoka ucapkan, semua usaha yang bisa dia lakukan sudah dia lakukan namun masih belum berhasil juga.

"Iya, terima kasih ya." Jawab Aldo sambil tersenyum walaupun dia tahu Asoka tidak akan bisa melihat senyumnya. Namun kedua sudut bibirnya reflek menyunggingkan semua setelah mendengar kata semangat dari Asoka.

"Iya." Jawab Asoka singkat sambil menutup via telephone mereka.

Aldo memandang layar ponselnya yang masih menyala dan menampilkan fotonya dengan Asoka. Gaya dan busana santai yang mereka kenakan menjadi pilihan mereka untuk mengabadikan kegiatan mereka dalam sebuah foto. Saat itu mereka baru saja keluar dari pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan lomba Asoka. Di depan pusat perbelanjaan ada sebuat studio foto yang membuat Asoka tertarik untuk mengunjungi tempat itu, dan jadilah beberapa foto serasi mereka.

Aldo membuka pintu mobil pelan. Dia sudah merapikan penampilannya sebelum keluar tadi. Kini dia berjalan pelan untuk masuk ke toko batik tersebut.

"Assalamualaikum, Pak." Salam Aldo sopan.

Ratno yang tidak asing mendengar suara dari belakangnya segera menoleh ke belakang. Dia sedikit terkejut mendapati Aldo sudah ada di belakangnya sambil menyunggingkan senyum.

"Waalaikumsalam." Jawab Ratno pelan. Dia menerima uluran tangan dari Aldo dan punggung tangannya dicium oleh Aldo dengan sopan.

"Ada perlu apa kamu kesini? Kalau tidak penting lebih baik bicarakan nanti malam saja. Saya sedang sibuk melayani pelanggan." Kata Ratno tegas. Apa yang dikatakan oleh Ratno memang benar, banyak pelanggan yang mengunjungi tokonya dan semuanya ingin dilayani dengan cepat.

"Kebetulan pak, saya bisa kesini untuk membantu bapak melayani pelanggan." Jawab Aldo dengan senyum yang masih terlukis dibibirnya.

Ratno mengangkat alisnya bingung. Namun tanpa berpikir panjang dan bertanya banyak, dia menyetujui jawaban Aldo. Hitung-hitung dia punya pembantu untuk melayani pelanggannya.

"Silakan kalau kamu mau." Jawab Ratno singkat. Dia kembali melayani pelanggan yang menunggunya sejak tadi saat dia berbincang dengan Ado.

"Terima kasih kesempatannya, Pak." Kata Aldo dengan bahagia. Dia mendekati salah satu pembeli yang baru datang.

"Maaf, ini harganya berapa ya?" Tanya Aldo bingung kepada salah satu karyawan Ratno.

"Mas pembeli juga?" Tanya balik karyawan Ratno.

"Bukan, saya calon mantunya pak Ratno, saya kesini mau bantu melayani toko tapi saya belum paham dengan tata cara ataupun prosedur yang diterapkan di toko ini." Jawab Aldo jujur. Ini pertama kali untuknya membantu di toko orang tua Asoka. Dia yang tidak paham dengan macam-macam batik, perbedaan batik tulis dan batik cap merasa kebingungan dan takut jika dia melakukan kesalahan.

"Mas layani apa yang mereka inginkan, saat mereka jadi membeli batik mas tulis pesanan mereka ke nota ini kemudian berikan kepada pembeli. Minta pembeli untuk membayar ke kasir semestara mas masih membungkus barang yang mereka beli, setelah selesai mas bungkus, mas antar barang itu ke kasir. Soal harga mas bisa lihat di pojokan gulungan setiap kain batik, di situ sudah ada kodenya. Jika tertulis 10 itu artinya harga batik seratus ribu per meter, jika 0,5 itu artinya harga batik lima puluh ribu per meter." Kata karyawan Ratno menjelaskan. Dia dengan sabar menjelaskan dan memberi tahu ketidaktahuan Aldo.

"Terima kasih ya, Mas atas penjelasannya." Jawab Aldo ramah.

"Sama-sama, Mas." Jawab karyawan itu lagi. "Oh iya, untuk batik tulis di sebelah kanan dan batik cap di sebelah kiri. Jangan sampai keliru ya!" Pesan karyawan itu lagi.

"Okey, aku ingat kok." Jawab Aldo sambil mengacungkan jempolnya.

Kini Aldo beraksi dengan percaya diri. Penjelasan dari salah satu karyawan Ratno sangat membantu Aldo. Dia berharap dia tidak melakukan kesalahan sedikit pun. Dia tidak ingin rencananya untuk mengambil hati orang tua Asoka harus gagal karena kesalahan yang dia lakukan saat melayani pelanggan.

"Kalau ini ada dua warna, Bu. Warna Navi dan Marun." Kata Aldo menjawab pertanyaan salah satu karyawan. "Kalau menurut saya mending warna Navy, untuk laki-laki ataupun perempuan sama-sama cocok apalagi motifnya sangat cocok untuk dibuat sarimbit sekeluarga." Kata Aldo lagi melanjutkan.

"Bener juga. Terus untuk kombinasi enaknya warna apa ya?" tanya pelanggan itu sambil meminta pendapat dari Aldo.

Aldo mengambil kain polos yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Warna tosca cocok untuk, Bu. Sesuai dengan motof kupu-kupunya." Jawab Aldo lagi.

"Baiklah mas. Saya mau kain batiknya sepuluh meter dan kain polosnya tiga meter saja." Kata pelanggan itu sambil tersenyum. Dia nampak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Aldo.

Aldo tersenyum sumringah. Dia menuliskan semua barang yang dibeli oleh ibu muda di depannya ini ke nota warna pink yang dia pegang. Kemudian dia memberikan selembar nota itu kepada pelanggan.

"Silakan menuju kasir ya, Bu." Kata Aldo ramah.

"Terima kasih." Jawab pembeli itu.

Aldo menyiapkan semua pesanan dari pelanggan pertamanya itu. Setelah itu dia membungkus kain batik dan polos ke plastik hijau yang bertuliskan nama dan alamat toko orang tua Asoka. Dia melangkahkan kakinya menuju kasir untuk memberikan barang itu ke pelanggan.

"Nak Aldo" Sapa Eni sedikit terkejut.

"Assalamualaikum, Bu." Salam Aldo sambil mencium punggung tangan Eni sopan.

"Waalaikumsalam. Ngapain kamu kesini?" Tanya Eni bingung.

"Bantu-bantu toko. Tadi nggak sengaja saya lewat sini terus lihat toko sedang ramai jadi saya mampir dan bantu-bantu di sini. Tadi saya juga sudah bertemu bapak dan bapak mengizinkan saya." Jawab Aldo menjelaskan.

Eni menganggukkan kepalanya mengerti. Dia tidak bertanya lagi karena memang antrian di kasir terus bertambah. "Terima kasih sudah membantu. Kamu bisa melanjutkan tugasmu." Jawab Eni ramah.

"Iya, Bu." Jawab Aldo pelan. Dia kembali ke dalam mendekati pelanggan yang masih melihat-lihat kain batik di toko ini.

================================

Bojonegoro, 19 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top