Bab 18
Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Asoka bangkit dari duduknya. Dia menatap Aldo dengan lekat. Yang ditatap hanya tersenyum tanpa bersuara. Aldo melangkahkan kakinya perlahan mendekati kekasihnya itu. Pelan namun pasti kini jarak mereka hanya tinggal lima sentimeter.
"Kok bengong?" tanya Aldo pelan. Bibirnya masih menyunggingkan senyum.
Plak
Asoka menampar pipi Aldo lumayan keras. Dia tidak percaya jika ini nyata, dia masih merasa jika orang yang ada di depannya ini hanya halusinasinya.
"Kok ditampar sih?" protes Aldo bingung. Walaupun tidak sakit tetap saja membuat Aldo bingung.
Asoka tersenyum lebar. Lelaki di depannya ini bukan sekedar halusinasi namun memang benar nyata. Lelaki yang selama seminggu ini membuatnya jengkel, kesal, rindu, emosi jadi satu. Lelaki yang sudah seminggu ini tidak dia lihat.
"Mari kita buka lomba cipta tari ini dengan bacaan basmallah." Kata pembawa acara lomba membuat Asoka tersadar. Dia segera memperhatikan panggung yang berada di belakangnya.
"Aku ke depan dulu. Kamu nggak boleh kemana-mana." Kata Asoka pelan. Kemudian dia melangkahkan kakinya ke belakang.
"Oka tunggu!" kata Aldo tegas.
Asoka menghentikan langkahnya. Dia kembali memperhatikan Aldo yang memintanya untuk berhenti. Aldo maju mendekatinya hingga jarak mereka sedekat seperti sebelum Asoka jalan mundur.
"Kamu yang semangat, fokus saat tampil, berikan perfomance yang memukau." Kata Aldo sambil tersenyum. "Kalau kamu bisa jadi juara lagi, ayo kita kencan romantis seperti yang kamu inginkan kemarin." Tukas Aldo lagi. Hal itu dia lakukan agar Asoka tambah semangat. Dia sadar sudah seminggu ini dia menjauhi Asoka yang pastinya membuat mood Asoka buruk. Kini dia ingin kembali membangkitkan mood dan semangat Asoka lagi.
Asoka menarik kedua ujung bibirnya sambil mengangguk paham. Semangat yang semula redup kini kembali berkobar. Bukan karena rencana kencan romantis yang dijanjikan oleh Aldo, namun melihat Aldo datang untuk mendukungnya sudah membuatnya bahagia dan yakin akan kembali menyabet gelar juara.
"Aku pasti jadi pemenangnya." Kata Asoka semangat.
"Harus." Ujar Aldo tak kalah semangat.
Asoka membalikkan badannya. Dia maju untuk berbaur dengan barisan para peserta lainnya. Sedangkan Aldo mengisi bangku pendukung yang masih kosong. Hanya saja dia tak dapat bangku depan karena sudah terisi semua. Dalam hati Aldo terus berdoa agar Yang Maha Kuasa melancarkan penampilan Asoka nanti sehingga dia bisa menjadi juara.
***
L
ampu taman menghias dibeberapa pohon cemara. Satu meja dengan dua kursi sudah tertata di tengah-tengah taman kecil yang sudah Aldo siapkan. Sejak pagi tadi dia menghias taman belakang restorannya dengan dibantu dua orang karyawannya karena yang lainnya harus tetap bekerja sesuai tugasnya.
Sesuai dengan ucapannya tempo hari, jika Asoka jadi juara dia akan menyiapkan kencan romantis seperti yang Asoka inginkan. Hari ini dia menepati janjinya dan dia sendiri yang menyiapkan.
Restorannya sudah dia tutup sejak sore tadi, dia sengaja melakukan hal itu agar kencannya dengan Asoka tidak ada yang menganggu.
Gadis muda dengan gaun warna merah terang berdiri di pintu menuju taman. Matanya menyorotkan rasa kagum akan indahnya taman kecil yang sudah disulap oleh Aldo. Dia tidak menyangka jika Aldo akan melakukan ini semua untuknya.
"Kok berhenti. Ayo kesini." Kata Aldo pelan. Dia melambaikan tangannya pada Asoka agar Asoka mendekat padanya.
Asoka tersenyum lagi. Dia mulai melangkahkan kakinya ke arah kekasihnya itu. Kaki jenjang, putih, mulut, tanpa cacat begitu indah dan terasa pantas saat menggunakan sepatu high hills berwarna hitam. Lenggak-lenggok tubuhnya bagaikan model yang sedang berjalan di red carpet saat memamerkan karya desaigner terkenal.
Aldo menarik kursi untuk Asoka. Dia anggun Asoka duduk di kursi yang sudah Aldo siapkan. Matanya masih menjelajah setiap sudut taman. Bibirnya masih menyunggingkan senyum kebahagiaan.
"Sayang, pria di depan kamu ini lebih menarik untuk dipandang loh." Kata Aldo menegur Asoka. Pasalnya sejak tadi Asoka hanya fokus dengan sekelilingnya tanpa memedulikannya.
Asoka terkekeh pelan mendengar protes dari kekasihnya itu. "Aku tahu. Bagiku tidak ada yang lebih menarik dari wajah tampanmu itu." Jawab Asoka merayu.
Aldo tersenyum kecil mendengar jawaban dari Asoka. "Kamu suka?" Tanya Aldo pelan.
"Suka banget." Jawab Asoka sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku nggak tau, kencan romantis aoa yang kamu inginkan. Tapi aku menyiapkan ini semua spesial untuk kamu." Kata Aldo lagi. Entah mengapa sekarang dia bersikap lebih romantis. Padahal dulu dia tidak pernah bersikap seperti ini kepada kekasihnya. Mungkin karena pengaruh usia dari Asoka membuat Aldo harus bisa mengimbangi apa yanh diinginkan oleh kekasih mudanya itu.
"Kencan romantis di tempat terbuka juga menyenangkan. Ini lebih indah dari ekspektasiku." Jawab Asoka jujur.
"Syukurlah jika kamu suka."
"Apakah aku harus ngambek dulu, marah dulu supaya kamu mau mewujudkan kencan romantis yang aku inginkan?" tanya Asoka pelan.
"Kamu harus jadi juara disetiap lomba yang kamu ikuti. Dengan begitu aku akan selalu menyiapkan kencan romantis untuk kita dengan konsep yang berbeda." Jawab Aldo menjelaskan. Dia tidak masalah mengelurkan banyak biaya dan waktu agar Asoka bahagia.
"Lomba sebelumnya aku juga jadi juara. Berarti kamu hutang kencan romantis denganku." Kata Asoka.
Aldo terkekeh pelan. "Okey, kita cari waktu yang tepat untuk kencan romantis selanjutnya." Jawab Aldo dengan senyuman. Asoka mengangguk semangat.
Asoka dan Aldo mulai makan malam mereka. Tidak ada yang berbicara saat makan, hanya saja sesekali Aldo mencuri pandang kepada Asoka. Hal itu membuat Asoka merasa malu dan hanya bisa menundukkan kepalanya.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka menyelesaikan makan malam. Setelah itu Asoka mengajak Aldo untuk nonton. Tidak ada penolakan yang dilakukan oleh Aldo karena memang sudah lama dia tidak berkunjung ke bioskop untuk menonton film. Terakhir kali dia datang ke bioskop saat masih pacaran dengan Nana, kakak ipar Asoka.
Asoka memilih film yang bergenre romance, karena memang dia tidak menyukai horor ataupun action. Menonton film romance dengan kekasih adalah hal yang tepat, begitu pikir Asoka.
"Kenapa nggak milih horor aja sih biar seru?" Komentar Aldo pelan. Film romance hanya membutnya merasa bosan, tidak ada tantangan sama sekali dalam film itu.
"Kamu lihat deh. Alur cerita mereka sama seperti hubungan kita. Sama-sama berjuang mendapatkan restu dari orang tua. Kamu bisa menjadikan film ini sebagai motivasi." Kata Asoka menjelaskan kepada Aldo.
"Melihat senyum kamu aja udah memotivasiku untuk segera melamarmu." Jawab Aldo cuek.
Blushing yang dirasakan oleh Asoka sontak membuatnya memegang kedua pipinya. Rasanya panas, hatinya berdetak kencang, perutnya seperti ada banyak kupu-kupu yang terbang. Bukan sekali ini Aldo berkata manis namun masih saja Asoka merasa tersanjung dan blushing.
"Kenapa?" Tanya Aldo yang heran melihat Asoka senyum-senyum dengan memegang kedua pipinya.
"Kamu jangan bikin aku baper terus dong." Kata Asoka pelan.
Aldo hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Asoka dengan gemas. Hal itu membuat Asoka menjauhkan tangan kekasihnya dari kepalanya.
================================
Bojonegoro, 18 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top