Bab 17
Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dia datang tanpa menyapa. Dia hadir tak kenal waktu. Dia bersemayam tak kenal tempat. Dialah cinta. Hadirnya tanpa undangan, perginya tanpa paksaan. Bersamanya kadang memberi bahagia, tak jarang pula meninggalkan luka.
Asoka membuka gorden kamarnya. Hari ini penyelenggaraan lomba cipta tari yang dia ikuti. Hatinya tak sebahagia dulu. Dulu dia sangat bersemangat mengikuti lomba cipta tari, sekarang dia merasa hampa, karena tidak ada Aldo yang mendukungnya. Sudah seminggu ini Aldo tidak menemuinya, jangankan menemui menghubunginya saja tidak.
Clek
Pintu kamar Asoka terbuka. Menampilkan perempuan paruh baya yang datang dengan segelas susu putih. Dia tersenyum melihat anak gadisnya bangun tanpa dia bangunkan. Langkah kakinya mendekati anaknya itu, hingga dia berada tepat di samping anaknya.
"Tumben sudah bangun tanpa ibu bangunkan." Ujar Eni sambil menyodorkan segelas susu yang dia bawa.
Asoka tersenyum singkat sambil menerima segelas susu yang ibunya sodorkan. Dia mendekatkan gelas itu ke bibirnya. Meminum susu itu hingga susu itu masuk melewati kerongkongannya. Rasa manis dari susu itu membuatnya merasa segar, suhu hangat dari susu itu membuat kerongkongannya terasa nyaman. Asoka semakin menghabiskan segelas susu yang diberikan oleh ibunya. Setelah itu dia menyimpan gelasnya di atas nakas.
"Kamu kok belum siap-siap?" Tanya Eni pelan.
"Habis ini, Bu." Jawab Asoka pelan.
"Ya sudah ibu tingga ke bawah dulu ya." Kata Eni akhirnya.
Asoka mengangguk sebagai jawaban. Dia membuka jendela kamarnya, setelah itu menarik kursi dan mendaratkan bokongnya di kursi kayu samping ranjangnya. Dia mengambil handphone yang dia geletakkan sejak semalam. Mengecek pesan dari Aldo jika ada. Namun masih sama seperti seminggu yang lalu, tidak ada satupun pesan dari Aldo maupun panggilan telvon dari kekasihnya itu.
Asoka membuka ruang chatnya dengan Aldo. Tertulis online di sana namun Aldo tak pernah mengirim pesan untuknya. Semarah itukah Aldo padanya hingga tak mengirim pesan?
Asoka meletakkan kembali benda pipih itu. Dia bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar mandi. Dua jam lagi lomba akan dimulai dan dia harus berada di sana setengah jam sebelum acara dibuka.
Lima belas menit kemudian Asoka keluar dari kamar mandi. Selembar handuk yang menutupi tubuhnya kini sudah terganti dengan kain jarik sebagai bawahan dan kebaya sebagai atasan. Dia duduk di kursi tolet. Di depannya sudah ada sanggul kecil lengkap dengan aksesorisnya. Berbagai macam make up sudah tersedia tinggal dia eksekusi ke wajahnya.
Asoka menyemprotkan air mawar terlebih dahulu untuk membuat wajahnya terasa segar, setelah itu dia memoleskan foundation dan meratakan ke seluruh wajahnya, kemudian memakai bedak dan terakhir memoleskan lipstik pink ke bibir seksinya.
Asoka menguncir rambutnya dan dia gelung asal. Menyemprotkan hair spray ke seluruh rambutnya. Setelah itu memasang sanggul kecil yang sudah dia siapkan. Dia sematkan aksesoris yang dia butuhkan ke kepalanya. Selesai sudah dia berdandan. Asoka memang wanita idaman, cantik, berbakat, berpendidikan tinggi, bisa dandan hanya saja dia tak pandai dengan urusan dapur. Dia menatap wajahnya di cermin. Terlihat cantik dan anggun. Dia yakin juri akan terpukai saat melihatnya.
Dia bangkit dari duduknya. Menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya dan mengambil flat shoes yang warnanya senada dengan kebayanya. Meraih sampur yang dia gantung di belakang pintu dan dia masukkan ke dalam tas, mengambil cd yang berisi musik iringan tari kemudian dia masukkan juga ke dalam tas. Terakhir dia mengambil handphone dan mengeceknya, tetap saja tidak ada pesan atau panggilan masuk dari Aldo. Hanya ada beberapa pesan dari temannya yang berisi dukungan dan doa agar dia semangat saat lomba nanti.
Setelah dia rasa semuanya sudah lengkap, dia meraih knop pintu dan memutarnya. Keluar dari kamar menuju ruang makan yang di sana sudah ada ibu dan bapaknya.
"Pagi Pak, Bu." Sapa Asoka sopan. Dia menarik kursi di samping ibunya.
"Pagi cantik." Balas Ratno lembut.
Asoka tersenyum sekilas, sudah biasa bapaknya menjawab sapanya seperti itu. Apalagi saat ini dia sedang mengenakan make up lengkap yang membuat wajahnya semakin menawan.
Asoka mengambil roti dan mengoleskannya dengan selai. Dia sengaja tidak sarapan nasi karena takut akan merusak make upnya. Dua lembar roti tawar dan segelas susu sudah mengganjal perutnya hingga siang nanti.
"Kamu berangkat naik taksi?" Tanya Eni ramah.
"Oka belum memesan taksi, Bu." Jawab Oka sopan. Entah mengapa dia bisa lupa jika dia belum memesan taksi. Biasanya dia akan memesan taksi dulu sebelum dia bersiap karena dia tahu kemana pun dia pergi dia akan menggunakan jasa mobil biru tersebut.
"Ya sudah kamu berangkat sama bapak saja. Bapak akan mengantarmu sampai ke tempat lomba." Kata Ratno akhirnya.
Asoka tersenyum dan mengangguk semangat. Selain dia hemat pengeluaran, dia senang orang tuanya memperhatikannya saat akan lomba.
Suasana di ruang makan menjadi hening. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanya dentingan sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring.
***
A
ldo keluar dari kamar mandi dengan mengusapkan handuk ke rambutnya yang masih basah. Dia melihat handphone dan mengecek tanggal. 22 April, dia ingat akan sesuatu. Ya, dia ingat kalau Asoka pernah bilang jika dia akan mengikuti lomba cipta tari tanggal 22 April jam sembilan pagi. Aldo segera berganti pakaian. Kemeja marun yang dia padukan dengan celana jins navy menjadi pilihannya. Menata rambutnya sebentar dan menyemprotkan minyak ke badannya. Aldo melingkarkan jam tangan dior ke tangan kirinya sembari melihat pukul berapa sekarang. Jam tangan itu menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit, yang artinya setengah jam lagi lomba yang diikuti Asoka akan mulai.
Aldo berjalan dengan cepat. Kakinya yang panjang tidak menyulitkannya untuk mengambil langkah lebar. Berpamitan sebentar kepada Mamanya dan setelah itu menuju ke mobil dan masuk ke dalam.
Aldo melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih cepat dari biasanya. Beberapa kali dia menyalip mobil di depannya agar dia bisa cepat sampai ke gedung tempat penyelenggaraan lomba tari yang diikuti oleh Asoka. Tidak jarang pula bunyi klakson dari kendaraan lain yang ditujukan kepadanya karena dia menyalip dengan berbahaya. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar dia sampai di gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mendukung kekasihnya itu. Seminggu ini dia tidak menghubungi Asoka dan hari ini adalah hari yang tepat baginya untuk memperbaiki hubungan mereka. Dua puluh lima menit kemudian Aldo sudah sampai di gedung itu. Banyak kendaraan yang sudah terparkir rapi di halaman kantor Dinas. Beberapa orang yang memakai kostum tari nampak berjalan cepat untuk masuk ke dalam gedung, hal itu membuat Aldo semakin gerogi. Takut jika dia sudah terlambat dalam dan acara sudah dimulai.
Aldo memarkirkan mobilnya dengan cepat, setelah itu masuk ke gedung dengan terburu-buru. Matanya jelalatan mencari keberadaan Asoka hingga matanya menangkap gadis cantik yang duduk di salah satu bangku. Dia memandang ke bawah dan memainkan tangannya sendiri. Aldo tersenyum sekilas, dia menghampiri Asoka pelan. Mengambil duduk di samping Asoka tanpa berbicara. Hingga Asoka menoleh ke samping dan mendapati Aldo yang duduk tenang sambil menatap wajahnya kagum. Rasa kaget, tak percaya, senang, kesal, jengkel menjadi satu hingga membuat Asoka hanya bengong. Sedangkan Aldo masih terus menatap Asoka dengan tersenyum.
================================
Bojonegoro, 17 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top