Bab 15
Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aldo turun dari mobil sedan warna putihnya. Dia menutup pintu mobil dengan pelan. Setelah itu membuka bagasi dan mengeluarkan beberapa rantang makanan. Aldo menenteng rantang tersebut dan masuk ke dalam restorannya dengan langkah santai. Dia tak menyadari jika ada Asoka yang menunggunya lebih dari tiga puluh menit.
Asoka tersenyum begitu melihat Aldo memasuki restorannya. Dia berdiri dan melihat Aldo seksama, dia tetap diam dan belum menemui Aldo. Asoka memperhatikan Aldo yang langsung ke arah dapur untuk meletakkan rantang makanan yang dia bawa tadi. Dia kembali duduk dan memutuskan untuk menunggu Aldo di meja nomor 10.
Aldo tersenyum sekilas begitu melihat Asoka yang duduk termenung menunggunya. Gadis cantik itu menatap depan dengan pandangan kosong. Walau begitu tangannya memainkan handphonenya dengan memutar-mutar benda pipih itu yang dia letakkan di atas meja.
Aldo menarik kursi yang ada di depan Asoka dengan pelan. Kemudian dia mendaratkan bokongnya untuk duduk di sana. Dia tersenyum tipis sambil menatap Asoka dengan lekat. Sedangkan Asoka hanya memasang wajah datarnya.
"Senyum dong." Goda Aldo sambil menoel pipi Asoka.
"Kemana aja?" Tanya Asoka singkat.
"Anter makanan ke pelanggan." Jawab Aldo jujur.
Asoka menatap Aldo dengan lekat. Dari sorot matanya jelas jika saat ini dia sedang mencurigai kekasihnya itu.
"Kok nggak jawab telvon aku?" Tanya Asoka mengintrogasi.
"Maaf ya, handphone aku silent jadi nggak denger kamu telvon." Jawab Aldo sambil memegang tangan Asoka lembut.
Asoka menarik tangannya dari genggaman Aldo. Dia menautkan kedua tangannya sendiri. Matanya menatap ke bawah dan tidak mau menatap Aldo.
"Kamu marah?" Tanya Aldo lembut.
"Menurut kamu?" Tanya Asoka balik. Dari nada bicaranya kentara sekali jika dia sedang kesal.
"Aku udah nunggu kamu lebih dari tiga puluh menit yang lalu. Aku chat nggak dibalas, aku telvon nggak diangkat." Kata Asoka mengutarakan kekesalannya.
Aldo memandang sekitar, suara Asoka yang tidak bisa dibilang pelan membuat mereka menjadi pusat perhatian. Aldo bangkit dari duduknya dan menarik tangan Asoka untuk mengikutinya. Dia membawa Asoka ke bagian yang lebih dalam yaitu ke ruang kerjanya.
Aldo menutup pintu ruangannya dan terdiam sejenak. Dia memandang Asoka dengan lekat. Wajah cantik dan manis yang selalu menampilkan senyum kini ditekuk, menampilkan wajah kesal yang membuat Aldo merasa bersalah.
"Maafin aku. Aku ada kerjaan di luar jadi nggak bisa pegang handphone." Kata Aldo lembut. Dia menggenggam tangan Asoka erat.
"Sebentar saja membalas pesanku masak tidak bisa?" Tanya Asoka memojokkan Aldo.
Aldo menggelengkan kepalanya lemah. Hari ini akan banyak aktivitas yang dia kerjakan. Jika biasanya dia hanya memantau keadaan restorannya, hari ini dia akan mengantarkan beberapa pesanan ke tempat pelanggannya. Pegawai yang biasanya bertugas mengantarkan pesanan sedang sakit dan tidak ada yang menggantikan. Jadi mau tidak mau dia sendiri yang harus terjun ke lapangan untuk mengantarkan pesanan.
"Ternyata lebih penting pekerjaanmu dari pada aku." Kata Asoka kesal sambil menarik tangannya dari genggaman Aldo. Dia mendekati sofa hitam yang ada di ruang kerja Aldo dan duduk di sana. Kaki jenjangnya dia silangkan dan punggungnya dia sandarkan ke sandaran sofa.
Aldo ikut duduk di samping kekasih mudanya itu. Dia tahu saat ini Asoka sedang marah dengannya. Dan ini adalah pertama kalinya sejak mereka pacaran. Aldo tak tahu bagaimana cara membujuk Asoka agar tidak marah lagi.
"Maaf ya." Kata Aldo lembut. Hanya itu yang bisa dia ucapkan.
"Hmm." Jawab Asoka dingin. Dia menoleh ke kanan dan tidak mau menatap Aldo.
Suasana menjadi hening. Baik Aldo maupun Asoka tidak ada yang mengeluarkan suara. Asoka memilih diam karena dia marah dengan Aldo, sedangkan Aldo bingung akan berbicara apa. Dia menatap Asoka dengan lekat. Manik matanya menatap Asoka dengan tajam. Tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Kamu ingat sekarang tanggal berapa?" Tanya Asoka pelan.
Aldo merogoh saku jaket kulitnya. Dia mengeluatkan handphonenya untuk melihat tanggal berapa sekarang. Dia menatap tanggal itu dengan seksama dan merasa tidak ada yang aneh dengan tanggal itu.
Asoka menoleh ke arah Aldo dan menatapnya dingin. Dia menunggu jawaban apa yang akan Aldo ucapkan. "Kamu nggak ingat?" Tanya Asoka dengan tidak percaya.
Aldo masih saja diam. Dia benar-benar tak tahu perayaan apa yang bertepatan dengan tanggal ini. Dia ikut menatap Asoka untuk meminta jawaban yang jelas namun Asoka hanya mengeluarkan nafas panjang. Asoka mengubah posisi duduknya untuk menghadap ke arah Aldo.
"Bikin jengkel aja. Udah nggak bisa dihubungi sekarang lupa sama tanggal spesial ini lagi." Kata Asoka mengerucutkan bibirnya.
Aldo yang tahu tingkah Asoka membuatnya ingin tertawa, namun dia tidak ingin mengambil risiko dengan menertawakan Asoka bisa jadi membuat Asoka tambah marah.
"Maaf."
"Maaf lagi maaf lagi. Nggak mau usaha untuk mengingat tanggal ini?" Tanya Asoka semakin jengkel dengan sikap Aldo.
Aldo mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar lupa dengan tanggal ini. Dia rasa tanggal ini sama seperti tanggal biasanya yang tidak ada spesialnya.
"Aku tidak ingat. Tolong ingatkan aku!" Kata Aldo lembut. Dia meminta Asoka untuk mengingatkannya. Pasalnya dia benar-benar lupa.
Asoka menghela nafas. Dia menatap Aldo dengan seksama. Kali ini dia mencoba menekan rasa emosinya dan menghilangkan kekesalan serta kejengkelannya.
"Sekarang tanggal lima belas. Lima bulan yang lalu kamu mengutarakan rasa cintamu padaku." Kata Asoka lembut.
Aldo mengedip-ngedipkan matanya. Pantas saja dia tidak ingat ini bertepatan dengan acara apa. Hanya perayaan lima bulan pacaran. Sedangkan yang dia ingat sebagai tanggal spesial adalah tanggal lima belas november, karena itu bertepatan dengan dia yang menyatakan perasaan pada Asoka.
Namun Aldo mengalah, dia tetap bersikap seakan-akan dia bahagia karena Asoka mengingatkannya. Padahal yang sebenarnya, ini tidak berarti apa-apa baginya.
"Oh iya. Maaf ya aku lupa." Kata Aldo dengan tak enak hati. Dia menarik kedua ujung bibirnya menjadi sebuah senyuman manis, hal itu membuat Asoka semakin jatuh cinta dan mulai melupakan kekesalannya.
"Gapapa kok." Jawab Asoka dengan lembut.
"Emmm ... Kamu nggak ingin mengucapkan sesuatu ke aku gitu?" Tanya Asoka heran.
Aldo nampak linglung dengan pertanyaan Asoka. Dia bingung ucapan apa yang Asoka inginkan. Aldo mencoba untuk terus tersenyum padahal dia sedang berpikir ucapan apa yang akan dia sampaikan.
"Ehemm." Dehem Aldo untuk menetralkan rasa gugupnya.
Asoka menunggu ucapan Aldo. Dia sudah membayangkan jika Aldo akan mengucapkan kata-kata romantis.
Aldo menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, dia melakukan itu hanya untuk menetralkan suasana. Hingga akhirnya dia menemukan solusi.
"Selamat hari jadi kita yang ke-lima bulan ya, Sayang. Semoga kita tambah langgeng dan segera bisa membawa hubungan ini ke pernikahan." Kata Aldo dengan tersenyum.
Asoka ikut tersenyum. Tiba-tiba dia merasa blushing setelah mendengar ucapan kekasihnya itu. Asoka menganggukkan kepalanya dan menjawab "Aamiin."
"Emm ... Kita akan merayakan hari jadi ini dimana?" Tanya Asoka tiba-tiba.
Aldo mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu apa lagi yang dimaksud oleh Asoka. "Maksud kamu gimana?" Tanya Aldo bingung.
"Ini kan hari jadi kita, masak kita nggak merayakan. Seperti kencan atau makan malam romantis gitu?"
"Maaf hari ini aku sibuk banget. Aku nggak bisa jalan sama kamu." Jawab Aldo pelan. Dia berharap Asoka dapat mengerti dengan kesibukannya.
Ekspresi ceria yang semula hadir diwajah Asoka kini berubah meredup. Dia tidak percaya dengan jawaban yang Aldo ucapkan. "Sesibuk itukah sampai nggak ada waktu untuk aku?" Tanya Asoka lemah.
"Maaf ya. Setelah ini aku harus ke Bantul untuk mengantar catering pesanan pelangganku." Jawab Aldo menjelaskan.
Asoka tidak menjawab. Dia menjauhkan posisi duduknya dari Aldo.
"Lagi pula ini kan hanya hari jadi yang ke lima bulan, jadi nggak perlu dirayakan lah." Kata Aldo mengeluarkan pendapatnya.
"Nggak perlu? Bagi aku ini perlu, semua teman-temanku selalu merayakan hari jadi mereka setiap bulan." Jawab Asoka dengan nada kesal.
"Hubungan kita beda dengan mereka. Jangan menyamakan apa yang kita jalani dengan apa yang mereka jalani." Kata Aldo menasehati Asoka.
"Tanpa kita merayakan, hubungan kita terap akan baik-baik saja." Kata Aldo lagi.
"Jangan membuang-buang waktu hanya untuk hal yang tidak penting." Tukas Aldo akhirnya.
"Bagi kamu memang nggak penting, tapi bagi aku ini penting." Jawab Asoka keras.
Tok tok
Aldo melihat ke arah pintu. Dia membuka pintu kayu tersebut. Aldo nampak berbicara serius dengan seseorang yang berbicara dengannya.
"Okey. Lima menit lagi aku akan ke depan." Kata Aldo memutuskan. Setelah itu dia menutup kembali pintu dan menghapiri Asoka.
"Maaf aku pergi dulu dan tidak bisa mengantarmu pulang. Aku harus berangkat sekarang untuk mengantar pesanan." Pamit Aldo pada Asoka. "Kamu hati-hati kalau pulang ya." Lanjut Aldo.
Asoka tidak menjawab ucapan Aldo. Dadanya nampak naik turun karena menahan emosi. Aldo meninggalkan Asoka sendiri di ruangan kerjanya tanpa menunggu jawaban dari kekasihnya itu. Karena baginya menunggu jawaban dari Asoka akan membuatnya lambat berangkat.
================================
Bojonegoro, 16 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top