Sisi Seram Fatih
Aku berlari mengejar Fatih yang berjalan cepat sekali hingga akhirnya aku dapat sejajar dengannya. Kutatap wajah Fatih yang pucat dengan bingung. Berkali-kali ia menutup mata tetapi masih dapat berjalan cepat tanpa tersandung atau menabrak sesuatu. Hebat juga kemampuan yang dia miliki. Tapi aku tak tertarik untuk menyampaikan kekagumanku tentang kemampuannya karena dia tampak sibuk entah dengan apa.
"Cepat masuk ke dalam mobil! Kunci mobil kan di lo!" Teriak Fatih keras membuatku tersentak saat berdiri di depan pintu mobil. aku segera melempar kunci mobil ke arahnya. Dengan tangkas, Fatih segera mengambilnya dan masuk ke mobil. Aku buru-buru masuk ke dalam mobil juga.
Hanya suara gemeletuk dari gigi Fatih dan teriakanku karena mobil menembus jalanan ramai seperti ini dengan kecepatan luar biasa. Bahkan Fatih mengumpat berkali-kali. Aku hanya menutup mata dan berdoa ke Tuhan. Pasrah memercayai nyawaku sepenuhnya di tangan Tuhan lewat Fatih. Walau aku masih bingung mengapa Fatih mendadak berubah menjadi brutal seperti ini.
" Shit, semua salah lo Sal." Teriak Fatih keras saat lampu merah menghentikan mobil ini. Lah, memang yang mengatur kapan lampu merah kapan lampu hijau aku?
Dengan nekat, Fatih menembus lampu merah begitu saja. Membuatku menjerit saat mobil miliknya nyaris tertabrak sebuah truk sampah. Ini Fatih kenapa gak sayang nyawa begini sih? Runtukku dalam hati. Perlahan aku memberanikan diri untuk membuka mata. Dan segera saja aku nyaris berteriak keras karena mobil Fatih berhenti mendadak dan di depan mobil Fatih, terdapat mobil Lamborghini Reventon warna hitam melintang begitu saja.
Fatih memukuli setir sambil memaki-maki keras. Aku hanya menatap Fatih bingung. Ada keinginan untuk menanyakan apa yang terjadi saat ini tetapi urung karena Fatih terlihat begitu menyeramkan. Pintu mobil ia kunci dan ia mulai membawa mobil mundur dan berputar 360 derajat dengan cepat. Mobil Audi RX-7 langsung saja melaju cepat sekali. Kulirik kaca spion dan kudapati kalau mobil Lamborghini Reventon masih mengejar di belakang mobil kami.
"Oh shit, kita terkepung!" Teriak Fatih panik. Aku dapat melihat mobil sport yang tak dapat kuidentifikasikan tetapi terlihat mewah dan cepat berhenti di sekitar mobil Fatih.
"Sal, kamu jangan keluar dari sini. Kamu jongkok di depan jok kursi kamu sampai aku datang ya. Kalau orang lain yang buka, kamu hajar saja. Dan jangan percaya ucapan apapun dari mereka." Selepas berkata seperti itu, Fatih segera keluar mobil. kunci mobil masih tergantung di tempatnya. Bahkan dia meninggalkan mobil dalam keadaan hidup. Segera kukunci mobil Fatih dan jongkok seperti suruhannya.
Jam di tanganku memberitahuku kalau sudah sejam Fatih tidak kembali. Segera kutelpon polisi dan menjelaskan semuanya ke polisi. Ada rasa penasaran dengan apa yang terjadi hingga akhirnya aku memberanikan diri mengintip dari kaca dengan perlahan. Baku hantam seperti film action tertangkap penglihatanku. Fatih terlihat jelas melawan orang-orang yang mengeroyoknya. Berkali-kali Fatih terkena pukulan serta tendangan dari mereka. Jelas Fatih akan kalah. Selain karena jumlah, stamina Fatih terlihat tidak prima.
Tiba-tiba pintu mobil terbuka paksa dan aku ditarik keluar. Aku berusaha memukul dagu mereka bahkan menendang perut mereka keras-keras. Akhirnya aku terbebas saat tak sengaja menyerang bagian vital yang menarik tanganku. Kutatap mereka tajam dengan posisi siap menyerang mereka kapanpun. Aku harus selamat dan menarik Fatih kabur secepatnya.
"Salsa, masuk mobil terus pergi dari sini!" Teriak Fatih keras. Aku menggeleng tanda melawan. Aku harus membawa Fatih kabur juga. Kali ini aku harus balas budi karena selama ini sudah diselamatkan oleh Fatih dari kemiskinan.
Baku hantam tak terelakan lagi hingga aku dan Fatih berdekatan. Entah mengapa, aku merasa seharusnya aku sudah habis oleh mereka. Tetapi sejauh ini, mereka hanya menghindar atau menangkis seranganku. Kutarik tangan Fatih untuk mengikutiku kembali ke mobil. tetapi tanganku sudah dipelintir ke belakang oleh seorang pria setinggi Fatih. Selanjutnya handuk milik pria tersebut menghampiri hidung dan mulutku. Sepertinya ada obat bius. Jadi aku memutuskan untuk menahan nafas dan segera jatuh pingsan.
Teriakan Fatih terdengar jelas di telingaku. Bukan halusinasi karena aku tidak menghirup sama sekali obat bius tersebut. Tak lama, Fatih berteriak memanggil namaku keras sekali lalu hening panjang mengepung. Rasa penasaran menggerogoti jiwaku lagi. Tapi kupaksakan untuk bertahan melawan rasa penasaranku. Tadi karena aku penasaran, aku jadi ditarik keluar dari mobil. Sekarang lebih baik aku tetap menutup mata dan menulikan pendengaranku.
Sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan, terdengar jelas kalau semua langsung panik dan pergi begitu saja dengan cepat. Fatih memelukku lembut. Berusaha membangunkanku selembut mungkin. Tentu saja aku segera membuka mata dan tersenyum ke arahnya. Lega sekali saat tahu kalau dia masih bernyawa. Walaupun banyak pertanyaan yang mau kuajukan, tapi kutahan diri karena kondisi Fatih yang terlihat sangat buruk.
Benar saja, tepat saat polisi sampai, Fatih tersenyum lembut dan jatuh pingsan di hadapanku. Kutahan tubuhnya dengan cara memeluknya. Tetapi karena terlalu berat, akhirnya aku membaringkannya perlahan dan meminta tolong polisi untuk memanggil ambulance. Polisi dengan sigap seakan sering terjadi hal ini, langsung menelpon tim medis. Sementara menunggu tim medis, aku dimintai keterangan dan diobati dengan obat merah dan salep.
"Pak, tolong suami saya dulu kek baru nanya. Gak sopan. Itu suami saya sekarat ya." Aku mulai jengkel karena tidak tahu apa-apa tapi tetap diintrogasi. Lagipula, Fatih jelas sekali berbaring di hadapanku dan tak ada seorangpun yang menyentuh dirinya. Akhirnya aku membuka gesper dan kancing kemeja Fatih. Kucek semua tanda vital milik Fatih dan mencoba memberi bantuan . Dulu aku pernah belajar saat SMP. Bahkan aku mengambil kegiatan PMR saat ini. Walau belum terlalu mahir, tetapi aku harus melakukannya. Semoga gak salah.
Kutekan dahi dan dagunya. Mendengar nafasnya apakah ada atau tidak. Setelah yakin, aku segera mengusap wajahnya dengan air minumku. Menunggunya sadar sambil mengangkat kakinya dan mengolesi kakinya dengan minyak kayu putih. Kakinya yang terasa dingin berangsur membaik. Aku segera melakukan CPR dan tepat setelah aku memberikan nafas buatan dari mulutku ke mulutnya. Ya, kami ciuman saat dia tidak sadar. Perlahan, kelopak matanya terbuka. Dan ambulance tiba. Tim medis segera menangani Fatih dengan profesional. Aku menghela nafas lega.
Polisi tampaknya masih kaget dan takut kerena aku marah-marah ke mereka saat mereka bertanya. Kupelototi mereka sekali lagi untuk membuat mereka semakn ciut padaku. Jadi mereka tidak menanyaiku macam-macam lagi. Aku segera mengikuti ambulance dengan mobil Audi RX-7 milik Fatih. Aku menertawakan polisi cemen yang takut akan tatapan dan bentakan dari warga biasa sepertiku. Malah aku hanya anak SMA. Bukan orang dengan jabatan tinggi.
Sesampainya di rumah sakit, aku segera mengurus administrasi untuk Fatih lalu melihat keadaan Fatih. Fatih tersenyum saat aku membuka pintu ruangan tempat dia mendapat perawatan. Aku menghela nafas lega karena tampaknya keadaan Fatih sudah jauh lebih baik. Aku segera berdiri di samping ranjangnya dan tersenyum manis ke arahnya. Walau dia sempat membentak bahkan memaki diriku saat di mobil, tetapi sikapnya menunjukkan kalau dia tetap perhatian kepadaku. Mungkin dia hanya khawatir saat di mobil.
"Gimana keadaan kamu?" Tanyaku lembut sambil menyentuh dahinya. Mengecek suhu tubuhnya yang ternyata sudah normal.
"Kamu yang keadaannya gimana." Ucap Fatih yang membuatku mendesah kesal.
"Aku baik. Gak pingsan kayak kamu. Sekarang, kamu yang gimana kabarnya?" Jawabku sarkastik yang membuat Fatih tersenyum.
"Baik banget. Soalnya kamu baik-baik saja. Tadi aku takut terjadi sesuatu sama kamu. Takut banget." Tangan Fatih bergerak pelan ke arahku. Seakan memanggil diriku untuk lebih dekat. Aku segera mendekatinya. Menyentuh tangannya dengan tanganku yang langsung digenggam oleh tangannya.
"Ada yang mau aku omongin sepulang dari sini." Ucapnya yang lagi-lagi membuatku mendesah kecewa. Sebenarnya aku penasaran dari tadi tetapi kuurungkan rasa penasaranku karena keadaan Fatih yang belum terlalu baik. Tapi sampai dia pulang? Itu lama sekali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top