Kenyataan Pahit Fatih
Aku menatap jam dinding di ruang makan. Jam menunjukan pukul 17.00 dimana sekarang adalah waktunya Fatih minum obat. Aku segera menyiapkan obatnya dan berjalan ke tempat Fatih berada. Pikiranku masih berkecamuk tentang hal yang mau dibicarakan oleh Fatih. Tapi sampai obat yang harus dia konsumsi sudah mau habis, Fatih tetap saja diam tak bergeming.
Masih memikirkan apa yang mau dibicarakan oleh Fatih, aku mengingat kembali apa yang selama ini Fatih lakukan. Ia sibuk dengan laptopnya. Kupikir awalnya ia sibuk mengerjakan tugas hingga kemarin aku melihat kalau dia hanya bermain game. Seakan Fatih memang sengaja menghindariku untuk membahas hal yang mau ia sampaikan. Fatih memang aneh. Dia yang mau ngasihtau sesuatu, dia juga yang menghindar.
Fatih asyik bermain gitar di teras kamar. Ia memang sudah masuk tahap rawat jalan yang berarti ia dirawat di rumah. Rumahnya bukan rumah orangtuanya. Wajahnya mulai terlihat menawan walaupun jelas sekali kalau dia pucat. Dari awal dia diperbolehkan pulang, selalu ada saja yang dia lakukan. Seakan menolak istirahat.
"Fatih, minum obat dulu ya?" Ucapku sambil membawa nampan berisi obat dan air untuknya.
Fatih mendongak dan mengangguk sekilas. Ia meletakan gitar di sebelahnya dan bergeser mendekati tubuhku. Aroma tubuh Fatih alami segera masuk ke dalam hidungku. Fatih sudah seminggu belum mandi karena keadaannya yang kurang memungkinkan ditambah aku tak bisa mengelap tubuhnya dengan handuk basah karena aku bukan siapa-siapa.
Jantungku segera berpacu cepat saat kepala Fatih ada di pundakku. Tak ada suara sama sekali. Aku ingin bergeser menjauh tapi tenagaku seakan tersedot habis. Sepertinya jantungku berdegup cepat karena tindakannya yang terlalu mengejutkan. Aku gak mungkin suka padanya hanya karena Fatih melindungiku kan?
Tangan Fatih mulai melingkar di perutku. Memeluk tubuhku lembut. Membuatku reflek menutup mata dan menggigit bibir bagian bawahku panik. Jantungku berpacu sangat cepat sebagai reaksi dari aksi yang Fatih berikan padaku. Seketika bayangan Rangga, teman satu tim Fatih menghilang. Berganti dengan bayangan Fatih. Segala ekspresi dan situasi dengan Fatih berputar.
"Sal, sudah waktunya kamu tahu sesuatu tentangku. Keluargaku. Kejadian waktu itu. Semuanya." Perkataan Fatih terdengar sangat serius. Membuatku takut tanpa tahu kenapa. Aku bungkam. Membiarkan Fatih melanjutkan perkataannya sendiri.
Fatih bangkit. Ada rasa kecewa saat Fatih melepaskan dekapan. Tapi aku menggeleng karena fokusku sekarang bukan itu. Tapi hal yang mau diberitahu tentangnya. Kuangkat kepalaku untuk menatap Fatih. Tapi wajahku segera pias. Fatih menanggalkan kaos merah yang ia kenakan. Menyisakan tubuhnya yang hanya berbalut celana basket warna biru muda.
Ia berbalik. Memunggungi diriku. Membuatku tersadar kalau Fatih memiliki tato di punggungnya. Tato begambar ikan koi yang sangat besar. Gambar ikan koi yang ada di punggung Fatih, melingkar hingga dada bidangnya sebelah kiri. Fatih menggaruk belakang rambutnya sambil menatap nampan obat yang berada di bawah menyerong ke kiri. Ia tampak seperti model saat berpose seperti itu.
"Aku sekarang Ketua Yakuza. Silahkan bunuh aku." Berbanding terbalik dengan posenya yang sangat membuatku kagum, ucapan Fatih telak membuatku terkejut. Karena dia adalah ketua yakuza. Serta ia memintaku untuk membunuhnya.
"Aku gak paham kenapa kamu mau aku bunuh kamu. Ditambah aku gak percaya kalau kamu itu ketua yakuza. Tapi aku hutang budi banyak sama kamu dan sekarang sudah waktunya kamu minum obat." Ucapku datar. Aku menatap nampan obat untuk menghindari kontak mata dengannya. Aku takut dia membaca semua pikiranku.
*Fatih PoV*
Hari ini, aku resmi menjadi ketua yakuza menggantikan Papi. Papi tersenyum saat aku melangkah memasuki ruang bawah tanah di rumah Papi dan Mami. Ruangan rahasia yang dibuat khusus untuk semua petinggi yakuza. dengan interior yang sangat khas ala rumah jepang zaman dulu seperti film samurai yang ditonton.
Semua ketua divisi hingga kaki tangan Papi sudah duduk di dalam ruangan saat aku masuk. aku segera duduk di sebelah Papi. Bertepatan dengan hari pemindahan jabatan ketua yakuza, pergantian ketua mafia dilakukan juga. Jason dengan setelan jas tampak siap menjadi ketua mafia yang baru menggantikan ayahnya .
Upacara pergantian berjalan lancar. Aku dan Jason resmi menjadi ketua geng yang ditakuti dunia. Aku segera memakai kimonoku lagi setelah melihat hasil tato ikan koi sebagai tanda resmi ketua yakuza. Jason tersenyum miring padaku dengan tangan siap berjabatan. Segera kujabat tangannya mantap sebagai simbol bahwa kami bersatu.
"Tinggal 1 lagi. China Triads. Mafia yang masih berdiri sendiri dan melakukan kegiatan ilegal di dunia. Tugas kamu untuk menaklukannya." Ucap Papi sambil menepuk pundakku seakan ia mengingatkanku akan tugas yang kupikul. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.
Aku ingat sekali peristiwa 2 minggu lalu. Sebelum aku diserang kaki tangan China Triads. Salsa menolongku. Perlahan tapi pasti, aku merasa kalau aku mulai mempercayai Salsa. Mungkin aku cukup gila karena aku menganggap ini perasaan cinta. Aku, Fatih Takada, seorang ketua yakuza, akhirnya merasakan apa itu cinta. Anehnya, aku merasakan cinta pada seorang istri bayaran. Betapa anehnya diriku ini.
Salsa datang membawa nampan dan menyuruhku untuk minum obat. Kutaruh gitar sembarangan dan bergeser mendekati tubuh Salsa yang terbilang mungil walau cukup kekar. Aroma kayu manis bercampur cengkeh yang sangat menenangkan. Aroma manis dan hangat yang membuatku ingin terus menghirupnya tanpa henti. Sekali ini saja, biarkan aku puas dengan tubuhnya.
Kutaruh kepalaku di pundaknya dan mulai merengkuh tubuhnya perlahan tapi pasti. Aku dapat merasakan tubuhnya yang menegang. Tapi aku tak peduli. Aku hanya butuh satu kenangan manis bersamanya sebelum aku dihabisi olehnya kalau kalau selama ini Salsa memang bersandiwara. Rambutnya yang panjang lurus tergerai indah menutupi wajahku karena tertiup angin. Aroma apel bercampur vanila segera tercium. Kenapa Salsa harus memiliki aroma seperti pie apel Mami?
Cukup, aku harus tetap melakukan jalan ini. Kalaupun aku harus menanggung dan gagal menghadapi resiko besar sekarang juga, kuharap Jason akan menaklukan China Triads menggantikanku. Jadi aku berdiri dan membuka kaosku. Memamerkan tato tanda ketua yakuza pada Salsa. Kugaruk kepalaku yang tidak gatal. Bahkan menatap wajah ataupun ekspresinya pun aku tak kuat.
"Aku sekarang Ketua Yakuza. Silahkan bunuh aku." Ucapku berusaha untuk tenang. Mataku kuberanikan untuk menatap Salsa karena penasaran akan reaksinya. Salsa hanya menatapku kaget dengan ekspresi bingungnya.
"Aku gak paham kenapa kamu mau aku bunuh kamu. Ditambah aku gak percaya kalau kamu itu ketua yakuza. Tapi aku hutang budi banyak sama kamu dan sekarang sudah waktunya kamu minum obat." wajah Salsa yang terlihat kaku mengalihkan pandangan ditambah dengan ucapannya yang datar membuatku hanya mengangguk dalam diam. Satu hal yang aku tahu, ada yang ditutupi oleh Salsa saat ini.
Jumpa lagi semua, maaf selama kurang lebih 2 bulan ini. Saya jujur sedang sibuk persiapan ujian serta masuk kuliah. Akan diusahakan tetap update walau lama. Terimakasih untuk semua dukungan kalian dengan tetap setia membaca Being Your Wife, vote, serta komentar cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top