13. Kenyataan Baru
1000 votes, 300 comment syfrat lanjut ke part berikutnya muehehe. Maaf lama update ya:( beberapa hari ini syfrat sibuk ekwkkwkw
Btw terima kasih untuk 500k pembacanya:") Syfrat ngga nyangka bisa sejauh ini:") berikan wish kalian untuk BTS kedepannya dums wkwk
Selamat membaca semua^^
***
Suara bising mengisi ruang kelas XII-MIPA 1. Nada-nada sumbang yang dihasilkan dari petikan gitar Bimo saling bertabrakan dengan teriakan-teriakan siswi kelasnya.
"Anjir, berisik banget sih," gerutu Ara yang tak dapat berkonsentrasi dengan tulisan-tulisan di buku Biologinya. Gadis itu terpaksa mengisi waktu luangnya untuk belajar karena dia telah tertinggal banyak materi.
Di sampingnya, seorang gadis berkucir kuda tampak terbiasa dengan kondisi di sekitarnya. Matanya tetap tertuju kepada angka-angka di soal yang hendak dia pecahkan. Pikirannya berputar-putar seperti bianglala di pasar malam untuk menganalisis pertanyaan.
Saat sedang asiknya mengerjakan soal, suara gaduh menginterupsi dirinya. Latisha mengamati sekitarnya ketika teman-temannya telah duduk rapi di meja masing-masing. Tatapannya tertuju kepada pria paruh baya berjas hitam yang masuk dengan gagahnya.
Pria itu berdiri tepat di depan papan tulis. Matanya meneliti tiap penjuru kelas. Tatapannya tertuju kepada gadis yang duduk di ujung ruangan, meja paling belakang.
"Latisha, ikut saya ke kantor!" Yang dipanggil pun terkejut namanya disebut. Seluruh murid menatap Latisha penasaran. Mereka bertanya-tanya ada hal apa yang membuat kepala sekolah memanggil Latisha.
Suara deritan kursi mengisi ketegangan di kelas XII-MIPA 1. Latisha melangkah waswas, menghapus jejak dari kepala sekolahnya.
Keringat dingin menyerang dirinya ketika dia masuk ke ruangan kecil itu. Suara tegas menuntunnya untuk duduk di hadapan Pak Rama, Kepala Sekolah.
"Saya ingin berbicara sama kamu." Latisha mengangguk paham. Entah mengapa, hatinya terasa tak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjalnya.
Pak Rama mengeluarkan map-map dari dalam laci meja kerjanya. Dia memperlihatkan map itu kepada Latisha.
"Maaf saya harus menyampaikan berita ini. Tapi, mulai saat ini, beasiswa kamu dicabut." Jantung Latisha seolah berhenti berdetak. Dunianya seakan telah hancur menjadi kepingan kerikil. Tangannya bergetar entah karena rasa dingin dari pendingin ruangan atau keterkejutan yang dia alami.
Bibirnya kaku, tak dapat sedikit pun bersuara untuk meminta penjelasan. Tanpa diminta, Pak Rama menjelaskan apa yang terjadi.
"Maaf, Latisha. Pihak yang bersangkutan mencabut beasiswa secara paksa. Bukan hanya kamu yang mengalami ini, melainkan teman-temanmu juga mendapatkan hal serupa. Saya sendiri tidak tahu alasan mereka mencabut beasiswanya."
Pandangan Latisha kosong. Pikirannya berlayar tak kenal arah. Hidupnya seakan runtuh begitu saja.
"Maafkan saya, Latisha. Tapi, mulai bulan depan kamu harus membayar uang SPP." Latisha mengangguk mengerti. Dia pamit kembali ke kelas. Ketika pintu ruangan telah tertutup rapat, air mata mengalir ke pipi Latisha. Gadis itu terisak menerima kenyataan baru di hidupnya. Ingin dia berteriak betapa sesak dadanya saat ini.
***
Semenjak kembali dari ruang kepala sekolah, Latisha tak kunjung juga berbicara. Ara yang bertanya ada masalah apa tak diacuhkan oleh gadis itu.
"Tish." Lagi-lagi panggilan Ara dianggap angin lalu oleh gadis di sampingnya.
"Tish!"
"Ah, iya?" Latisha terlonjak kaget ketika suara Ara menginterupsi lamunannya.
"Lo kenapa sih?" tanya Ara menyelidiki. Latisha bergeleng-geleng kecil. Tak tahan, Ara mendesah berat. Dia mengajak Latisha untuk ke kantin, hendak membuat gadis itu kembali seperti sebelumnya.
"Gue traktir hari ini," lanjutnya ketika melihat wajah ragu Latisha. Latisha tersenyum. Dia mengikuti langkah kaki Ara yang membawanya ke kantin.
“Hai!” sapa mereka ketika hendak bergabung dengan Farrel, Asyra, Raffa, dan Garson. Mereka membalas sapaan dua gadis yang telah bergabung dengan grup mereka, kecuali Farrel. Canda dan tawa saling mereka bagikan satu sama lain, membuat beberapa siswi di sekitar mereka iri menatap kedekatan Latisha dan Ara dengan empat orang pangeran sekolah.
Tak jauh dari tempat duduk Latisha, seseorang tersenyum penuh arti--senyum kemenangan yang akan dia raih. Pandangannya terjatuh ke Latisha yang sedang tertawa bersama.
"Lihat aja, Latisha. Kebahagiaan lo nggak akan bertahan lama."
***
Haloo maaf lama update:( Soalnya yang spam dikit sih wkwkwk. Kuy spam! Biar syfrat semangat wakakak.
btw btw buat yang udah baca versi lama jangan sebut sebut yaa siapa itu pelakunya wkwkwk biar pada kepo gitchuu
okeyy sekiann terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top