Bab 6

🥀🥀🥀

Pelajaran di sekolah di Evergreen High school cukup bervariasi. Tak seperti sekolah di dunia nyata yang hanya mengandalkan kesetaraan pendidikan. Hingga hanya mempelajari materi yang sama di setiap sekolah di negri itu, lain hal dengan sekolah ini. Mereka menawarkan lebih banyak variasi.

Katanya, mereka sejak awal sudah menjalani tes masuk dan ada banyak pertimbangan bahkan penelitian menyeluruh mengenai sifat, karakter, kebiasaan, bahkan latar belakang setiap siswa hingga pelajaran yang mereka ampuh pun, pasti tentang pengembangan kemampuan, minat, dan bakat. Itulah yang Lyra pahami ketika kurang lebih seminggu bersekolah di sana.

Semua sistemnya asing, tidak berbasis nilai, bahkan beberapa diantara mata pelajaran itu yang hanya soal pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari saja tanpa ada tes, atau mungkin pengujian. Pantas Mona bilang, sekolah akan sangat berguna bagi kehidupan Lyra. Ternyata ini maksudnya.

Selama sekolah di sana, Lyra memilih untuk mengambil beberapa mata pelajaran yang menarik. Yaitu fashion desainer, memanah, sanggar fotografi dan videografi, bahasa, attitude, dan sejarah kerajaan Lumina. Lyra baru tau nama kerajaan ini ketika bersekolah selama seminggu di sana. Tentu saja semua kelas itu adalah kelas yang diambil Ethan juga. Dia tidak bisa mengabaikan misinya karena ternyata sekolah di sana kadang terasa lebih asik dibanding kehidupannya di dunia nyata yang..

Ah.. Bukankah pendidikan di dunia nyata itu tidak se-simple, se-canggih, dan se-teratur di dunia paralel ini? Di sana masih banyak hal yang sebenarnya tidak efektif tapi menjadi baku atau keharusan untuk dipelajari. Padahal buang-buang waktu kalau dipikir-pikir. Ada banyak orang yang paham tapi tidak bisa berbuat apapun karena sistem. Miris.

Lalu seburuk apa memangnya kepemimpinan Julian hingga kerajaan yang sudah tertata seperti ini menjadi hancur? Separah apapun dia, kayaknya gak mudah meruntuhkan tatanan yang sudah tersusun elok seperti ini. Mungkinkah kupu-kupu biru itu hanya menerka-nerka saja? Dan lagi, kemana dia sekarang? Apa sudah nyaman di dunia nyata yang semerawut itu sama seperti dirinya yang malah mulai nyaman dengan dunia paralel?

Lyra menerawang dan merenungkan semua di atas sana. Gedung tertinggi di Evergreen itu menjadi tempat favoritnya sebab sejauh ini dia tak pernah tau ada orang yang memanjat roof top itu. Lyra tak pernah bertemu siapapun di sana. Dan dari ketinggian itu, dia bisa melihat keseluruhan Evergreen yang benar-benar megah. Sepertinya awal mula kenapa kerajaan Lumina terkesan makmur dengan tingkat kebahagiaan warganya cukup tinggi itu berawal dari sekolah ini. Pikir Lyra.

Sreeettt
Brakkkkk

Deg!

Lyra mundur, dan bersembunyi di sebelah ruangan toren air. Beberapa orang terlihat mendorong kasar seorang siswa dengan luka lebam dimana-mana. Ini pembullyan? Pikir Lyra.

Dan siapa itu? Ethan? Julian?

Mata Lyra membesar melihat keanehan itu. Sangat jelas Ethan dan Julian menikmatinya. Mereka menyiksa orang itu dengan tangan mereka sendiri tanpa rasa bersalah. Hey! Tunggu! Bukankah mereka harusnya musuhan? Kenapa sekarang malah terlihat bekerja sama menyiksa orang lain? Lupakan Julian yang memang selalu nampak menyeramkan dengan segala ekspresinya. Tapi Ethan? Lyra benar-benar tak pernah menyangka bisa melihat ekspresi Ethan yang lain dari biasanya. Dia belum pernah melihat Ethan seperti itu. Benar-benar berbeda. Seperti orang lain.

"Buang aja ke sungai Yui.." Ungkap Ethan dengan wajah lembut itu dia terlihat menakuti semua orang di sana kecuali Julian yang terlihat setuju.

"Than.. Dia punya keluarga."

"PERSETAN!" Ethan kembali menyalak pada temannya yang terlihat mengingatkan. Dan itu lebih menakutkan lagi. Si Juan malah tersenyum renyah.

"Lu pikir Ethan peduli?" Tanya Julian dengan nada ancaman tentu saja. Lyra mengenali suara itu. "Pergi!" Titah Julian kemudian mereka bergegas membawa pria yang hampir tak sadarkan diri itu. Entah kemana, yang jelas Lyra benar-benar mematung tanpa bisa bergerak sama sekali dari tempatnya.

Bugh
Bugh
Bugh

Lyra kira sudah berakhir. Tapi ternyata belum. Padahal hanya tinggal mereka berdua di sana. Tapi begitu ia lihat kembali, Ethan ternyata memukul Julian dengan liar. Dan bodohnya si Juan malah ketawa ketiwi menyebalkan. Juan Julian, mereka sama-sama gila. Pikir lyra.

Ethan yang melihat reaksi Julian seperti itu malah makin brutal. Dia kenapa? Kesurupan kah? Bisa-bisanya mukulin Julian sampai berdarah-darah begitu. Dan lagi, kenapa mataharinya terik banget? Si Ethan malah makin panas kan kayaknya. Si Julian gak bakal mati kan? Lyra bergumam sendiri tanpa berani mendekati mereka.

Braaakkk..

Julian kembali dilempar hingga terbentur pot di ujung sana. Meski kesakitan, ketika melihat sesuatu yang mengusik matanya, lagi-lagi Julian terkekeh makin renyah. Ethan seperti tak tertarik untuk mempertanyakan. Mereka terlihat sudah sering seperti itu.

Lagi.. Dan Lagi..

Ethan menarik kerah kemeja Julian kemudian hendak melayangkan tinjunya kembali.

"Aura.." Namun tangan Ethan terhenti ketika mendengar nama itu. "Ada Aura di sana.." Julian menunjuk ke arah dimana Lyra meringkuk ketakutan. Julian makin tertawa puas melihat reaksi Ethan yang benar-benar berhenti bahkan terlihat sedikit panik bercampur bingung. Dia lalu bangkit kemudian sedikit mundur menjauh dari Julian. Sepertinya ingin menjelaskan sesuatu ketika pandangan beradu pandang dengan Lyra. Namun tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Lyra tiba-tiba berlari ketika melihat Julian tergeletak dan hampir hilang. Meski tak tau harus apa, tapi Lyra masih mendekat dan mencoba menyentuh Julian dengan tangan bergetar.

Arrghh..

"Gimana? Gue harus apa?" Jantung Lyra berpacu sangat cepat ketika melihat Julian mengerang kesakitan sambil meremas bahu yang terbentur pot tadi. Sepertinya ada yang patah. Lyra melihat pot itu hancur berantakan. Padahal ukurannya tidaklah kecil. Terkatuk pot setinggi lutut hingga pecah bukankah bisa saja menyebabkan kematian?

Tangis Lyra makin pecah ketika Julian terlihat mulai tak sadarkan diri.

"Gimanaa?!! Lu jangan diem ajaaa!!" Sentak Lyra pada Ethan yang masih juga mematung di tempatnya.

Ini baru satu Minggu atau lebih tepatnya sepuluh hari ketika dia sampai di dunia paralel ini. Kenapa Julian harus mati secepat ini? Apa karena Lyra hanya diam saja tadi? Apa dia penyebabnya? Lyra mempertanyakan.

"Ethaaan!!!" Saking paniknya, Lyra kembali berteriak hingga akhirnya, beberapa orang berbadan tegap datang menghampiri mereka dan dengan sigap membantu bahkan lengkap dengan peralatan medis. Siapa yang memanggil mereka? Bukankah Ethan hanya berdiri di tempat saja?

"Mas.. " Seseorang juga tak luput memeriksa tangan Ethan seolah hendak memberinya pertolongan juga. Lyra benar-benar tak paham. Apa maksudnya ini?

Ah.. Tapi sudahlah.. Setidaknya Julian mendapat penanganan lebih cepat. Mereka bahkan membawanya dengan blangkar khusus. Dan Lyra memutuskan untuk ikut bersamanya.

Gep.

Tapi tidak bisa pergi begitu saja. Ethan ternyata menahan tangannya. Pandangan itu kembali. Cowok soft itu, hadir lagi. Lyra bisa melihatnya sekarang. Jika tadi dia tidak mengenali Ethan yang tiba-tiba brutal itu, sekarang sorot matanya kembali Lyra kenali.

"Aura.." Ada banyak sekali makna dalam panggilan itu. Mulut Ethan bergetar pertanda ada banyak perdebatan hebat dalam kepalanya sekarang. Napasnya mulai memburu dengan gerik mata yang terlihat tak tenang. Kenapa hanya satu penjelasan saja terlihat begitu sulit untuknya? Alasan, atau apapun itu, Lyra benar-benar membutuhkannya. Seharusnya Ethan cepat-cepat bicara.

Ayolah apa? Setidaknya jika Ethan menjelaskannya, Lyra berniat untuk mempertimbangkan apa yang dia lihat tadi dan tidak akan men-judge.

Namun Ethan malah terlihat kesulitan bernapas. Matanya semakin tak fokus. Dia masih ingin menjelaskannya namun benar-benar tak ada kata yang terucap dari mulut itu. Lyra padahal masih menunggu.

"Mas.. Tenang Mas.." Seseorang malah menghampiri seolah khawatir hal buruk mungkin akan terjadi jika Ethan terus seperti itu. Dia panic attack? Mulutnya terus menganga dengan getaran hebat di dada. Mata Ethan mulai memerah dan berair deras. Cengkraman tangan yang semula biasa kini mulai mengendur seolah kehilangan tenaga. Ethan bahkan ambruk.

Ya..

Dia lupa cara bernapas.

"Tenang Mas.. Tarik napas pelan-pelan.." Beberapa petugas lain berdatangan bahkan yang lain sibuk meminta oksigen segera. Ethan terlihat menderita. Sangat kesakitan bahkan berkali-kali meremas dan memukul-mukul dadanya.

"Kenapa? Dia kenapa?" Lyra bertanya-tanya setengah menjerit. Namun tak ada yang menjawab. Mereka sibuk memberi pengarahan pada Ethan namun entah mengapa tubuh Ethan tak kunjung merespon. Diantara mereka bahkan ada yang meminta Ethan fokus pada benda yang dia bawa. Namun percuma. Ethan kesulitan untuk mengikuti instruksi itu hingga akhirnya dia benar-benar hilang.

Deg!

Semua orang panik lebih panik daripada menangani Julian yang berdarah-darah tadi. Salah satu diantara mereka langsung memberikan sebuah suntikan yang entah apa itu namanya boro-boro bertanya, melihat Ethan seperti itu saja membuat Lyra tak bisa berpikir jernih. Mereka bahkan bergegas membawa Ethan pergi dari sana.

🌺🌺🌺

Kejadian itu membuat Lyra trauma sebenarnya. Keesokkan harinya, dia mengurung diri di kamar seharian karena sekolah memang sedang libur. Tapi anehnya, baik Mona maupun Mike tidak ada yang membahas soal Ethan ataupun Julian. Mereka tidak tau, atau memang hal itu tidak boleh dibicarakan?

Dan sumpah!

Lyra benar-benar menunggu si kupu-kupu biru untuk meminta penjelasan soal ini. Bagaimana bisa seseorang memiliki kepribadian yang bisa berubah dengan sangat ekstrim begitu? Gumam Lyra.

Lyra Aura..

Deg!

"Akhirnya.." Lyra benar-benar lega mendengar suara kupu-kupu biru kembali bergema di kamar yang sempit itu.

Maaf aku punya kabar buruk buat kamu..

"Apa?!" Datang-datang malah begini? Lyra bahkan belum menceritakan apapun tentang keresahannya kala itu.

Dua bulan lagi aku nikah sama Juan. Ya.. Abis gimana, Juan goda aku terus mana tahan ya kan? Akhirnya dia malah ngajak nikah. Ya udah aku iya-in aja. Toh dia mirip banget sama Julian.

"Bisa-bisanya lu rusak masa depan gue kumbang!" Lyra tak habis pikir. "Lu tau gak di sini gue setengah mampus jaga diri, nahan diri juga biar kehidupan lu gak berantakan? Lu kok gini sih sama gue? Gue salah apa sama lu?"

Maaf.. Aku gak maksud.. Abis gimana lagi. Noni kamu nyuruh aku cepet nikah terus. Temen-temen di kantor juga jodohin aku sama Juan terus. Kasian kan Juan kalau terus aku tolak.

"Heh! Ini baru sepuluh hari E-G! Tahan lah! Kita cuma tukeran tiga bulanan kan? Gak sabaran banget si lu!"

Ya maaf Lyra.. Lagian Juan ngegodanya kebangetan, mana tahan aku.. Kalau kamu balik lagi ke sini kan bisa cerai aja sama Juan ya kan?

"Semudah itu lu kata?! Gue bunuh juga lu!"

Esh.. Kalau kamu bunuh aku, kita gak bisa tukeran lagi dan kamu bakal selamanya di situ Lyra. Jangan macam-macam ya..

Si kupu-kupu dengan suara halus mencoba memperjelas keadaan. Dan itu malah membuat Lyra makin kesal saja.

"Elu yang jangan macem-macem!" Lyra makin frustasi. "Ah.. Udahlah.." Dia tak lagi bisa berkata-kata. Hidupnya sudah hancur lebur tak bersisa. Cintanya sudah tak bisa lagi di revisi. Tapi setidaknya sama Juan. Ya Juan gak masalah. "Sekarang gue mau tanya."

Apa?

"Ethan sakit?" Tanya Lyra.

Iya. Sakit jiwa dia. Ethan si Setan! Humph.. Akhirnya aku bisa bebas ngomong di sini.

"Kenapa memangnya?"

Karena ketika aku di sana, aku gak boleh manggil nama Ethan sembarangan karena dianggap gak sopan. Mandang mata dia pun dianggap nantangin, berdiri membelakangi dia dianggap membangkang, gak nyahut waktu dia manggil disebut pengkhianatan, Ethan itu si paling tidak boleh di bantah.

"Aturan dari mana tuh?"

Ya dari Ethan lah..

"Perasaan selama ini dia kagak gitu-gitu amat. Yang nyebelin justru Julian."

Kamu buta? Masa selama di sana kamu gak bisa ngerasain Ethan se-gila itu?

"Baru tadi. Gue liat dia kayak kesurupan setan. Dia mukulin orang sampai babak belur. Terus abis itu dia mukulin Julian sampai kebentur pot bunga besar di roof top gedung olahraga."

Sumpah?! Terus Julian gimana sekarang?

"Dia langsung di bawa ke rumah sakit kayaknya."

Kenapa kamu malah di sini?! Julian pasti sendirian di sana.

"Ethan nahan gue. Dia kayak mau jelasin tapi gak tau kenapa malah kayak sesak napas, terus pingsan tiba-tiba. Gue mana bisa mikir kalau udah gitu."

Ah.. Panic attack-nya kambuh..

"Hm?" Lyra merasa sepertinya si kupu-kupu sudah tau lama tentang ini. "Dia kayaknya beneran suka sama lu deh Ra.." Lyra menyimpulkan.

Gak mungkin. Dia selalu bilang cintanya itu Leony. Dan dia juga selalu memperlakukan aku seenaknya. Mentang-mentang dia majikan, dimanapun aku harus selalu melayani dia. Ethan bahkan pernah buang aku ke sungai Yui. Dia dorong aku dan kayaknya mau bikin aku mati tenggelam. Meski akhirnya di tolongin lagi sih. Tapi kamu tau gak, julukan Ethan di Evergreen itu apa?

"Apa?"

Silent killer. Dia gak banyak ngomong, tapi bisa tiba-tiba nyerang Kamu dari segala sisi. Kamu jangan tertipu. Sedikit aja kamu nyinggung dia, kamu bisa abis. Dia punya beribu-ribu wajah yang gak akan pernah kamu kenali satu persatu. Aku aja yang hidup sama dia bertahun-tahun bahkan dari orok aja sampai sekarang gak pernah bisa paham sepenuhnya tentang dia. Ethan selalu jadi misteri yang gak pernah bisa aku pecahkan. Dan udah lama banget aku nyerah. Aku gak mau mikir lagi tentang cara berpikir Ethan yang gak normal itu, dan aku gak mau tau lagi tentang kehidupan Ethan yang penuh kepalsuan itu. Cukup. Aku hanya ingin fokus membahagiakan diri aku sendiri kalau aku balik lagi ke sana.

"Tapi lu bilang harus bikin Ethan jatuh cinta kan? Gimana maksudnya itu? Kok gue makin kagak paham si?"

Bikin Ethan jatuh cinta adalah cara kamu mematahkan kutukan kupu-kupu biru. Dan yang jelas, katanya siapapun yang menikah sama aku, dia adalah raja Lumina. Apapun alasannya, jangan sampai Ethan makin jauh dari kamu supaya aku bisa nikahin dia nanti. Dan soal Julian, akan kupikirkan nanti.

"Demen banget lu nikah!" Lyra kesal mendengarnya.

Kalau boleh sih aku mau nikahin Juan aja di sini.

"Hei! Kagak yah! Gue usahain sebelum dia bulan kita bisa balik lagi kayak semula.."

Oke deh.. Ditunggu Lyra..

🥀🥀🥀


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top