Bab 3
🥀🥀🥀
🌺🌺🌺
Kupu-kupu biru menghilang dan tak muncul lagi bahkan setelah dua hari. Wanita gemuk yang terakhir diketahui bernama Mona itu setiap hari berceramah dan mempertanyakan kenapa Lyra selalu mengurung diri di kamar akhir-akhir ini. Tak ada jawaban apapun dari Lyra karena memang takut salah. Dia harus menunggu kupu-kupu itu lagi supaya tau apa yang harus dilakukan.
Mike, pria berperawakan tinggi sempurna itu kini ikut duduk bersama di meja makan kecil di dapur. Selama dua hari ini, Lyra selalu di panggil untuk sekedar makan malam atau makan siang bersama mereka.
"Gak usah terlalu ditekan mbak, Lyra mungkin masih syok dengan kejadian itu." Ungkap Mike yang dengan tenang menyantap makan malamnya kala itu.
Mona terdiam beberapa saat kemudian terlihat bibirnya mulai bergetar.
"Andai Mbak bisa bawa kamu pergi dari dulu, mungkin kejadian kemarin gak akan pernah terulang lagi dan lagi." Mona mengelus pucuk kepala Lyra dengan mata berkaca-kaca.
"Aku kenapa memangnya Bu?" Tanya Lyra dengan wajah polos. Mike dan Mona tentu saling melempar pandang karena heran. Bukankah kejadian itu belum lama? Kenapa Lyra bisa lupa? Pikir Mona.
"Kita perlu lapor Ibu Ratu?" Tanya Mona berusaha mempertimbangkan.
"Jangan." Mike terlihat tak setuju. "Lyra.." Mike menghentikan sejenak aktivitas makannya kemudian menatap Lyra serius. "Tubuhmu ada yang sakit? Kepala? Atau bagian lain?" Tanya Mike.
Lyra tentu saja menggeleng karena memang merasa dirinya baik-baik saja. Sejauh ini tak ada rasa sakit apapun. Lyra hanya bingung dengan keadaan tak masuk akal ini.
"Mas Ethan buang kamu kemana sih nduk? Kenapa kamu masih juga gak mau bilang sama Ibuk?" Tanya Mona yang mulai terlihat kesal dan cemas juga tak berdaya. "Atau jangan-jangan Mas Ethan ancam kamu?" Mona terdengar berbisik.
"Hus!" Mike menegur. Biar bagaimanapun, Ethan majikannya. Tak baik membicarakannya seperti ini. "Saran Pakde lupakan saja. Layani Mas Ethan seperti biasa. Kita tidak punya pilihan lain Ra.." Mike menambahkan.
Lyra kian dilema. Orang-orang ini, bisakah dia mempercayainya? Lalu si Ethan itu kenapa memangnya? Gumam Lyra.
Padahal misteri kenapa dia bisa sampai di dunia paralel ini pun masih belum bisa Lyra terima seutuhnya. Ibu Noni gimana kabarnya? Via? Juan? Pak Sekdes humas, Marni si OB centil? Penjaga kantin yang sampai sekarang masih belum tau namanya padahal suka ngasih ekstra dessert itu, Kai si sekuriti keren, dan semua penghuni kantor lainnya. Mereka cari Lyra kah? Atau Lyra si kupu-kupu biru itu gantiin perannya di sana?
Ada banyak pertanyaan di benak Lyra yang masih juga belum menemukan jawaban. Dia merasa terjebak di dunia asing sekarang.
Tring
Tring
Tring
Mona langsung mengangkat telepon yang tiba-tiba berbunyi. Mona sepertinya tau siapa yang memanggilnya kala itu.
"Ada Mas.." Jawabnya. "Baik Mas.. Iya.. Ngeh.." Mona mengangguk angguk kemudian menggantung telepon itu kembali di dinding.
Ini jaman apa? Kenapa masih menggunakan telepon seperti itu? Pikir Lyra.
"Nduk, di suruh Mas Ethan antar air panas ke gazebo depan." Ungkap Mona dengan raut khawatir.
Lyra sedikit terdiam dan mempertimbangkan banyak hal kala itu. Namun sedetik kemudian dia mengangguk kemudian dengan yakin meminta termos kecil itu dan set cangkir cantik yang Mona siapkan untuk ia bawa. Sepertinya perintah ini bukan yang pertama. Mona sudah tau pasti kebiasaan Ethan.
"Ingat Ra.. Jangan bahas soal kejadian itu lagi. Lupakan." Pesan Mike sebelum Lyra benar-benar pergi.
Kayaknya gak usah di jawab kan? Toh Lyra pun tak tau apa yang harus dilupakan olehnya karena memang benar-benar tak tau sama sekali.
Terserah saja. Ini waktunya menghadapi Ethan kan? Nama itu berkali-kali dia dengar bahkan dia baca dalam setiap lembar buku ajaib. Tapi Lyra sama sekali belum pernah melihat sosoknya.
Jika benar kata orang-orang kalau Ethan sempat membuangnya, bukankah harus dipertanyakan dengan jelas? Meski dirinya hanya seorang pembantu, kenapa harus dibuang? Bukankah menyalahi kemanusiaan? Setidaknya Lyra harus tau kemana arah cerita ini berlangsung. Apa mungkin kejadian di sini akan sama seperti cerita yang tertulis di dalam buku ajaib perpustakaan itu?
Langkah Lyra meraba-raba sebab tak tau pasti arah gazebo itu sebenarnya. Dia hanya melihat sekilas ketika Mona mengajaknya mengambil cucian kotor kemarin. Tau sendiri kan? Perempuan itu rata-rata buta arah. Lewat sekali mana mungkin langsung ingat.
Ah tapi, kalau gak salah ke arah sini. Lyra masih menerka-nerka dan akhirnya kini bisa melihat punggung seseorang yang sedang duduk di gazebo itu dengan sebuah buku di pangkuan ditemani cahaya temaram kuning yang terlihat menenangkan.
Deg!
Bahkan Lyra hanya melihat punggungnya saja. Tapi kenapa tiba-tiba hatinya bergetar tak tau malu? Bahkan debaran itu makin menggila ketika Lyra memangkas jarak diantara mereka.
Ow.. My God.. Rambutnya yang diterpa cahaya lampu itu terlihat sedikit pirang. Atau kekuningan? Yang jelas itu bukan warna hitam. Dan..
Deg!
Dia menoleh.
Ommo!
Kayaknya itu dia! Cowok yang Lyra sebut-sebut keren di rumah mewah seberang sekolah itu..
"Mas Ethan?" Lyra takut salah orang.
"Kenapa lama?!" Tanyanya dengan raut kesal. Dia bangkit dan kini terlihat jelas begitu tinggi dengan kemeja putih yang memang selalu ia lihat di dunianya sana. Apa Ethan memang selalu tinggal di sini, hingga Lyra tak pernah melihatnya lagi setelah dua kali pertemuan yang begitu berkesan itu? Dan paras Ethan dalam ingatan Lyra benar-benar sama persis dengan apa yang dia lihat sekarang. Ah.. Apa mungkin karena dunia paralel ini lebih lambat 18 tahun dari dunianya di sana?
Ethan melempar buku yang ia baca tadi ke atas gazebo kemudian mengulurkan tangan seolah meminta apa yang Lyra bawa.
Oh..
Lyra sempat terkesima namun cepat-cepat sadar dengan memberikan semua yang ia bawa pada Ethan.
"Duduk!" Pinta Ethan masih dengan raut mengerikan meski bersuara lembut. Lyra terus menebak-nebak dalam hati, apa yang sebenarnya pria ini inginkan.
Brukk..
Ethan kembali menyimpan termos dan cangkir-cangkir itu di hadapan lyra dengan hentakkan kasar. Entah kenapa sedari tadi wajahnya selalu ditekuk. Tapi meski begitu, Lyra masih terpesona. Jantungnya tak berhenti bergetar melihat setiap gerik Ethan kala itu.
Hey ayolah. Bisa tenang gak sih? Kenapa juga harus ribut gini? Dia cuma anak kecil yang bahkan umurnya terpaut jauh. Masa iya deg degan gara-gara anak bawang? Plis Lyra. Sadar! Bukankah mereka bilang, Ethan membuangnya kemarin?
Ethan kembali duduk di hadapan Lyra lalu menyiapkan sebuah cangkir sembari menuangkan air panas ke dalamnya.
Oh?
Apa ini? Lyra dan Ethan kencan? Pikir Lyra.
Ethan mengeluarkan sesuatu dalam saku kemejanya lalu menuangkan serbuk itu ke dalam air panas yang baru saja dia tuang ke dalam cangkir.
"Aduk!" Titahnya lagi.
Lyra sempat tertegun namun tak ingin protes. Dia akhirnya hanya bisa menurut saja.
Belagu banget dia lama-lama. Lyra mulai kesal namun masih bisa dia tahan.
"Kalau ibu tau, lu gak bakal di lepas gitu aja. Karena lu masih ngeyel dengan balik lagi ke sini, lu harus nurut sama gue. Gue gak mau di bantah. Paham?" Ethan terlihat sudah memikirkannya matang-matang. Sedangkan Lyra hanya bisa diam mendengarkan tanpa memberi reaksi apapun.
"Tau kan ini teh apa?" Ethan kembali menunjuk sekilas dengan dagunya teh yang dia buat tadi. Namun Lyra bukan seorang yang paham dengan tanaman-tanaman herbal. Tentu saja dia tidak tau apa yang Ethan masukkan tadi. Tidak ada aroma sama sekali dan sepertinya hanya tanaman kering biasa.
"Minum!" Ethan kembali memberi perintah. Dan ingat tadi dia bilang apa? Katanya tidak mau dibantah!
Memangnya itu teh apa? Pikir Lyra dalam hati.
Meski tak yakin, Lyra perlahan membawa cangkir cantik itu lalu mencoba meneguk minuman itu tanpa tau maksud Ethan.
Namun..
Brakkk..
Belum sempat cangkir itu sampai di bibir Lyra, Ethan malah menepisnya hingga cangkir itu terlempar dan pecah berkeping-keping.
Lah? Si bangke ini kenapa si? Bukannya tadi nyuruh minum?
"Napa si lu?" Tanya Lyra mulai menyalak. Lama-lama tak tahan juga terus ikut permainan mereka tanpa mengerti apapun. Lyra juga ingin menentukan sikap tentu saja.
Ethan terlihat mengusap wajahnya kasar. Rambutnya terlihat berantakan sekarang. Pikirannya juga kacau. Dan itu seksi guys. Ommo.. Otak Lyra malah makin liar.
"Sorry.." Dia menunduk sambil terus mengusap keningnya beberapa kali. Sepertinya memang sudah berbuat salah. Ethan terlihat menyesal.
"Memangnya itu apa?" Lyra pikir mungkin kah barusan Ethan mencoba membunuhnya? Yang tadi itu racun kah? Enggak dong! Masa iya Ethan si raja baik yang dia baca di buku itu ternyata punya sisi kelam kayak begini.
"Teh daun sambiloto. Orang bilang itu bisa gugurin kandungan." Ujar Ethan dengan sesal menggunung.
Deg!
What the fuck!
"Lu hamilin gue?" Tanya Lyra polos.
"Hah?" Ethan malah terlihat terkejut. "Lu bilang Julian?" Ethan kembali mempertanyakan.
"Oh?" Lyra masih tidak paham. Bertanya pun hanya akan menambah masalah baru kayaknya. "Oh.. Iya.." Lyra terlihat cengar-cengir gak jelas.
"Lu siapa?" Sekilas saja Ethan seperti sudah menyadarinya.
"Lyra." Jawab Lyra dengan senyuman yang dipaksakan. Tentu saja. Lyra kini panik bukan main. Harus jelaskan apa jika Ethan sadar dia bukan Lyra si kupu-kupu biru itu.
"Bukan."
Deg!
"Lu bukan Lyra." Ulang Ethan semakin yakin.
"Ah.. Gue balik ke sana." Lyra bangkit dengan kikuk berusaha menghindar dari Ethan.
"Gue..?" Ethan baru sadar sejak tadi bahasa Lyra memang sudah lain dari biasanya.
"Aku.. Aku pulang dulu.." Keceplosan kan? Harusnya Lyra tak keluar kamar sebelum kupu-kupu biru itu balik lagi. Jadi berabe kan? Pikirnya.
"Tunggu!" Ethan tentu saja menahan. Mana boleh hal ini mengambang begitu saja tanpa kejelasan. "Lu inget omongan gue di tempat itu kan?"
"Inget. Inget Mas.." Lyra mencoba mengelabui Ethan. Meski sepertinya tak mudah. Ethan malah kembali menariknya hingga membuat Lyra terduduk lagi.
"Apa?" Tanya Ethan lagi.
"Mm..?" Sumpah! Lyra tak bisa memikirkan apapun sekarang. Kira-kira kalau jawabannya..
"Mas buang aku kan?" Ungkap Lyra. Cengkraman Ethan mengendur. Sepertinya tebakkan Lyra kali ini benar.
"Gue bebasin lu. Harusnya lu paham." Ungkap Ethan yang kini malah berbalik dan terlihat kecewa.
"Aku paham Mas." Lyra lagi-lagi mencoba sok tau.
"Kalau paham lu gak bakal balik lagi ke sini!" Balas Ethan. Dia mulai emosional.
"Terus aku harus kemana? Aku cuman anak bayi yang dibuang di belakang sana dan dibesarkan oleh dua orang pembantu. Aku harus kemana Mas?" Bagian ini Lyra ingat pernah membacanya di dalam buku ajaib. Ternyata buku itu kemungkinan besar adalah petunjuk bagi Lyra. Semoga mantra penting itu bisa ia ingat lagi nanti.
Mendengar ucapan Lyra, Ethan tak bisa membalas. Kali ini dia yang terdiam dengan punggung gelisah. Apa Lyra si kupu-kupu biru itu dikutuk karena mencintai Julian? Sekilas pemikiran itu terlintas dalam benak Lyra. Kemungkinan besar ya. Sebab sikap Ethan mengarah ke sana.
Tapi goblok banget sih kalau sampai hamil. Lyra kini melihat perutnya masih rata kok. Dan kata Via, bukankah kalau hamil itu selalu ada pergerakan dalam perut. Perasaan selama dia beralih tubuh, Lyra tidak pernah merasakan apapun di dalam perutnya.
"Selama orang-orang tau kalau kita saling benci, kayaknya gak masalah. Semua akan berfokus pada konflik diantara kita. Tentang Lo dan Julian, mereka gak akan sadar." Ethan berusaha melindungi Lyra? Apa dia menyukainya? Arah pikiran Lyra sepertinya normal kan? Sikap Ethan sekarang menunjukkan ke arah sana.
"Kenapa harus gitu?" Lyra masih tak yakin dengan pemikiran Ethan ini.
"Kalau semua orang ngira gue benci sama Lo, rahasia tentang perasaan Lo sama Julian aman. Bisa apa lagi?" Ethan terlihat kian frustasi. Sepertinya bagi Ethan, masalah ini sangatlah penting.
"Kenapa Mas Ethan peduli sekali?" Tanya Lyra mencoba mencari jawaban pasti.
"Gue perlu jawab?" Ethan terlihat terkejut mendengar pertanyaan Lyra. Lagi. Lyra tak mendapat jawaban pasti. Padahal tinggal jawab aja kenapa malah berbelit dia. Gumamnya kesal. "Ra.. Bukankah kita udah sepakat, ketika gue bawa Lo kemarin, gue susul Lo nanti. Gue gak peduli ketika Lo malah bilang udah tidur sama Julian. Kita bisa hidup di luar istana dan jalani kehidupan biasa. Lu pernah janji waktu kecil bakal bawa gue kabur dari sini kan? Kenapa lu ingkar janji sih Ra? Lu satu-satunya temen gue. Gak ada yang bisa gue percaya selain Lu.." Ethan kian emosional. Ah.. Ternyata hubungan mereka bukan seperti apa yang Lyra pikirkan. Ethan terlihat semakin gelisah dengan napas memburu. Harus jawab apa sekarang? Lyra bingung sendiri.
Jika dalam cerita buku ajaib Ethan benar-benar pergi dari istana dan dia malah mati di sana, bukankah kali ini ceritanya harus berbeda?
"Jangan pergi dari istana." Ungkap Lyra dan membuat Ethan kian menatapnya tak percaya.
"Lu bilang.."
"Jangan! Jangan pergi." Lyra mengucapkannya dengan yakin untuk kali kedua. "Mas harus jadi Raja. Harus." Ethan melihat makna yang dalam dari ucapan Lyra itu.
Namun bukankah selama ini Lyra ingin Julian lah yang jadi raja? Bukankah selama ini sikap Lyra bertentangan dengan sikapnya sekarang ini? Dia kenapa? Atau.. Dia siapa sebenarnya? Gumam Ethan.
🥀🥀🥀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top