Bab 2
🥀🥀🥀
Dunia paralel sama dengan kebalikan dunia nyata atau tidak sama sekali?
🛏️
Kamar cantik penuh cerita
Lyra tiba-tiba terbangun dengan hembusan napas menyakitkan di ujung tenggorokannya.
Fyuh..
Apa tadi?
Dia tersedot? Dipukul? Atau ada ledakkan? Gempa? Atau apa? Otak Lyra menjalar kemana-mana tapi tak menemukan jawaban pasti. Dia tengah di perpustakaan kota dan sedang membaca buku. Itu yang dia ingat.
Lalu..
Dimana dia sekarang?
Mata Lyra mulai menyapu seluruh ruangan. Kini dia terbaring di sebuah ranjang kecil yang sepertinya bekas sofa bed? Sepertinya iya. Tempat kecil dengan cahaya temaram kuning itu bisa dipastikan adalah spot lain dari perpustakaan. Lyra benar-benar berpikir bahwa dia masih di perpustakaan itu.
Memangnya bisa kemana? Hentakkan keras, udara bak topan yang menyedotnya dari arah di dinding, angin yang menyapu tubuhnya, ah.. Semua itu ternyata hanya mimpi.
Perlahan Lyra bangkit, kemudian kembali meneliti seluruh ruangan kali ini lebih harus lebih jeli tanpa menyisakan apapun. Ada banyak buku yang tersusun rapi di rak yang berada tepat di atas sofa itu. Ruangan sempit ini kian sesak dengan tumpukkan buku-buku. Dan lagi, berapa lama Lyra tidur di sana? Kenapa di balik jendela putih itu sepertinya matahari sudah meninggi? Apa semalaman dia tak pulang?
Oh..
Ponsel?
Lyra mencari-cari tas yang selalu ia bawa kemana-mana. Tas andalan yang selalu kena omel Via karena sudah lama tidak di ganti. Lyra mengibaskan selimut tipis bermotif aneh yang tadi dia pakai namun tak menemukan apapun. Lyra berpikir keras bagaimana bisa dia menghilangkannya? Apa jangan-jangan sekarang dia sedang di culik? Lyra menyibak rambutnya berusaha kembali memikirkan semua ini dari awal.
Tapi tunggu, apa ini?
Kemana perginya rambut panjang kebanggaan Lyra? Kenapa rambutnya jadi se-pendek ini? Ujung matanya melihat cermin kumuh di sudut ruangan. Dia bergegas melihat penampilannya untuk memastikan.
Deg!
Apa ini?
Dari rambut, baju, sampai ujung kaki, penampilannya sungguh diluar kebiasaan. Lyra bahkan baru sadar sejak tadi ternyata mengenakan gaun putih aneh bahkan apron hitam di pinggang. Baju macam apa ini? Pelayan?
Duk
Duk
Duk
"Lyra!"
Cklek..
"Cepat! Mas Ethan sudah menunggu."
Seorang wanita gemuk dengan pakaian yang hampir sama dengannya itu kini terlihat tergesa-gesa. Dia bahkan berusaha menarik tangan Lyra untuk membawanya pergi. Tentu saja Lyra menepis hingga membuat wanita itu tertegun.
"Kenapa? Cepat!" Wanita itu kembali menarik tangan Lyra lalu membawanya keluar dari kamar itu.
Dan keanehan lain membuat Lyra terperangah. Semula yang dia kira masih di dalam perpustakaan, ternyata setelah keluar, dia sama sekali tidak melihat rak buku lainnya. Tempat itu ternyata sebuah dapur luas dengan berbagai peralatan masak kumplit. Kayak dapur hotel? Ini hotel? Pikir Lyra.
"Cepetan! Lima belas menit lagi Mas Ethan berangkat." Wanita itu segera menyodorkan troli berisi makanan sepertinya dia ingin Lyra mengantarnya.
"Hah?"
Kenapa? Kenapa harus dia yang mengantarnya?
"Kamu siapa sih?" Pertanyaan itu malah meluncur bebas dari mulut Lyra dan membuat wanita itu tertegun.
Seseorang dengan setelan jas hitam rapi tiba-tiba datang menghampiri. Dia terlihat memiliki rahang tegas dengan perawakan tinggi sempurna. Benar-benar terlihat gagah. Sayang, dia tua.
"Kenapa?" Tanya pria itu.
"Heih! Bukan waktunya bercanda! Kalau Mas Ethan keburu pergi, kamu bisa dimarahi Ibu Ratu!" Ujarnya terlihat gurat khawatir lalu meminta Lyra segera mendorong troli itu.
"Saya Lyra Bu, anda mungkin salah orang.." Lyra masih kebingungan dan mencoba memperjelasnya.
"Ibu tau kamu Lyra. Kamu memang Lyra. Terus kenapa?" Wanita itu malah kembali mempertanyakan.
"Biar saya yang antar." Pria di samping akhirnya memutuskan untuk mendorong troli itu sendiri mengingat mereka sudah tak punya waktu lagi.
Wanita gemuk itu terlihat masih menatap Lyra dengan segudang tanya. Anak ini kenapa? Pikirnya.
"Lyra! Kamu mimpi apa? Kenapa gak fokus? Makan dulu!" Wanita itu melenggang membawa sebuah kue lapis khas beraroma pandan. Meski penuh curiga, Lyra tetap mengambilnya karena memang perutnya begitu keroncongan sejak malam itu.
"Memangnya ini dimana?" Tanya Lyra sebelum benar-benar memakannya. Lelehan tepung lembut itu melebur di mulut. Semoga bisa mengganjal perut.
"Allah ya Gusti.. Kamu kenapa sih nduk?" Wanita itu terlihat kesal sekarang. Kalau diperhatikan logatnya agak Jawa. Apa Lyra sedang di Jawa sekarang? Beneran di culik? Tapi kenapa? Perasaan Lyra tak memiliki masalah apapun dengan orang lain? Apa ada? Lyra bahkan sempat meragukan kehidupannya selama ini
"Minta lagi Buk!" Meski malu, apa boleh buat? Lyra benar-benar kelaparan. Mereka mungkin sedang bermain peran sekarang. Setidaknya dia harus mengisi tenaga dulu.
"Cigh.. Bilang saja kalau gak mau antar makanan ke kamarnya Mas Ethan!" Wanita itu kembali memberi Lyra kue lapis kemudian memalingkan wajahnya sebab sudah merasa paham dengan sikap Lyra itu.
Tunggu!
Dari tadi dia bilang Ethan? Ethan? Ethan?
Familiar sekali kalau dipikir-pikir. Lyra mencoba menggali ingatan lagi. Dan sampailah pada memori tentang nama yang tertulis di buku ajaib itu.
ETHAN!
PANGERAN ETHAN!
DEG!
"Buk? Pangeran Ethan?" Tanya Lyra memastikan.
"Iya. Pangeran Ethan. Siapa lagi?" Ungkap wanita itu yang mulai kembali melanjutkan pekerjaannya lagi.
BUKU!
Lyra harus menemukan buku itu! Dia bergegas kembali ke kamar itu. Pantas sejak awal buku itu aneh. Jadi dia bisa masuk ke dalam buku? Atau ikut dalam ceritanya? Atau bertransmigrasi?
Hallah.. Mana ada hal-hal begitu di dunia ini? Konyol.
Namun meski meragukan, Lyra tetap mengobrak-abrik buku-buku yang tersusun di kamar itu. Bahkan mencarinya di kolong tempat tidur, di kolong meja, bahkan menyibak cermin di dinding siapa tau memang ada yang terselip. Dia enggan melewatkan hal kecil. Tapi nyatanya Lyra tidak menemukan apapun.
Ah..
Mungkin ini masih mimpi. Dia benar-benar masih bermimpi. Lyra berusaha menyakini hal ini.
Oke.
Tidur saja. Tenang, relax, dia sempat belajar yoga kan? Mungkin itu berguna sekarang. Ayolah. Jangan dulu berpikir kemana-mana. Tetep skeptis, terapkan prinsip stoik, jangan gegabah, pahami dengan tenang, gunakan nalar, gak usah berontak, tunggu saja..
Lyra kembali merebahkan tubuhnya di kasur lipat itu lagi. Berusaha membungkus diri dengan selimut usang yang sepertinya memang sama sekali tidak bisa menangkal dingin karena sudah terlalu tipis.
Argh apa gunanya ini? Lyra melempar selimut itu sambil menatap rak buku yang tepat ada di atas tempat tidurnya itu. Oh lupa. Harusnya selimut itu jangan di lempar. Jangan emosi. Tenang, coba rangkum kejadiannya dalam beberapa point.
Lyra bangun lalu duduk di kursi yang juga sudah usang. Sepertinya ini meja belajar kan? Harusnya ada beberapa kertas dan pulpen untuk sekedar coret-coret kan?
Dan ternyata memang ada. Lyra menemukannya. Dia menggenggam sebuah bolpoin hitam sekarang dan menggelar sebuah kertas kosong.
Lalu apa yang harus dia tulis? Perjalanannya ketika pulang dari kantor? Atau cerita di dalam buku ajaib itu?
Eh?
Loh?
Perhatian Lyra teralihkan oleh seseorang yang terlihat sedang merokok di luar sana. Tangan Lyra mengusap jendela berdebu itu untuk memperjelasnya.
Sialan!
Itu Juan! Benar! Itu Juan!
Si Goblok ini ternyata yang nyulik Lyra sampai ke Jawa kah? Gumam Lyra yang tak bisa lagi menunggu lama. Dia bergegas keluar dari kamar dan menghampiri orang itu. Padahal dia sedang asik sendiri menikmati hisapan demi hisapan rokok yang masuk ke dalam paru-parunya dan ia keluarkan perlahan dari hidung.
"Bagus yah!" Lyra langsung melipat kedua tangan di dada dengan tatapan tajam begitu berhasil mendekatinya. Juan menoleh dengan seringai aneh. Ya! Melihat ekspresinya seperti itu, Lyra benar-benar yakin ini memang ulahnya.
"Goblok banget si lu!" Tunjuk Lyra penuh ancanan. "Nyokap gue kalau nyariin gimana? Bangsatd lu!" Lyra benar-benar tak habis pikir. "Gak gini caranya Juan! Gue laporin lu ke polisi yah! Jangan main-main! Hp gue mana?!" Lyra menengadahkan tangan kanannya berharap Juan segera mengembalikan barang-barangnya.
Namun Juan hanya menatapnya aneh. Seringai itu masih menembus pandangan. Oke, dia gila. Tapi Lyra tak berharap Juan bisa sejauh ini.
"Apa lu? Hp gue! Tas gue mana? Gue mau pulang." Lyra kembali menekan.
Juan malah terkekeh mendengarnya lalu mendekat dan entah mengapa tatapan itu membuat Lyra merasa terancam sekarang. Apa Juan akan melakukan hal yang lebih gila dari ini?
"Pulang kemana? Lu mau dibuang lagi sama Ethan?"
"Hm? Ethan?" Lyra kembali tak memahami ucapannya. Dan Juan, terlihat berbeda. Tak biasanya seperti ini.
"Ethan mungkin bakal buang lu lagi. Kalau udah di buang, jangan balik lagi. Harusnya lu kabur." Ungkapnya lagi dengan penuh penekanan. Matanya bahkan memerah. Apa? Dia marah? Dan rokok itu masih belum terlepas dari sela-sela jarinya. Juan kembali menyesapnya kemudian dia hembuskan kuat-kuat ke arah wajah Lyra. Setelah itu dia terkekeh puas sebelum akhirnya berbalik untuk pergi.
Gak!
Dia bukan Juan.
Lyra masih mematung di tempat. Apalagi melihat punggung tegap itu kembali berbalik dan menghampiri lagi.
"Sejak kapan nama gue Juan?" Tanyanya heran. "Julian! Tolol!" Juan bahkan menyentil dahi Lyra sebelum benar-benar pergi.
Lyra
Lyra..
Suara samar terdengar menyebut-nyebut namanya beberapa kali. Juan sudah pergi, dapur rumah itu terlihat masih jauh. Lalu bangunan megah yang Juan masuki pun sepertinya kosong.
Lyra..!
Lalu dari mana asal suara itu?
Lyra!
Lagi. Lyra kembali mendengarnya berkali-kali. Apa mungkin hanya gumamnya dalam hati saja?
Lyra!
Deg!
Ieeww..
Lyra langsung mengibaskan tangannya ketika seekor kupu-kupu biru hinggap di bahu.
Lyra!
Lyra!
Suara itu terdengar lagi. Dan kupu-kupu itu terlihat masih berkeliaran di sekitarnya.
Hei! Gue bukan nabi Sulaiman yang bisa bicara sama binatang yah! Lyra berusaha menepis semua pikiran-pikiran tak masuk akal yang selalu hinggap dalam otaknya. Ayolah.. Segera temukan jawabannya! Lyra lagi-lagi memaksa otaknya supaya bisa mencerna semua kejadian ini.
Lyra! Dengar! Aku kupu-kupu!
Hei! Ayolah! Cepat waras Lyra!
Dia bahkan menutup kedua telinganya kemudian bergegas kembali ke kamar itu lagi supaya tidak mendengar suara-suara aneh.
Wanita di dapur itu kembali melihat Lyra berlalu. Namun dia sepertinya enggan bertanya dan hanya menggeleng pelan.
Di ruangan kecil yang Lyra datangi itu setidaknya dia bisa lanjut merangkum kembali. Entah itu soal buku, atau soal apapun.
Lyra! Dengarkan! Aku gak punya waktu banyak!
Deg!
Kupu-kupu itu masuk dengan mudah melalui celah jendela yang menganga di atas sana.
"Gue beneran bisa ngomong sama binatang?" Tanya Lyra masih tak percaya.
Aku bukan binatang!
"Sejak kapan kupu-kupu bukan binatang? Dewa lu?"
Bukan!
"Jangan bikin pusing deh!"
Kamu yang bikin pusing!
Dengarkan saja bisa gak sih?
"Ya oke apa?"
Kamu sedang masuk ke dalam dunia aku. Dan kamu mengucapkan mantra terlarang. Ya kan? Ngaku aja!
"Dih kagak! Kapan memangnya?" Lyra tidak mengingatnya.
Malah tanya aku lagi. Kamu yang ngucapin kan? Dan bikin dunia kita berdua melebur kayak gini. Kamu sekarang sedang masuk ke dalam kehidupanku.
"Apaan? Enggak! Memangnya ini dimana?"
Ini dunia paralel. Dunia yang persis seperti dunia yang kamu jalani selama ini. Dunia yang berjalan beriringan dalam waktu yang sama. Tatanannya sama, pergerakannya juga sama. Pernah dengar kan? Dan seharusnya titik peleburan itu tidak pernah terjadi. Akan ada banyak perubahan jika dunia kita melebur kayak gini. Harusnya kamu gak ngucapin mantra itu.
"Mantra? Maksud lu kata-kata terakhir di dalam buku ajaib itu bukan sih?"
Kenapa baca kata-kata anehh sembarangan sih?!
"Ya jan nyolot kali. Mana gue tau akhirnya malah gini. Gue baca lagi mantranya deh. Lu inget kata-katanya gak?" Tawar Lyra.
Mana aku tau! Kamu kan yang baca! Lagian mana bisa balik lagi. Aku di kutuk. Kalau kamu balik, artinya aku yang disini mati. Aku di kutuk Lyra. Gak bisa sembarangan ambil keputusan kalau gak mau mati. Harusnya kamu paham sebelum ngucapin mantra pelebur. Kamu gak punya tujuan hidup ya di sana?
"Hei! Kenapa judge hidup gue lu!" Lyra kesal mendengarnya. "Tunggu deh! Kenapa gue yang salah sih? Gue juga ninggalin kehidupan gue kan? Kenapa lu paling berasa tersakiti sih di sini?"
Oh iya.. Lupa. Maaf.
Tapi kamu yang buka black hole-nya.
"Kagak! Gue gak buka apa-apa! Elu kali.."
Iya kah? Aku?
Si kupu-kupu labil itu mulai mempertanyakan. Dia juga ragu dengan hidupnya selama ini.
"Yah.. Kayaknya lu emang gue di dunia lain. Pemikiran lu sama aja." Lyra berdecak melihat kelakuan Kupu-kupu itu. "Terus gimana sekarang?" Tanya Lyra lagi.
Mm.. Aku udah nanya sana sini sama kumpulan kupu-kupu penjaga. Katanya kalau aku berhasil mematahkan kutukan ini, kayaknya portal dunia paralel bakal kebuka lagi. Dan di saat itu, kamu harus baca mantra itu lagi.
"Bjir gue lupa lagi mantranya apaan?"
Serius?
"Iya lagi. Tuh mantra dalam bahasa apaan ya? Gue beneran gak inget gimana dong?"
Jangan panik. Kita cari petunjuk lain aja. Waktu kamu hanya sampai perubahan musim tahun ini.
"Dunia lu perubahan musimnya masih normal?"
Ya memang begitu kan? Siklusnya akan selalu sama.
"Gak! Dunia gue udah ancur. Bisa tiba-tiba hujan, tiba-tiba panas. Suhu di bumi kita juga udah gak menentu. Lapisan ozon bolong, gas karbondioksida dimana-mana. Semua udah kacau."
Separah itu?
"Ya."
Mungkin karena kualitas hidup kalian jelek. Manusia harusnya lebih berkesadaran untuk merawat lingkungan. Mau kabur kemana lagi kalau tempat yang kamu tinggali sudah hancur begitu?
"Jangan ngajarin deh lu! Umur lu berapa emang? Sama kan kayak gue?"
Aku 17 tahun.
"Woy lah! Gue 34 tahun! Bumi gue 18 tahun lalu juga masih setengah baik kok. Musim juga masih jalan kayak gini. Tunggu aja. 18 tahun kemudian lu bakal kelabakan juga." Lyra menambahkan.
"Eh? Lu yakin ini dunia paralel? Bukan masalalu gue kan?" Tanya Lyra mulai menebak ke segala arah. Kemungkinan tak masuk akal sekalipun harus dipertimbangkan. Sejauh ini semua tak ada yang berbarengan dengan nalar kan?
Kamu pernah tinggal dan makan di tempat ini? Kamu pernah jadi pembantu Mas Ethan? Kamu pernah ketemu Ratu Oliv? Raja Januar?
Lyra menggeleng.
Fiks! Ini benar-benar dunia paralel. Kita sama sekali tak terhubung seharusnya.
"Oke! Terus? Cara gue balik gimana? Matahin kutukan? Lu kenapa bisa di kutuk si? Durhaka lu?" Lyra kembali mempertanyakan.
Karena..
Srrrrett..
Sekelebat cahaya biru itu tiba-tiba lewat hingga membuat pandangan Lyra terhalang.
Yap.
Kupu-kupu itu menghilang.
"Heish! Kemana lu?!" Lyra kini bergumam sendiri. Bicara pada angin. Ruangan itu kembali kosong. Tak ada lagu gumam aneh yang persis seperti suaranya itu.
🥀🥀🥀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top