Late Night Talk

"Di dunia ini terlalu banyak teori. Daripada stress mending dinikmati!"

===============

Secangkir kopi hitam yang sudah mendingin dan sebatang rokok samsu yang terbakar setengahnya tersaji di hadapanku. Dengan berselimutkan kain sarung tipis, yang diharapkan bisa sedikit menghalau dinginnya angin malam juga nyamuk-nyamuk yang biasa berterbangan.

Seperti malam-malam biasanya, pria-pria komplek Orion nongkrong bareng di pos sederhana di depan kos-kosan putri milik Pak Oniel.

"Mr.Gracio sama Pak Azizi kerjanya agen, kan?" tanya si jamet komplek dengan jaket sweater hoodie abu-abu buluk yang menjadi ciri khasnya.

"Iya, Lul. Kenapa, kah?" jawab Pak Azizi tanpa menoleh pada si penanya.

"Hm, bapak percaya konspirasi covid?"

Mr.Gracio dan Pak Azizi seketika terdiam, lalu membereskan papan catur. Sejenak, aku pun melirik mereka berdua juga Lulu, jamet komplek yang menanyakan pertanyaan tadi.

"Wah, ternyata sudah lewat tengah malam!" seru Aldo, anak SMA yang baru saja datang sambil membawa kantung plastik besar berisikan minuman energi berwarna ungu. Mendengar ucapan Aldo, semua yang berada di pos itu langsung menoleh ke jam yang tergantung di salah satu sudut pos.

"Wah, bener. Sudah waktunya obrolan dewasa."

======

Enam orang yang berada di pos itu langsung membentuk lingkaran, siap mendengarkan pemaparan dua agen hebat di komplek ini tentang konspirasi pandemi yang sedang menerjang seisi dunia.

"Jadi, menurut medis, Covid-19 atau nama virusnya SARS-Cov-2 ini berasal dari Wuhan. Namun...."

"Sebentar mister, kenapa dinamainnya Covid?" Pak Oniel tiba-tiba menyela pemaparan Mr.Gracio.

Aku, Aldo, dan Lulu menggelengkan kepala. Mr.Gracio dan Pak Azizi sempat hendak menjawab, namun langsung disela kembali oleh Pak Oniel.

"Soalnya kalau Kopait, kopi kesukaan Pak Azizi, xixixi."

Tuhan, beri kami kesabaran menghadapi backpack-bapack yang satu ini!

"Ehm, lanjut!" Pak Azizi berdehem setelah interupsi tidak penting dari Pak Oniel tadi.

"Namun, ada beberapa orang menganggap kalau Covid itu sengaja dibuat oleh Amerika untuk menghancurkan kekuatan China. Dan, pandemi ini dirancang sedemikian rupa oleh orang terkaya di dunia, Bill Gates. Itu baru dua dari sekian banyak teori konspirasi yang saya temukan di dalam artikel-artikel di Internet."

"Bahkan, di negeri kita sendiri berkembang teori-teori konspirasi tentang pandemi ini." Pak Azizi menyeruput kopi hitam favoritnya sebelum melanjutkan bicara. "Ada yang bilang kalau sebenarnya kematian oleh Covid di Indonesia itu tidak sebanyak yang disebarkan oleh media. Angka itu terlalu besar, bahkan kebanyakan orang yang meninggal bukan murni karena virus itu, namun memang orang-orang itu sudah membawa penyakit lain sebelumnya. Dan saya menemukan banyak di lapangan, ada beberapa oknum yang memanipulasi data untuk kesejahteraan rumah sakit yang ia kelola."

"Oh iya, Pak. Saya juga pernah dengar kasus seperti itu. Bahkan banyak, loh di sekitar kita," ucap Aldo mengiyakan.

"Nah iya, bahkan, saya pernah berpikir kalau. Sebenarnya, angka kematian itu hanyalah angka, i mean gini. Bukan tidak bersimpati pada korban pandemi ini, ya. Hanya, saya berpikir kalau angka kematian itu adalah angka harian, seperti hari-hari biasa saat tidak ada pandemi. Coba saja dari dulu ada penghitungan kematian per hari, atau per minggu, deh. Saya berpikiran kalau angkanya tidak akan jauh dari hari-hari saat pandemi, mungkin bedanya sekitar lima persenan," ucapku memberikan pendapat yang ada di pikiranku saat ini.

"Ini mah, menurut saya, nih, ya, Pak, Mister. Saya suka merasa, aneh sama pandemi ini. Kayak, saat sedang adem-ademnya, tiba-tiba ada satu figur yang kena, dan langsung angka orang yang terkena virusnya meledak, sehari bisa mencapai ratusan orang. Bahkan sekarang sudah berbagai macam varian." Lulu menyampaikan apa yang dirasakan olehnya tentang pandemi ini.

"Covid tu bisa dimakan, ya. Soalnya banyak banget variannya."

Kami lagi-lagi menatap Pak Oniel yang kembali melempar jokes yang menurut kami, sama sekali tidak lucu.

"Reaksi tidak ramah, bintang satu!" ucap Pak Oniel sambil menunjukkan jempolnya ke bawah.

"Balik lagi, kita mau percaya atau tidak sama teori-teori itu, yang pasti pandemi tengah berada di sekitar kita. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus tetap menjaga diri. Menjaga keluarga kita...."

"Termasuk menjaga hati, jangan sampai tergoda oleh janda komplek sebelah yang cantik, manis, imut dan aduhai."

"Maaf, saya setia sama Kokom Jubaedah," ucap Mr.Gracio sambil membayangkan istrinya yang sempurnanya bak bidadari dari surga.

"Nah bener, Pak Oniel kan pak-aya!" Lulu menunjuk Pak Oniel.

"BUAYA!"

"Kan bapak-bapak, jadinya pak-aya!"

Obrolan pria-pria dewasa pada malam hari biasanya semakin aneh dan tidak berpatok pada satu tema. Hingga akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan pernyataan baru sampai akhirnya pembicaraan dengan tiba-tiba berbelok.

"Ngomong-ngomong tentang konspirasi. Kan banyak banget, nih konspirasi di dunia. Tapi saya mau nanya, deh. Bumi itu bulat, kotak, persegi panjang atau datar?"

"Bulat, lah! Ya, kali datar, kalau datar mah bukan bumi namanya. Apalagi donat, kotak, persegi panjang, ngadi-ngadi emang!"

"Tapi, Mister. Menurut beberapa teori konspirasi, kalau yang selama ini kita liat, alias globe itu hanya gambaran palsu saja, dan juga kalau apa yang sudah pernah disebarkan NASA itu hanyalah pembohongan publik. Yang asli datar, kayak di atlas."

"Mana ada!" Mr. Gracio dan Aldo semakin sengit berdebat. "Coba, asumsinya bagaimana itu bumi bisa datar, terus pergantian siang dan malam gimana, porors bumi gimana, greavitasi dan sebagainya gimana?"

"Ya ndak tau, kok tanya saya!"

"Lah, kamu yang ajak bicarain ini. Kenapa jadi kamu yang bingung, Aldo?"

"Hehe, saya cuman baca judul sama sedikit bagian aja Mister, belum semuanya."

"Kamu percaya?" Aldo menggelengkan kepalanya.

"Terlalu banyak teori yang menyesatkan, tapi biarkan saja mereka bebas dengan pendapatnya. Yang pasti fakta sudah kita pelajari dari orang yang kompeten dan dari literasi-literasi para pendahulu," ucap Pak Azizi seakan-akan menutup acara kumpul pria malam ini.

"Jadi, mana yang harus kita percaya?" tanya Pak Oniel yang tumben sekali menampilkan mimik muka serius.

"Teori-teori yang sudah valid."

"Salah, kita harus percaya Tuhan. Karena kalau percaya manusia itu, musyrik!" Pak Oniel menahan tawanya melihat wajah kesal kami. "Saya serius sekarang. Di dunia ini terlalu banyak teori, terlalu banyak omong kosong. Mending, daripada stres mikirin pandemi, konspirasi, kontrasepsi atau apalah itu namanya. Lebih baik kita tertawakan kehidupan ini, segala-galanya dinikmati. Senang dinikmati, sakit dinikmati, punya uang dinikmati, sebelum kita beneran mati sampai tidak bisa menikmati."

Entah, siapa yang benar, siapa yang salah. Yang pasti, semua orang berhak berpendapat dan berhak berasumsi. Tapi pada faktanya dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Apalagi kalau Pak Oniel mendadak berbicara hal yang benar.

Selesai

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top