#35 : Persevere

Untuk kesekian kalinya Alaska menyalahkan diri sendiri. Bagaimana dia tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan Btari, seperti wajah yang pucat atau ekspresi seseorang menahan sakit. Pria itu terlalu sibuk dengan pertarungan mereka dengan orang tua Alaska hingga melupakan kesehatan kekasihnya.

Sekarang tahu-tahu saja Btari harus masuk IGD di klinik terdekat karena perutnya super kram, dia seperti seseorang kontraksi dengan keringat dingin bercucuran. Alaska panik bukan main. Pria itu seperti mati di tempat, tapi dipaksa bergerak dengan cepat.

"Pak, ini biaya transaksinya." Suara seorang wanita menyentak Alaska. Pria itu menoleh dan mendapati suster tengah menyodorkan sebuah kertas dari balik meja kasir. "Karena dokter tidak menganjurkan untuk rawat inap apalagi di kondisi covid saat ini, jadi tidak perlu melakukan tes swab untuk bapak maupun istri. Jadi, biaya yang meliputi hanyalah biaya dokter, obat-obatan oral maupun injeksi, dan administrasi."

Dengan segera Alaska mengeluarkan kartu kredit dari dompet untuk disodorkan pada suster jaga. Kemudian, perhatiannya kini mulai menjelajah ruang IGD.

Sekalipun covid masih cukup tinggi, tapi IGD tidak terlalu banyak pasien baru. Alaska masih menemukan dua kasur kosong. Sementara tiga sisanya ditutup kain. Para tenaga medis yang jaga pun masih tampak bisa mengobrol dengan rekan sejawatnya. Bagian administrasi juga tidak membuat dia antri panjang.

Hingga tatapan Alaska terhenti pada sebuah bilik di sudut ruangan. Tempat itu tertutup tirai rapat, tapi dia tahu di baliknya ada Btari. Kekasihnya itu mengalami kontraksi palsu yang dokter bilang salah satu pemicunya adalah stress berat. Tentu saja perjuangan mendapat restu tidaklah mudah hingga Btari kepikiran.

Sekarang Alaska hanya ingin mengikuti saran dokter untuk memastikan Btari bedrest selama beberapa hari. Tidak boleh melakukan hal-hal berat. Bahkan Alaska pastikan masalah orang tuanya akan dia urus sendiri atau menunggu Btari melahirkan. Kesehatan wanitanya nomor satu. Dan pria itu harus ingat, Btari tidak boleh terlalu stress berat atau dia akan sakit.

"Ini, Pak, kuitansinya." Sekali lagi suara suster membuyarkan lamunan. Dia menyodorkan kertas kuitansi berikut kartu kredit Alaksa.

Begitu kuitansi Alaska ambil, pria itu bergegas menuju bilik tempat tidur tempat Btari berada. Tirai dibuka, ternyata kekasihnya itu tengah duduk bersandar pada kepala ranjang. Tatapannya tampak sendu. Sementara tangannya mengusap perutnya dengan sayang.

"Semua baik-baik aja, Mbak," ucap Alaska penuh keyakinan. Dia menduduki sisi ranjang Btari, lalu meraih tangan wanita itu untuk dia genggam. "Kamu jangan terlalu banyak pikiran apalagi sampai stress. Kasihan kamu, kasihan anak kamu. Maaf juga karena aku nggak peka kalau kamu lagi nggak baik-baik aja tadi."

Btari mendongakan kepala. Tiba-tiba saja mata wanita itu berkaca-kaca. "Makasih ya, Ka. Kamu masih peduli padahal aku tadi bentak orang tua kamu dan ... putusin kamu."

Seulas senyum geli terpasang di wajah Alaska. Diusapnya pipi Btari dengan sayang. "Masalah bentar orang tua nanti kita bisa minta maaf, lagi pula aku tahu orang tuaku pasti langsung maafin kamu kok, Mbak. Terus masalah putus, hey! Siapa yang setuju putus sama kamu. Aku tahu kata-kata itu keluar dari mulut kamu karena kamu lagi nahan sakit dan capek sama drama yang orang tuaku berikan aja."

Btari mengangguk. Sekali lagi dia menggumamkan terima kasih.

Tangan Alaska berpindah dari pipi menuju puncak kepala Btari untuk dia usap. Ditatapnya lekat-lekat wanitanya. "Dokter kan suruh kamu bedrest selama beberapa hari, jadi aku sudah ajukan cuti buat kamu. Minggu besok aku bisa jaga, tapi senin sampai beberapa hari aku pasti harus di kantor karena kamu nggak di kantor. Aku udah pikirin buat sewa suster, nggak apa-apa, ya?"

"Ka, sewa suster mahal," ucap Btari lirih. "Aku bisa kok urus diriku sendiri pas kamu kerja."

Dengan gemas Alaska merengkuh tubuh Btari. Dia sedikit membekap kekasihnya itu untuk beberapa saat, sebelum kemudian melonggarkan pelukannya. "Serius ya, aku gemes banget sama kamu. Mbak, kesehatan kamu itu jauh lebih mahal daripada harga sewa suster. Udah jangan ngebantah lagi. Nurut ya. Kamu harus baik-baik aja, biar aku nggak menggila. Oke?"

Pada akhirnya, Btari mengangguk dalam rengkuhan Alaska. Pria itu memilih untuk memeluk kekasihnya itu lebih lama lagi. Sambil sesekali dia mengujani puncak kepala Btari dengan ciuman dan ciuman. Dia berharap segala hal yang menyedihkan ini akan segera berlalu.

***

Surabaya, 25 November 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah baca di sini maupun di KK ya. Btw, minggu depan cerita ini TAMAT ygy. Ditungguuuuuu. link kk aku share di beranda wattpad.

Love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top