#33 : And They Kiss
Setelah apa yang terjadi di apartemen Alaska tadi. Disusul dengan ucapan tegas Btari yang ingin mengubah pikiran orang tua Alaska, pria itu jadi tidak bisa tidur. Sampai-sampai dia memilih untuk mengendap-endap keluar unitnya, lalu menyebrang ke unit depan. Untungnya sang kekasih belum tidur juga karena ternyata sama-sama memikirkan masa depan mereka.
Mereka duduk bersisian di sofa. Alaska melamun, begitu pula Btari. Keduanya telah sepakat untuk sama-sama berjuang dan apa pun yang terjadi di masa depan, mereka akan berusaha menerimanya dengan lapang dada.
"Jadi, kakakmu pernah bilang kalau dia setuju sama hubungan kita?" Btari menanyakan hal yang sama untuk kesekian kalinya.
Alaska sendiri tidak bosan menjawab dengan jawaban yang sama, "Iya, kak Aileen setuju, suaminya juga sama setujunya. Hanya orang tuaku memang punya pemikiran mereka sendiri."
Btari manggut-manggut. Sambil menatap Alaska lekat-lekat, dia merenung. Tiba-tiba saja terdengar pekikan senang dari wanita itu. "Gimana kalau minta kakak kamu bicara sama orang tua kalian? Itu jalan termudah, Ka."
Seketika senyum Alaska tersungging. Dia sama sekali tidak pernah berpikir untuk meminta Aileen sendiri yang bicara kepada orang tua mereka.
Agak sedikit tergesa dia mengeluarkan ponsel di saku celana. Sudah pukul sebelas malam, tapi Alaska tahu Aileen belum tidur. Jadi, tanpa pikir panjang dia menghubungi sang kakak sambil menyalakan pengeras suara.
"Bisa nggak sih, Ka, teleponnya di jam kerja aja? Lo nggak tahu apa gue lagi mau enak?" Tahu-tahu saja suara Aileen di ujung sana terdengar frustrasi.
Alaska meringis. Dia lupa kakaknya telah menikah dan mungkin jam-jam sekarang adalah waktunya dia dan suaminya itu bermesra-mesraan. Hanya saja dia dan Btari sudah kepalang tanggung, jadi diteruskan saja.
"Sori, sori." Alaska nyengir kepada Btari. Kepalanya mengangguk, meminta wanita di depannya itu tenang dan tidak usah merasa bersalah. "Cuma udah terlanjur telepon, jadi kita ngobrol aja. Ada hal penting yang gue dan Btari mau diskusiin."
"Oh ...." Jeda sesaat, lalu Aileen kembali berbicara. "Btari di samping kamu?"
"Iya." Alaska menghela napas dalam. "Sebelumnya gue mau minta maaf sekali lagi kalau gue belum bisa jadi adik yang baik. Gue egois karena mikirin perasaan gue sendiri daripada dampak yang terjadi sama lo dan Bang Arsan kalau hubungan gue dan Btari terus berlanjut. Tapi, Kak, gue nggak bisa nurut gitu aja. Gue sayang Btari dan begitu pula sebaliknya. Kita mau sama-sama berjuang untuk hubungan kami gimanapun caranya."
"Alaska, lo tahu kan gue sama Arsan sama sekali nggak terpengaruh apa kata orang." Aileen terkekeh. "Apalagi hubungan kalian ya kalian yang menjalani, jadi harusnya nggak mempengaruhi hidup kami ke depannya. Cuma lo pasti tahu kalau setiap orang tua selalu punya ketakutan mereka sendiri."
"Makanya kami minta kak Aileen bantu kami."
"Bantuin apa?" tanya Aileen. Ada nada bosan yang terdengar di ujung sana. "Kalau nggak aneh-aneh dan masuk akal, gue akan coba bantu."
Alaska tidak langsung menjawab. Diraihnya tangan Btari untuk dia genggam erat. Kemudian, pria itu mengangguk untuk isyarat bahwa dia akan segera mengusulkan ide yang mereka bahas beberapa saat lalu.
"Gue minta lo ke sini dan bicara sama Dad dan Mom masalah gue. Ayolah, Kak, bantu gue. Datang ke Surabaya secepatnya," ucap Alaska agak sedikit merengek. Malu sebenarnya di depan Btari, tapi dia selalu melakukannya untuk mendesak sang kakak.
"Nggak bisa sekarang." Jawaban tegas Aileen mematahkan hati Alaska. "Gue lagi ada urusan sama Arsan yang bikin gue harus terus stay di Jakarta entah sampai kapan. Jadi, tunggu aja Dad dan Mom balik, setelah itu gue bantu ngobrol mengenai kalian."
***
Surabaya, 21 November 2022
Terima kasih untuk kamu yang setiap baca di KaryaKarsa. Sabar yaaa, bentar lagi tamat kok karena aku ada proyekan sama penulis-penulis hehe. Link KK share di beranda wattpad yaaa.
Love,
Desy Miladiana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top