#28 : Love in the Air

Benar-benar canggung. Kondisi ini terjadi begitu Alaska dan Btari memasuki mobil, lalu bergerak menuju apartemen mereka yang berada di tengah pusat kota Surabaya. Tidak ada seorang pun yang berusaha membuka suara. Bahkan mencoba berbasa-basi sekadar meminta menurunkan suhu AC yang terlalu dingin pun tidak.

Btari sendiri seolah tenggelam dalam dunianya di samping Alaska. Sepanjang jalan perhatian wanita itu tercurah pada jalanan yang gelap dan satu-satunya penerangan adalah lampu-lampu kecil yang sama sekali tak membantu. Sedangkan Alaska sendiri memilih untuk diam-diam memperhatikan wanita yang dia suka sambil sesekali mengutik ponsel sambil membuka sosial media.

Kurang lebih satu jam kemudian, mereka sampai juga di apartemen. Keduanya bergegas turun, sedangkan mobil berserta sopir kembali ke kantor. Dan masih ditemani keheningan, mereka bergerak menuju lift ke lantai unit mereka yang berseberangan.

"Mbak." Pada akhirnya, Alaska yang lebih dulu buka suara. Pria itu sudah mendekati pintu unit apartemennya. Ada kartu akses di tangan yang siap ditempelkan ke pintu. "Saya masuk duluan ya."

Pernyataan itu selain demi kabur dari kecanggungan yang menyiksa, tapi juga Alaska ingin tahu reaksi Btari. Benar saja wanita itu langsung melebarkan mata. Dan tangannya menyentuh lengan Alaska begitu saja.

"Mbak, semua baik-baik aja, kan?" tanya Alaska dengan kening berkerut.

Kedua sudut bibir Btari melengkung ke bawah. Ekspresinya tampak sebal. "Kamu lupa kita mau bicara, Ka?"

Alaska menggelen, lalu mengaku, "Sebenarnya saya nggak lupa, tapi sikap kamu seperti nggak akan pernah mau bicara. jadi daripada kita berdua sama-sama diam dan bikin canggung mending saya balik. Udah malam juga, waktunya tidur karena besok harus kerja, kan? Sebenarnya kita mau bahas apa sih?"

Bukannya menjawab atau setidaknya memberi sedikit petunjuk, Btari malah dengan seenaknya merebut kartu akses Alaska. Wanita itu menempelkan benda setipis kartu ATM ke pintu hingga bunyi kunci terbuka terdengar.

"Kita bicara di apartemen kamu aja, Ka."

Hanya itu balasan Btari, sebelum akhirnya wanita itu menarik tangan Alaska memasuki apartemen pria itu. Kemudian, dengan santainya dia bergerak memasuki lebih dalam ruangan dan berbelok menuju dapur alih-alih ruang tamu.

"Taruh koper kamu di kamar, Ka, terus ke ruang tamu ya," teriak Btari sambil membuka kulkas. "Di sini nggak banyak pilihan. Kamu mau minum soda apa mineral botol?"

Alaska menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bingung, tapi pria itu tetap menurut saja. Dia bergerak lebih dulu ke kamarnya hanya untuk memasukan koper, lalu menduduki sofa panjang di ruang tamu. Setelahnya, pria itu terdiam sambil menatap punggung Btari yang tengah sibuk bergerak ke sana-kemari di sekitar dapur.

Pikiran Alaska melayang ke beberapa hari terakhir di Jakarta. Setelah sang Ayah memintanya untuk tidak melanjutkan perasaannya pada Btari, pria itu mencoba. Namun, sosok wanita yang tengah sibuk di dapur apartemennya ini terus menetap dalam kepala dan hatinya.

Berkali-kali Alaska berniat mengirimkan pesan atau sekadar mengirimkan video lucu kepada Btari, semuanya malah berakhir tidak jadi. Perasaan pria itu gamang. Kepalanya pun seolah kusut. Apalagi Ayahnya juga selalu mengingatkan hampir setiap kali berada di ruangan yang sama untuk move on ke wanita single dengan bibit, bebet, dan bobot yang jelas.

"Tapi ... nggak bisa." Alaska mengerang putus asa. Tatapannya benar-benar hanya tercurah pada satu orang, Btari.

Tiba-tiba saja Btari berbalik. Sontak kedua mata mereka bersirobok di udara. Alaska terbelalak. Terkejut karena dia belum sempat menghindari, tapi sudah ketahuan sedang memperhatikan lekat-lekat.

Hanya saja reaksi Btari di luar dugaan. Wanita itu tersenyum geli sambil menggeleng. Kemudian, berkata, "Bentar ya, aku bikinin popcorn. Kayaknya snack di sini cuma itu."

"Aku ...."

Bukan fokus pada pernyataan Btari, tapi teralihkan pada perubahan kata saya menjadi aku. Alaska menelan ludah banyak-banyak. Dia cukup terkejut dengan perubahan cara bicara yang sangat mendadak.

Sebenarnya apa yang terjadi? Alaska mulai senewen. Otaknya seolah sulit sekali memproses sekitaran.

Bermenit-menit Alaska berpikir, akhirnya Btari bergabung bersamanya di ruang tamu. Wanita itu menaruh semangkuk besar popcorn dengan caramel di sana. Dua buah air mineral botol yang masih bersegel.

Alaska sendiri langsung meraih minumnya untuk dia tenggak. Keadaan mereka tidak nyaman apalagi kini Btari dengan terang-terangan menatapnya.

"Aku suka kamu, Ka."

***

Surabaya, 7 November 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah baca part ini! Kelanjutannya bisa kamu baca di Karyakarsa ya. karena kebetulan hari ini saya ada berita duka, jadi belum sempet editing typo dan tata bahasa. Besok pagi saya perbarui langsung via KK ya. Link KK ada di beranda wattpad.

Love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top