#26 : Unapproved

"Kamu udah sembuh, kan? Udah bisa keluar rumah, kan? Balik kamu ke Jakarta sekarang! Dad dan Mom kangen sama anak lakinya, Alaska."

Tahu-tahu saja di tengah malam yang galau berkat penolakan Btari, Aileen mendadak menelepon. Berkata bahwa orang tua mereka berhasil dipulangkan ke Indonesia setelah batasan keluar negara Singapura sudah dibuka. Sekarang orang tua mereka minta bertemu karena rindu pada sang putra bungsu.

Sebenarnya Alaska sudah mengetahui berita ini dari beberapa hari lalu, tapi karena belum dua minggu isolasi mandiri jadi Aileen membiarkannya. Dan begitu masa isolasi mandiri Alaska berakhir tanpa memedulikan mungkin adiknya masih sedikit agak sesak napas. Atau mungkin baru saja terkena patah hati hebat, Aileen mengirimkan ultimatum berikut surat dinas keluar kota yang diterbitkan Facayu.

Tidak bisa menolak membuat Alaska setuju saja berangkat. Lagi pula dia juga tengah patah hati, jadi sedikit ruang beberapa hari tanpa Btari bisa saja membuatnya sedikit bernapas. Mungkin saja ada keajaiban juga, pulang-pulang ke Surabaya, perasaan Alaska pada Btari sudah hilang. Pria itu hanya bisa berharap.

Koper kecil 18 inchi sudah rapi berdiri di depan pintu unitnya. Alaska harus kembali lagi ke kamar karena hoodie-nya tertinggal. Dikenakannya jaket berikut hoodie demi menutupi wajahnya yang masih sedikit pucat. Terakhir adalah masker yang menjadi tampilan wajib selama pandemi covid melanda di dunia.

Baru saja Alaska membuka pintu unitnya, tiba-tiba saja unit seberang ikut terbuka. Seketika dia terperanjat menemukan Btari tengah berdiri di ambang pintu. Terlihat sangat cantik dengan gaun warna pink. Rambut panjangnya dikepang satu. Aroma buah-buahan khas wanita itu menguar di udara.

Sayang banget gue udah ditolak. Alaska meringis. Namun, pria itu berusaha untuk tetap bersikap baik. "Mbak," sapanya.

Btari tersentak. Mata wanita itu melebar sesaat, sebelum kemudian tatapannya beralih pada koper Alaska. "Kamu ... mau ke mana?"

Alaska ikut melirik koper yang tengah dia pegang. Lalu, ditatapnya Btari. "Pulang ke Jakarta."

Raut wajah Btari yang awalnya hanya terkejut mendadak berubah keruh. Matanya semakin melebar. Bahkan kata-kata selanjutnya sukses membuat perasaan Alaska tak keruan. "Kamu mau ninggalin saya, Ka?"

"Saya ...." Kata-kata Alaska seolah terhenti di udara. Dia terlalu bingung. Kemarin dia ditolak, tapi pertanyaan Btari terdengar ambigu. Pada akhirnya, pria itu membalas dengan jujur. "Saya ke Jakarta hanya beberapa hari, Mbak. Orang tua saya berhasil dipulangkan dari Singapura dan mereka ... kangen."

Helaan napas lega disertai senyuman yang Btari berikan semakin menggoyahkan hati Alaska. Pikiran pria itu jadi ikut kacau dengan kontradiksi sikap dan ucapan Btari.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Kecanggungan menyelimuti. Sebelum akhirnya, Alaska berdehem. Dia bertanya demi meredam ketidaknyamanan. "Pagi-pagi kamu udah rapi aja, Mbak. Mau ke mana?"

"Ke makam mendiang suami, Ka." Senyum Btari yang semakin lembut dan manis menjadikan kedua lutut Alaska lemas. Dia meleleh. "Saya mau ngobrol sama dia. Cerita masalah perjuangan covid kita, dan juga ... minta izin."

Kening Alaska berkerut. "Minta izin apa?"

Tidak ada jawaban selain lagi-lagi senyuman lembut. Alaska sadar, dia tidak bisa memaksa jadinya memilih diam. Mereka saling bertukar pandang sekali lagi hingga Btari yang lebih dulu memecahkan keheningan.

"Ka, kamu benar-benar bakal pulang dalam beberapa hari, kan?"

Pertanyaan tak terduga Btari membuat Alaska terkejut. Sampai-sampai jawaban pria itu hanyalah anggukan karena bibirnya terlalu keluh, sedangkan kepalanya mendadak blank.

"Kalau gitu, kita harus bicara setelah kamu kembali, Ka."

"Bicara ... apa, Mbak?" tanya Alaska dengan susah payah.

"Cepat pulang dan kamu akan tahu apa." Btari mendengkus geli. "Hati-hati di jalan, Alaska."

Bukannya langsung bergerak, Alaska masih tetap terpak di tempat. Sorot bertanya pun masih terpasang di mata pria itu.

Btari yang masih terlihat geli tahu-tahu saja meraih kedua pundak Alaska, lalu memutar badan pria itu menghadap lift. Didorongnya badan Alaska yang jauh lebih besar. Kemudian, dia berkata, "Cepat pulang ya, Ka!"

Alaska mengangguk. Sebelum dia benar-benar bergerak menuju lift, pria itu berjanji, "Kalau saya pulang, kita makan enak ya, Mbak."

Btari hanya memberikan jempol sebagai persetujuan, sedangkan Alaska memilih untuk melambaikan tangan dengan senyum lebar. Sekalipun sikap wanita yang dia suka itu tidak jelas. Berbicara seolah seperti wanita yang menyukainya, tapi kemarin Alaska ditolak dan diusir. Namun, dia tidak bisa bohong bahwa pria itu senang. Sekarang selain keluarganya, ada seorang wanita yang menunggu kepulangannya.

***

Surabaya, 31 Oktober 2022

Baca lanjutkan kisah ini hanya di KaryaKarsa yaaa. link bakal aku share di beranda wattpad. Oke! Terima kasih untuk kamu yang sudah baca, nungguin cerita ini, dan juga beli di Kk yaaa. love you!

Btw, ada yang udah ikutan special order Under The Kitchen Table belum? lagi SO nih guysss. Pembelian masa SO bakal dapat postcard dan esklusif part yakk.

Love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top