#21 : His Turn

Alaska terbangun dengan terbatuk-batuk. Tenggorokannya mendadak terasa tidak nyaman. Kepalanya juga terasa berat. Badannya yang biasanya baik-baik saja terasa sakit semua.

Ini buruk! Ada peringatan keras muncul di kepala Alaska. Kondisinya saat ini tentu tidak terlalu bagus apalagi sejak hasil PCR-nya dan Btari keluar beberapa hari lalu, mereka positif Covid-19.

Perhatian Alaska langsung tercurah pada sosok Btari. Wanita itu masih terlelap nyaman dalam tidurnya. Pintu kamarnya sengaja tidak pernah ditutup, terlebih sejak sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur lima hari lalu.

Kondisi Btari pun berangsur-angsur membaik. Wanita itu sudah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan-jalan di sekitar apartemen. Sayangnya, tidak bisa terlalu lama karena dia mudah lelah dan sedikit sesak. Indra penciumannya juga menghilang dan tidak tahu apakah hari ini sudah membaik apa belum.

"Nggak, gue harus melawan ini." Alaska menggeleng keras. Tangannya mengepal kuat. "Btari sehat seharusnya gue juga tetap sehat!"

Segera saja Alaska bangkit dari sofa, lalu bergerak menuju dapur. Diraihnya kotak obat-obatan di salah satu konter. Dia mengambil obat kumur agar tenggorokannya sedikit lebih baik. Obat lainnya seperti obat flu dan juga vitamin akan dia minum setelah sarapan bersama Btari nanti.

Setelahnya Alaska bergegas menuju kamar mandi. Kurang dari setengah jam kemudian, dia sudah kembali ke dapur. Badannya sudah cukup segar selepas mandi sekalipun kepalanya masih cukup pening. Sudah ada celemek merah muda—milik Btari yang pria itu kenakan. Waktunya memasakan sarapan sederhana yang cepat, bubur. Kemudian menyantapnya bersama Btari di balkon sambil berjemur seperti kebiasaan mereka beberapa hari terakhir.

"Pagi, Ka."

Sebuah suara yang sangat familier dan selalu menggetarkan hati itu sukses menyentak Alaska. Pria itu menoleh. Btari tengah berdiri beberapa meter di dekatnya. Pakaian tidur masih terpasang di badannya. Rambutnya pun acak-acakan. Wajahnya memang agak pucat, tapi ada binar di mata seolah keadaannya sudah sangat baik.

"Pagi," balas Alaska pelan. Sosok Btari di pagi hari lagi dan lagi mengacaukan debar jantung pria itu. Belum lagi senyum Btari yang tampak lembut.

"Bubur lagi?" tanya Btari yang langsung dibalas anggukan Alaska.

Pria itu meringis. "Ini satu-satunya sarapan sehat yang cepat dan bisa saya buat, Mbak. Kamu—"

Kata-kata Alaska terhenti saat pria itu terbatuk-batuk. Cukup lama sampai pria itu tidak menyadari Btari sudah berdiri di sampingnya sambil menepuk punggung Alaska.

"Kamu baik-baik aja, Ka?"

Alaska menoleh. Saat sadar bahwa wajahnya dan Btari terlalu dekat, tahu-tahu saja pipi Alaska memanas. Sontak pria itu mundur selangkah. Kemudian, mengangguk. Agak tergagap dia menjawab, "Ya, ya, baik. Hanya batuk-batuk aja sisanya aku masih baik."

"Kamu yakin?" kening Btari berkerut. "Gejala kita udah gantian ya?"

"Sepertinya." Alaska meringis. "Cuma aku nggak berharap sampai lemas dan tiduran aja di tempat tidur. Aku mau sehat terus."

"Ka, kamu tahu kan kalau kamu nggak perlu memaksa diri?" Btari mendesah panjang. "Kalau kamu sakit, bilang. Kalau capek, istirahat."

"Sama sekali nggak memaksa diri, Mbak Btari," ucap Alaska sambil memaksa senyum. "Sekarang mending kamu mandi. Nanti begitu kamu udah lebih segar, kita bisa langsung sarapan dan berjemur."

Btari terdiam sesaat. Tak lama senyumnya mengembang lembut. Sambil mengangguk dia berkata, "By the way, aku mau terima kasih sama kamu. Walaupun hari ini belum seratus persen sehat, tapi aku udah nggak terlalu sesak napas. Suaraku memang masih serak, penciumanku juga belum pulih, tapi aku benar-benar merasa sangat baik. Ka, kalau nggak ada kamu jujur aku nggak tahu gimana caranya aku bertahan sampai detik ini."

Tatapan Btari, senyum wanita itu, serta sentuhan tangan lembutnya di lengan Alaska berhasil memporak-porandakan hati Alaska. Bahkan sekarang Alaska seperti kehilangan kata-kata. Otaknya saja kosong.

Baca versi lengkapnya hanya di KaryaKarsa ya. Link KaryaKarsa akan saya bagikan di beranda wattpad.

***

Surabaya, 16 oktober 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah membaca di sini bahkan ikut baca juga di apk sebelah. Luv u! Terima kasih juga untuk yang setia komen dan vote hehehe.

Btw, aku mau tanya ... aku mau bikin office romance lagi(inshaAllah nggak aku duitin karena ini pesanan penerbit, jadi diusahakan stay di wattpad sampai kelar) cuma aku galau, mending ceweknya lebih punya power atau cowok lebih yang punya power?

love,

Desy Miladiana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top