#12 : Birthday
So make a wish
I'll make it like your birthday everyday
I'll be your gift
Give you something good to celebrate
(Katy Perry - Birthday)
***
"Saya ke rumah pukul 9 malam ya, Mbak," ucap Alaska sambil melambaikan tangan.
Btari hanya menatap pria itu dengan kening berkerut di depan pintu unitnya. "Malam banget buat makan malam."
Alaska nyengir. Untung saja masker selalu bisa menutupi ekspresi aneh di wajah seseorang. Otaknya dengan cepat mencari alasan yang logis untuk diucapkan, "Saya ... ada urusan di luar. Boy things."
Sekalipun alasan Alaska terdengar tidak jelas, Btari hanya manggut-manggut saja. Wanita itu masuk unitnya tanpa menaruh curiga, menjadikan Alaska menghela napas lega.
Setelahnya Alaska bergerak memasuki lift. Kemudian, dia turun menuju basement untuk kembali memasuki mobilnya.
Sore ini, di tengah kemacetan Surabaya, Alaska kembali membelah lautan demi menuju mini market terdekat. Tujuan pria itu satu, membeli beberapa produk yang akan dia gunakan untuk membuat kue ulang tahun untuk Btari. Seniornya itu pernah berkata bahwa dia tidak terlalu suka makanan ataupun minuman yang beli melalui ojek online ataupun dimasak oleh orang asing mengingat pandemi, jadi Alaska memilih membuatnya sendiri. Sesuatu yang sederhana, tapi dijamin higienis.
Kurang lebih setengah jam kemudian, Alaska kembali dengan sebuah kantong belanjan berukuran besar. Dia juga mampir sejenak ke resepsionis mengambil hadiah yang sudah dia persiapkan untuk Btari. Kemudian, kembali ke unitnya dengan sengaja turun satu lantai di bawah unitnya, lalu menaiki tangga darurat agar Btari tidak mendengar kedatangannya.
Baru saja dia menaruh belanjaannya di konter dapur, ponsel Alaska berdering. Nama Aileen di layar memaksanya untuk mengangkat atau kalau tidak kakaknya itu akan terus menerornya tanpa henti.
"Hai, Kak," sapa Alaska begitu berhasil menyandarkan ponsel dengan sesuatu di konter dapur.
"Kok baru pulang, Ka?" tanya Aileen.
Sesaat Alaska melihat penampilannya sendiri. Kemeja warna hijau army-nya tanpa dasi. Pria itu meringis seraya mengangguk. "Iya. Belum sempet ganti baju. Nggak biasanya lo ngajak gue panggilan video?"
Bukannya menjawab, Aileen malah mengalihkan pertanyaan, "Lo ngapain? Itu kenapa banyak banget roti tawar?"
Pertanyaan itu membuat Alaska mengeluarkan isi belanjaannya. Ada empat buat roti tawar tanpa pinggiran, tiga botol selai cokelat, cokelat batangan, stroberi, dan juga buah kiwi. Dengan bangganya, dia berkata pada Aileen, "Bikin kue."
"Buat Btari, Ka?"
Alaska yang baru saja menumpuk roti tawarnya sontak menoleh. Matanya melebar. "Kok lo tahu, Kak?"
Seketika Aileen mendengkus geli. Kepalanya geleng-geleng. "Astaga, Alaska, lo itu adik gue yang paling mudah ditebak jalan pikirannya. Dan kalau lo nggak lupa, pagi tadi lo telepon gue agak maksa buat suruh orang kirim kado tas ke apartemen lo. Walaupun lo nggak bilang siapa, Ka, tapi satu-satunya wanita yang sedang dekat sama lo ya hanya Btari. Benar?"
Tidak ada alasan untuk berbohong, Alaska pun mengangguk. "Iya, hari ini Mbak Btari ulang tahun, jadi gue siapin kue dan kasih dia kado. Nanti gue transfer ya, kirim aja invoice-nya ke gue."
"Kenapa bikin sendiri kuenya? Beli tas belasan juta mampu, tapi malah bikin kue?"
"Kakakku sayang, kenapa gue beli tas karena gue nggak bisa bikin tas sendiri. Kalau bikin kue kan bisa bikin sendiri ya ... walaupun ini hanya oles-oles cokelat aja." Alaska terkekeh sambil membaluri roti tawarnya dengan selai cokelat. "Mbak Btari juga nggak bisa makan sembarang, lebih hari-hari aja karena ini pandemi jadi dia lebih suka segala hal bikin sendiri."
Terdengar suara helaan napas Aileen. "Alaska, Alaska, lo suka ya sama Btari?"
Alaska hanya berdehem tanpa merespons. Fokusnya kembali tercurah pada tumpukan roti tawar yang sedang dia olesi dengan banyaknya cokelat. Aileen mendesah panjang, sebelum kembali bersuara, "Ka, setelah lo patah hati sama Nisaka, gue mencoba lebih perhatian sama lo terutama soal hati. Btari ... gue tahu dia single dan soon to be single mom, jujur gue nggak ada masalah dengan itu. Masalah gue hanya terletak karena Btari baru aja ditinggal suaminya beberapa bulan yang lalu, dan dalam waktu secepat itu apakah dia bisa menerima lo sebagai orang baru di hidupnya? Dan jika dia bisa, apakah lo siap langsung jadi bapak, Alaska? Dan kalau enggak, apa lo siap patah hati lagi? Karena yang terakhir bener-bener bikin lo kacau."
Sekali lagi Alaska terdiam, tapi kali ini benar-benar diam hingga menghentikan aktivitasnya.. Pria itu mendesah panjang. Sebelum akhirnya kembali fokus pada Aileen.
"Gue tahu lo peduli sama gue, Kak, dan gue berterima kasih karena itu." Alaska menyungginkan senyum setulus yang dia bisa. "Masalah hati gue saat ini yang gue butuhkan hanyalah kepercayaan lo bahwa siapa pun yang gue pilih adalah yang terbaik, entah itu masih Nisaka ataupun Btari atau bahkan wanita lainnya. Dan masalah patah hati, perasaan itu adalah risiko yang gue harus terima saat gue berani menyukai bahkan mencintai seseorang."
Sekali lagi Aileen menghela napas panjang. "Baiklah. Gue percaya lo, Ka. Karena itu perasaan lo, hati lo, rasa suka lo, maka lo sendiri yang berhak menentukan kepada siapa sosok yang pas untuk tinggal di hati lo, kan?"
Alaska mengangguk. Dia hanya bergumam terima kasih pada Aileen. Benar-benar bersyukur karena memiliki kakak yang walaupun kadang super bawel, tapi sangat memedulikannya dan selalu memberi dukungan.
Karena sejujurnya di kepala Alaska bukan bagaimana Btari menyukainya, tidak sekarang mungkin. Alaska hanya ingin menemani Btari dan membantu wanita itu melewati banyak kesulitan tanpa merasa seorang diri.
***
Untuk kesekian kalinya Btari melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan, tapi Alaska belum terlihat di mana-mana. Padahal wanita itu sudah cukup lapar sekaligus mengantuk.
"Lama!" keluh Btari.
Baru saja dia mengambil ponsel, berniat untuk menelepon atasannya itu. Namun, niat terhenti saat mendengar ketukan di pintu disusul teriakan, "Mbak Btari!"
Dengan cepat Btari bangkit dari sofa, lalu bergerak dengan malas-malasan menuju pintu. Saat pintu terbuka, sebuah kue cokelat yang ditaburi stoberi dan potongan kiwi menjadi pemandangan pertama. Tak lama terdengar teriakan, "Selamat ulang tahun!"
Sontak Btari mendongak. Tahu-tahu saja kue bergeser dan sosok Alaska terlihat. Tatapan mereka bertemu di udara. Pria itu melemparkan senyum yang baru kali ini Btari sadari cukup menawan.
"Sori ya, Mbak, kalau kuenya jelek banget." Alaska meringis. Pria itu tak pernah mengenakan maskernya jika mereka hanya ada di lingkup apartemen. "Karena saya tahu kamu nggak suka orang asing bikinin kue buat kamu, jadi saya bikin sendiri dengan bahan seadanya. Saya sih yakin ini enak, tapi ... kayaknya agak bikin enek."
Tanpa bisa dicegah senyum tulus terukir di wajah Btari. "Makasih, Pak."
Alaska mengangguk. Kemudian, pria itu menunduk, lalu menyodorkan sebuah kotak dengan nama brand mewah yang pernah dia lihat di sebuah pusat perbelanjaan. "Hadiah, Mbak."
Mulut Btari menganga. "Ini ... mahal banget pasti, Pak?"
"Daripada kamu mikirin harganya, Mbak, terpenting kamu mikirin ketulusan saya." Alaska terkekeh seraya memasuki unit apartemen Btari. Pria itu menaruh kue buatannya di tengah-tengah meja makan kecil di area dapur. "Anggap aja hadiah ulang tahun sekaligus hadiah karena sudah jadi teman pertama saya di Surabaya dalam suasana pandemi yang nggak ada habisnya ini."
Pada akhirnya, Btari mengangguk. Di hari ulang tahunnya ini, dia tidak akan mengacaukan kejutan untuknya karena masalah harga. "Kalau gitu ... terima kasih, Pak Alaska."
"Ayo, ayo, Mbak, kita rayain ulang tahun kamu!"
Ajakan Alaska membuat Btari tertarik. Begitu dia menaruh hadiah mahal Alaska di meja kopi yang aman, wanita itu bergegas mendekati pantri. Diambilnya dua piring kecil berikur dua garpu serta pisau roti. Dan ketika dia kembali ke meja makan, roti sudah dipasang lilin-lilin kecil.
"Official 29 tahun ya, Mbak?" tanya Alaska setelah Btari berhasil duduk di seberang pria itu.
"Tahun depan udah kepala tiga dan jadi Ibu satu anak," balas Btari seraya mengusap perutnya.
"Saya berdoa untuk kamu semoga tahun depan ulang tahunmu lebih meriah ya, Mbak. Nggak dirayakan dalam keadaan sesederhana ini dan dengan kue jelek bikinan tangan saya."
Ucapan Alaska yang terdengar tulus entah mengapa membuat Btari menitikkan air mata. Wanita itu mengangguk lambat-lambat. Dalam hatinya dia mengamini itu. Sudah lelah rasanya kesepian.
Alaska mulai menyelakan lilin, lalu kembali bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulang tahun. "Selamat ulang tahun, Mbak Btari. Selamat ulang tahun aku ucapkan. Selamat panjang umur aku kan doakan. Selamat sejahtera sehat sentosa. Selamat panjang umur dan bahagia, Mbak Btari. Make a wish!"
Mata wanita itu terpejam. Tangannya bertaut. Doa dia panjatkan dalam hati. Aku ingin bahagia dan nggak kesepian lagi, Tuhan. Setelahnya, lilin pun ditiup kuat-kuat hingga apinya padam.
"Pak Alaska, makasih ya," bisik Btari. Suara wanita itu serak. "Saya ... udah lama banget nggak pernah ngerayain ulang tahun."
Tatapan Btari jatuh sejenak ke sosok Damar di pigura terdekat, kemudian dia melanjutkan, "Damar ... dia nggak pernah suka merayakan ulang tahun karena mungkin dia sendiri nggak pernah merayakan itu selama hidupnya. Padahal saya selalu suka kalau ulang tahun dikasih kejutan dengan perayaan kecil-kecilan. Jadi, terima kasih sudah mau kasih saya kejutan ini, walau sederhana, tapi saya ... terima kasih."
Tanpa bisa dicegah Btari menitikkan air mata. Kepala wanita itu menunduk. Dan isakan lirih terdengar.
Tiba-tiba saja Btari merasakan tangan seseorang menyentuh pipinya. Sontak wanita itu mendongak. Matanya melebar saat mendapati Alaska tengah menatapnya lekat-lekat dengan tangan pria itu mengusap pipi Btari lembut.
"Mbak, boleh nggak saya temenin Mbak Btari buat merayakan ulang tahunmu setiap tahunnya?"
Tidak ada balasan dari Btari. Mulut wanita itu terlalu keluh. Otaknya bahkan seolah konslet tidak dapat berpikir. Namun satu yang pasti, jantungnya berdebar karena sosok Alaska di seberangnya.
***
Surabaya, 8 September 2022
hai hai, terima kasih untuk kamu yang sudah baca kisah Btari dan Alaska! Kalau ada typo atau tata bahasa kacau maaf ya karena ini nggak sempat aku edit hehehe. Terima kasih juga untuk kamu yang sudah voment yaaa.
Kira-kira gimana kelanjutan hubungan mereka?
Love,
Desy Miladiana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top