#1 : Pengangguran. Patah Hati. Pandemi
I start to imagine a world where we don't collide
It's making me sick, but we'll heal and the sun will rise
(Shawn Mendes - It'll Be Okay)
***
Tahun 2020, Alaska tidak tahu bagaimana mendefinisikan tahun ini. Tahun dengan angka cantik, tapi malah membawa kesialan beruntun bagi dirinya dan mungkin semua orang di dunia. Sekarang dia juga seorang beban keluarga yang sedang berjuang sembuh dari patah hatinya.
Awal tahun dibuka dengan pernikahan Nisaka, rekan kerja sekaligus orang yang Alaska cintai. Sekalipun tahu dan mempersiapkan diri bahwa wanita itu akan kembali bersama dengan mantannya, tapi tetap saja hati Alaska remuk melihat pernikahan Nisaka dan suaminya itu.
Kemudian, beberapa minggu setelahnya pandemi menyerang. Alaska yang baru saja resign dari perusahaan milik kakak iparnya, Arsan, harus mendapati fakta bahwa lowongan pekerjaan tidak banyak yang buka atau bisa dibilang tidak ada perusahaan yang berani merekrut pegawai baru saat ini.
Namun, yang paling sial adalah dirinya malah terjebak tinggal di rumah kakaknya, Aileen dan Arsan. Saat itu, kakak perempuannya itu datang ke apartemennya, memaksanya sambil berkata, "Alaska, lo harus tinggal di rumah bareng gue! Titik. Lo itu lagi patah hati di tengah-tengah pandemi pula. Gimana kalau sesuatu yang buruk terjadi dan lo tewas sendirian di apartemen? Mending tewas di rumah gue aja, cepet ditemuin!"
Sejujurnya, kata-kata Aileen cukup membuat Alaska tahu bahwa kakaknya itu peduli akan dirinya. Hanya saja, terjebak di rumah Aileen itu semakin menambah patah hatinya. Berada dalam rumah itu seperti sedang terjebak di sebuah film romansa berbumbu kiamat dengan Aileen, Arsan, dan dua anak mereka yang masih bayi. Sedangkan Alaska, dia hanya figuran yang terkadang masuk layar hanya untuk menjadi babysitter anak-anak kakaknya.
"Kok bisa sih orang betah terjebak di rumah berhari-hari," keluh Alaska.
Pekerjaan pria itu sehari-hari mendadak hanya berkeliling sosial media sembari merebahkan diri di ranjang. Kalau bosan, dia akan mengganggu keponakannya yang paling besar, umur setahun lebih. Dan kalau sangat-amat bosan, maka dia akan mencari gara-gara dengan Aileen, si singa betina, nyonya rumah ini.
"Ka, Alaska, sini, sini!"
Teriakan Aileen seketika membuat Alaska mengerang. Mati-matian dia mengangkat pantatnya dari kasur, lalu bergerak keluar ruangan.
Sosok kakaknya itu tampak seperti bayangan di dekatnya, lalu bergerak cepat menuju tangga. Alaska mau tak mau mengikutinya. Kemudian, turun dan berbelok menuju dapur.
Kening Alaska seketika mengernyit saat menemukan seperangkat kamera lengkap dengan pencahayaannya. Ada sebuah gelas kosong, beberapa bahan yang entah apa di meja bar. Sedangkan Aileen dengan celemek bunga-bunganya berdiri di sana. Sekalipun baru melahirkan dua anak dalam dua tahun terakhir, tapi tubuh kakaknya masih tampak langsing.
"Lo ngapain?" tanya Alaska heran. "Dan kenapa lo panggil gue ke sini?"
"Gue lagi mau bikin kopi dalgona yang lagi viral di Tiktok, sekalian hibur fans-fans gue mengingat udah jarang banget gue muncul di media sosial." Aileen mulai memasukkan dua sendok kopi ke gelas. Sambil meracik minumannya, dia terus berbicara, "Nah, karena takut gagal, gue bakal bikin dua kali. Cuma tangan gue sakit nih, jadi lo bantuin gue ngaduk kopinya sampai kental ya, Ka."
Seketika Alaska memelotot. "Ogah!"
Tiba-tiba saja Aileen melayangkan cubitan keras di lengan Alaska. Wanita itu mendelik. "Lo tuh ya, nggak kasihan ama kakak lo ini? Tiap malam susah tidur karena anak-anak masih pada bayi? Gue juga punya tuntutan menghibur fans-fans gue karena nggak bisa lagi nyanyi di panggung. Bantuin ngaduk Dalgona juga nggak bikin lo mendadak lumpuh, Alaska. Jangan durhaka lo!"
Alaska kembali mengerang. Sekalipun malas, dia tetap menurut meraih salah satu sendok di sana. Bagaimanapun Aileen satu-satunya keluarga yang dia punya di Indonesia. Sementara, orang tua mereka terjebak lockdown di Singapura.
Jadi, begitu Aileen selesai meracik minumannya, Alaska langsung mengaduk minuman itu dengan cepat sesuai instruksi. Setelahnya satu-satunya keramaian hanyalah suara adukan cairan agar mengental.
"Nggak kerasa pandemi udah jalan enam bulan. Artinya Nisaka juga udah lebih dari setengah tahun menikah. Lo ... belum move on?"
Pertanyaan Aileen sukses menghentikan aktivitas Alaska. Namun, pria itu memilih kembali sibuk melanjutkan adukannya daripada menanggapi masalah sosok yang membuatnya patah hati.
"Diem berarti lo belum move on kan, Ka?" tebak Aileen seraya menusukkan kukunya ke lengan Alaska. "Nisaka udah nikah sama cowok lain, Ka. Dia bahkan udah mau jadi ibu dari 3 anak. Harusnya sekarang lo udah membuka hati ke cewek lain. Jangan sampai terjebak sama satu hati yang lo sendiri tahu kalau nggak ada masa depan di sana, move on itu nggak mudah, tapi lo tetap harus melewatinya."
Alaska mendesah napas panjang. Tanpa melihat kakaknya, pria itu berbicara, "Kak, dalam kepala gue setelah Nisaka nikah, udah ada susunan rencana buat menyembuhkan patah hati. Gue berencana buat keliling Indonesia. Tapi pandemi menghentikan itu semua. Gue terjebak dalam rumah penuh cinta ini dengan sosok Nisaka yang terus mengunggah foto hangatnya dengan keluarga kecilnya di sosial media. Belum lagi gue juga nganggur, nggak ada satupun aktivitas yang bikin gue kelelahan hingga melupakan orang yang gue ... suka."
Ketika Aileen hendak bersuara, Alaska buru-buru kembali berbicara. "Satu lagi, gimana gue bisa membuka hati untuk yang baru di saat cewek yang gue lihat hanya lo, anak lo, Alesa, dan para asisten rumah tangga lo? Serius, Kak, move on di saat pandemi itu susahnya minta ampun."
"Gimana kalau lo balik kerja lagi di perusahaan Arsan?"
Usulan Aileen sukses membuat Alaska mendengkus keras. "Kak Aileen, solusi lo seperti menyeret gue kembali ketemu Nisaka. Kita ini satu divisi. Kalau gue balik ke perusahaan suami lo, sama aja gue ketemu Nisaka lagi. Gimana move on-nya?"
"Bener sih." Aileen meringis. "Tapi kan sekarang nggak full time kerja di kantor. Setahu gue, kantor Arsan menerapkan sebagian pegawai kerja di kantor, sebagian kerja di rumah, lalu rolling seminggu sekali. Harusnya aman kalau nggak mau ketemu, tinggal diatur aja biar nggak satu shift."
"Gue tetap menolak," putus Alaska. "Gue tahu niat lo baik, Kak. Cuma untuk saat ini satu-satunya cara agar gue lupa dari Nisaka adalah nggak bahas dia lagi. Oke? By the way, Dalgona lo udah kelar. Sekarang gue mau balik ke atas, ada urusan mendadak."
Tanpa menunggu respons Aileen, Alaska bergegas keluar dapur. Kemudian, dia menaiki tangga dengan cepat untuk sampai ke kamarnya.
Kekesalan Alaska seperti mulai berada di ujungnya. Dia merasa mulai gila, patah hati di tengah-tengah pandemi dan tidak memiliki kesibukan apa pun. Pria itu berharap keajaiban, mungkin seperti mendadak semua beban di pundak terutama hatinya menghilang dalam sekejap mata.
***
Baru saja duduk di ruang makan, Arsan, kakak iparnya tahu-tahu saja bersuara, "Aileen bilang lo butuh pekerjaan?"
Seketika Alaska memelotot. Diliriknya Aileen yang sedang mengambilkan nasi di piring Arsan. Kakaknya itu mengangguk, lalu berkata, "Lebih tepatnya gue bilang ke Arsan lo butuh aktivitas untuk melupakan patah hati lo, tapi kayaknya Arsan malah mikirnya lo butuh kerjaan."
"Iya, butuh. Cuma gue tegasin, Bang Arsan, gue nggak mau kerja di perusahaan lo lagi karena ... Nisaka," terang Alaska yang langsung dibalas anggukan Arsan.
"Nggak masalah, Ka. Nanti gue minta beberapa kenalan gue buat mempekerjakan lo—"
Tiba-tiba saja perkataan Arsan terputus karena deringan ponselnya di meja. Pria itu memberi isyarat untuk mengangkat panggilan ini, sebelum akhirnya beranjak menjauh.
Sementara itu di meja, Alaska mengomel pada Aileen. Dia sudah mengatakan untuk tidak mau dibantu masalah pekerjaan lagi oleh kakak iparnya yang super kaya itu. Namun, Aileen punya alasan yang luar biasa sulit ditolak, "Mau sampai kapan lo mengandalkan diri sendiri buat cari kerjaan, Ka? Mau di mana aja dan dalam keadaan pandemi yang kita nggak tahu kapan selesainya, satu-satunya cara mendapatkan pekerjaan tanpa susah payah adalah koneksi orang dalam!"
Obrolan mereka terputus saat mendapati Arsan kembali ke meja. Ekspresi kakak iparnya itu berubah. Ada kesedihan dan kepanikan dalam sorot matanya. "Gue berubah pikiran, Alaska, lo harus kembali ke Facayu. Bukan Facayu Jakarta, tapi Facayu Surabaya. Manajer keuangan di sana baru dikabarkan meninggal dunia karena Covid-19. Jadi, karena lo butuh pelarian jauh dari Nisaka, tempat baru, dan gue juga butuh manajer baru secepatnya, pekerjaan ini cocok buat lo. Lusa berangkat. Semuanya biar diatur bawahan gue di Surabaya."
Satu-satunya ekspresi yang Alaska berikan hanyalah mata membesar dengan mulut menganga lebar. Tiba-tiba disuruh bekerja di Surabaya, mungkin bukan masalah besar. Tapi jika tiba-tiba disuruh bekerja di Surabaya, kemudian menjadi manajer padahal satu-satunya pengalaman kerjanya hanyalah pegawai magang. Kedua pundak Alaska kini seperti bertambah beban puluhan kilo.
Sejak patah hati ini menyerang Alaska, kehidupan mendadak semakin gila saja.
***
Surabaya, 13 Agustus 2022
Hai hai, guys! Kalian pasti terkaget-kaget kenapa tiba-tiba cerita ini ilang. Iya, guys, pagi tadi aku yang masih setengah sadar tahu-tahu hapus ceritanya. Jadi, aku mau update ulang. Untuk BAB 2 aku update besok aja yaa.
Love,
Desy Miladiana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top