Begitu Surreal
Beribu urat nadi merangkak di atas putihan bola mata. Nadi-nadi tersebut berdenyut begitu keras memompa darah keluar pelupuk. Aku hanya bisa melihat angka-angka yang merangkak dari atas tanah. Kenyataan ada di balik kotak yang bisa ku lipat. Bisikan-bisikan untuk menendang, menghujat, memukul, merendahkan, dan lainnya didengar oleh mata. Semua orang membalik kepalanya dari batu bata yang ada di hadapan wajah. Hanya aku sendiri yang mengangkat bata-bata itu. Batu bata itu aku susun hingga menjadi sebuah rumah. Koloni uang merangkak menuju ke dalam rumah itu dan mengangkat segala perkakas ke dalam. Aku duduk di depan pintu dan berdoa. Wajah mereka menghadap kepadaku.
Tanah yang aku injak mulai menanjak, memberikan mata-mata batu. Batu itu keluar dari tangan semua orang yang tadi berpaling dari batu bata yang telah aku susun. Mata mereka menjadi biru, mata yang iri. Aku berjalan melalui batu-batu yang beterbangan itu. Tidak ada satupun yang nenyentuhku. Api keluar dari mulut mereka, membakar telinga masing-masing orang kecuali telingaku. Aku tetap berjalan hingga mereka menjadi arang. Arang-arang itu nasih mengikutiku dan berusaha untuk membakarku. Mereka menghantam aku di punggung. Aku tidak merasakan apa-apa.
Sebuah sofa ada di atas tanah kosong. Aku menduduki sofa itu dan semua menjadi lebih indah. Pipa air dari laut merangkak hingga ke desa yang ada di belakang sofa. Masyarakat berbahagia. Mereka berpesta karena berkat datang dari bumi. Laut mulai dipenuhi oleh kapal yang mengantarkan sandang dan pangan. Uang dan koin mulai mengisi laut. Tidak ada orang yang mengumpulkannya. Mereka hanya peduli makanan, sandang dan pangan yang mereka gunakan. Darah dari mataku mengalir mundur ke dalam mata. Orang-orang yang menyerangku, mereka yang menjadi arang berubah menjadi anjing dan orang yang ikut membantuku membangun kehidupan untuk diri mereka masing-masing, mereka yang menyusun bata yang ada di depan mata berubah menjadi hartawan.
Pipa-pipa tersebut mulai terhambat. Lautan uang menjadi lautan tangis. Aku membuka pipa-pipa yang menjadi sumber kesejahteraan mereka dan aku. Berjuta-juta tikus mengalir dari dalam pipa itu untuk meminumnya. Di setiap leher tikus itu ada pita hijau yang menjulur panjang kepada pulau di seberang. Aku merangkak ke dalam pipa itu dan mengikuti pita hijau itu hingga kepada rumah putih raksasa di atas batu. Pita itu terus menjulur di bawah meja kayu yang begitu jernih, begitu mengkilap. Ketika aku keluar dari meja itu, aku menatap kepada sebuah sosok cungkring yang dipakaikan jas. Sebuah monster mempermainkan pria cungkring itu seperti sebuah marionet. Pria itu menangis. Dia ingin lepas tetapi dia tidak bisa.
Aku menyentuh kaki dia. Sebuah pita cahaya muncul di udara dan membuat pria itu menjadi berisi kembali. Dia menatap marah kepada monster yang mengikat tubuhnya dan melompat dari kursinya dan menerjang dia. Pita yang diikat paksa di jari-jari pria itu tertarik paksa. Tikus-tikus yang ada di dalam pipa itu terlepas dari kekangan. Masyarakat yang tadi tersiksa membunuh semua tikus-tikus itu. Emas dan perak keluar dari perut tikus itu. Mereka menggunakannya untuk membangun lagi hidup mereka. Aku didudukan oleh pria itu di sebelah kursinya. Dia memberikan aku sebuah kotak emas sebagai terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top