BEFUDDLES || EKSTRA CHAPT 03

Anyeeeong, pasti nungguin yaa 🥰🫶🏼

Pren ini hanya cerita fiksi, jangan di samakan dengan kehidupan nyata. Aku membuat cerita ini untuk hiburan ya. Jika ada hal positif, maka petik dan teladani. Jika ada hal negatif, jangan di tiru ya 🤗

Happy reading!

***

Tolong baca sampai bawah biar ga nanya-nanya lagi yaa.

70 Hari yang berat sudah berhasil Aghas lewati cukup baik. Banyak hal yang terjadi selama itu, terutama yang bersangkutan dengan Snowy.

Dua bulan yang tidak mudah, berjauhan dengan orang yang di sayang ternyata mempengaruhi juga merunah pola pikir dan emosi Aghas, mungkin juga Snowy.

Aghas yang biasanya emosian saat cemburu dan tidak sabaran, kini menjadi lebih bisa mengendalikan diri dan lebih banyak sabar. Demi Snowy. Dia banyak mengalah, meminta maaf walau tidak sepenuhnya salah, dia lakukan itu bukan karena takut pada Snowy, tetapi dia ingin menjaga hubungan mereka agar tetap baik.

Toh, mengalah sedikit demi kebaikan dan mendapat benefit semakin di sayang Snowy bukanlah sesuatu yang buruk.

Dan, ada perubahan besar yang terlihat kentara dari Aghas. Yakni, dia yang biasanya jarang memainkan ponsel kini justru memegang ponsel dua puluh empat jam, bahkan saat tidur.

Aghas sudah seperti orang autis, dan orang gila.

Dulu, dia mengejek Summer seperti orang tidak waras saat terus bermain ponsel sambil cengar-cengir, dan sekarang Aghas kena batunya, dia jadi gila karena sering tersenyum hanya dengan menatap ponsel.

Snowy juga sedikitnya banyak berubah. Tidak terlalu mempermasalahkan hal sepele, cemburuannyan tidak berlebihan. Gadis itu juga bersikap lebih tenang dan sedikit dewasa di banding sebelumnya.

Hal itu tentu saja di karenakan Snowy yang berhasil melewati terapi demi terapi yang di berikan Dokter Corla dengan baik.

Good news! Kondisi mental Snowy membaik, bahkan jauh lebih baik dari sepuluh tahun lalu. Kabar ini di beritahukan oleh Dokter Corla sendiri kepada Radhit.

Dan renacananya, Snowy bisa pulang akhir bulan nanti atau sekitar dua minggu lagi.

Aghas tersenyum lega saat melingkari tanggal di kalender di kamarnya. Tinggal 10 hari lagi, istrinya pulang.

Aah, bisakah Aghas menyebut Snowy istri? Karena pernikahan mereka sudah di daftarkan dan tercatat di sipil sejak enam puluh hari lalu. Pernikahan mereka sudah sah.

Hari di mana Aghas mencetuskan bahwa dia ingin membatalkan pertunangan dan menggantinya dengan pernikahan, saat itu juga Shaga menghadap Radhit dan membicarakan hal tersebut.

Tentu tidak mudah untuk meyakinkan Radhit agar Aghas bisa mencuri putri satu-satunya itu. Perlu waktu 2 kali 24 jam untuk pria itu berpikir sampai akhirnya, Radhit setuju.

Besoknya setelah keputusan Radhit turun, atas kekuasan juga sedikit sogokan uang, yang entah bagaimana caranya. Radhit dan Shaga begitu mudah mendaftarkan pernikahan Aghas dan Snowy.

Padahal usia mereka tidak memenuhi syarat menikah menurut Undang-Undang Dasar yang mewajibkan usia menikah 19 tahun. Sedangkan mereka baru 17. Memang ada dispensasi jika ingin melaksanakan pernikahan di bawa umur. Dengan catatan, ada hal genting yang mewajibkan pasangan tersebut di nikahkan, itupun harus di setujui dan di ajukan oleh wali atau orang tua.

Pernikahan Aghas dan Snowy sudah di setujui kedua belak pihak, namun alasan untuk mendapatkan dispensasi, Aghas tidak tahu menahu.

Mungkinkah Shaga dan Radhit memberikan alasan bahwa Snowy hamil duluan?

Entahlah, Aghas tidak tahu dan tidak berminat mencari tahu.

Yang terpenting baginya, dia dan Snowy sudah menikah.

Aghas menghela napas lalu melirik jam di dinding, pukul empat sore, yang berarti di tempat Snowy kini pukul delapan malam. Aghas merindukan gadis itu karena sejak siang Snowy sulit di hubungi, Seruni sedang membawanya jalan malam mengitari gedung opera Sydney yang katanya terlihat lebih indah jika malam hari.

Bagus sekali, ceweknya main di luar, dan Aghas terkurung di bunuh rindu di kamar sendirian.

Apa Aghas keberatan?

Sialnya, tidak sama sekali.

Aghas bosan, sambil memegang ponselnya dia memutuskan untuk duduk di kasur dan menyalakan TV. Kebetulan sekali, kanal nya sedang menampilkan berita. Berita mengenai kakak kelas yang meng-ospek juniornya terlalu keras sampai melakukan tidakan kekerasan dan bullying yang menyebabkan si korban trauma berat.

Aghas berdecak, mendadak ingat kasus Snowy.

Dan omong-omong soal kasus itu, kini kasia tersebut sudah selesai sejak bulan lalu. Liona di penjara sesuai tuntutan yakni lima tahun, sementara Sherin, Stasia dan Sahara mendapat hukuman selama 10 tahun. Memang di kurangi lima tahun dari tuntutan, dan Arunika sempat memprotes, namun hakim mengatakan bahwa hukuman yang mereka dapat sudah sesuai, dan tidak dapat di ubah.

Dering telepon membuat Aghas yang sedang berbaring malas sontak bangkit penuh semangat, senyumnya terkembang sempurna melihat nama Snowy lah yang menghubunginya. Panggilan video call pula.

"Hey, I miss you," ungkap Aghas langsung membuat Snowy tertawa lucu. "Are you happy?" Dia memicing mata kesal.

"Mm, I'm happy and I miss you too, Aghas." Snowy sepertinya sudah kembali ke rumah Seruni karena dari langit-langit yang ia lihat sudah ia hapal di luar kepala. "Besok penerbangan siang kan?"

"Heem," gumam Aghas. besok adalah jadwal Aghas mengunjungi Putri Saljunya. Sesuai janjinya kepada Snowy, Aghas memang sering mengunjungi gadis itu. Tidak dua minggu sekali, tentu saja. Tetapi Aghas mengusahakan tiga minggu sekali. Itupun dia harus ijin pulang lebih awal di hari jum'at, dan ijin tidak masuk sekolah di hari Senin.

"Gue jemput di bandara jangan?" tanya Snowy sambil menghempaskan badan di atas kasur. Kalau saja Aghas ada di sana, dia sudah pasti ikut menghempaskan badan juga.

Di atas Snowy, misalnya.

Aghas menggeleng. "Gue udah dapat sewaan mobil di sana, udah janjian sama yang punya di bandara. Lo nggak usah jemput," jelasnya. "Gue yang jemput lo ke rumah. Mau jalan?"

"Mau!" Snowy bersemangat. "Gue mau ke—"

"Hotel," sela Aghas ringan.

"H-hotel?" Snowy membeo kaget.

Aghas melirik gadis itu sekilas lalu tatapannya lurus ke depan. Pada Televisi. "Gue pasti capek. Jet lag. Butuh istirahat."

"Di rumah Aunty gue aja, ngapain di hotel."

Aghas mendengkus. "Snowy, my battery is low, and I need to recharge," katanya melempar perumpamaan. "Got it?"

Snowy berdeham, pipinya memerah detik berikutnya. "Yes, sir."

Aghas kehabisan baterai, dan dia butuh di isi ulang.

Snowy paham, tapi sebenarnya ini bukan soal baterai.

***

AGHAS tahu, kalau Snowy itu manusia keras kepala. Kepala batu, kekeras kepalaannya bahkan di atas rata-rata manusia lain. Tetapi biasanya, istrinya itu akan jinak pada Aghas. Maksudnya, gadis itu pasti menuruti perintah Aghas walau harus sedikit di ancam.

Tetapi beda dengan hari ini, kemarin Aghas mengatakan pada Snowy untuk menunggu di rumah Seruni saja dan biarkan dia yang menjemput gadis itu. Aghas kira, Snowy akan menurut. Tapi lihatlah sekarang, di depan matanya kini ada gadis yang tengah melompat-lompat kegirangan melihatnya datang.

Aghas mendengkus geli, dia berjalan ke arah gadis itu, lalu langkahnya terhenti saat Snowy memilih berlari menujunya. Aghas lepas ransel yang ia cangklong di sebelah bahu lantas merentangkan kedua tangan agar Snowy masuk ke dalam dekapannya.

Lega, seakan beban yang selama tiga minggu ini mengikat Aghas lepas seketika. Dia mengeratkan pelukannya di pinggang Snowy, menyembunyikan wajah di lekukan leher gadis itu, menghirup harum khas Snowy yang hampir hilang di kamarnya. "I miss you so bad," bisiknya parau.

Terbiasa setiap hari bertemu Snowy dan hanya terpisah beberapa jam saja, membuat Aghas kini menderita karena mereka berjauhan. Awalnya ia optimis bahwa dia bisa menahan rindu, dia bahkan berpikir Snowy lah yang akan rewel dan merengek meminta bertemu, ternyata Aghas salah, bukan Snowy saja yang rewel tetapi terkadang dia juga.

"Cium." Snowy menjauhkan wajah mereka lalu menengadahkan kepalanya.

Dengan senang hati Aghas mengecupi seluruh permukaan wajah Snowy lalu menyapa bibir. Niatnya, hanya sekedar mengecup saja, namun siapa sangka begitu bibir mereka bertemu, Snowy langsung melumatnya.

Aghas tersenyum merasakan itu.

Well, Aghas sama sekali tidak keberatan. Cowok itu bahkan sudah mengangkat Snowy untuk ia gendong di depan. Membiarkan gadis itu mendominasi ciuman itu untuk beberapa detik pertama sebelum kemudian dia mengambil alih dengan lebih intens, lebih dalam, dan lebih keras juga panas.

"Kenapa datang ke sini? Gue udah bilang, tunggu di rumah," kata Aghas saat ciuman mereka usai, kening mereka menyatu, membuat deru napas beradu. Keduanya kekurangan napas, terengah, tetapi saat bibir mereka bersentuhan samar, Aghas tidak ragu untuk kembali menghisap bibir merah muda itu. "Mmh, kenapa ke sini?"

"Lama kalau nunggu lo jemput, gue udah nggak kuat."

Aghas terkekeh. "Kalimat lo ambigu."

"Nggak nggak ambigu, gue emang udah nggak kuat," bisik Snowy.

Aghas menggigit bibir bagian dalamnya sendiri, sambil merapatkan tubuh mereka berdua dia berbisik. "Jangan salahin gue kalau lo nanti telanjang, Snowy."

***

SENSOR

***

            Menundukan kepala, Aghas memulainya dengan sebuah ciuman lembut dan manis. Tangannya bergerak membuka kaki Snowy semakin lebar, lalu dia berbisik. "Gigit bahu gue kalau rasanya sakit banget."

Snowy mengangguk, dan gadis itu benar-benar menggigit bahu Aghas saat dia tidak bisa menahan rasa yang Aghas berikan terhadapnya.

***

Ini bab terakhir di Wattpad ya pren, makasih banyak udah nemenin aku di Befuddles. Makasih juga buat vote, spam komennya 🤗🥰

Yang mau baca kelanjutannya, ada di Karyakarsa. Tinggal beli yang 04, 05 dan 06 nya aja. Harganya Rp 5000. Kalau mau baca aku saranin buka KaryaKarsanya lewat web. Safari atau google chrome, apapun itu asal jangan dari aplikasinya langsung.

Nanti di Google chrome tinggal cari KaryaKarsa aja.

Klo masih bingung, aku udah simpan tutorial pembelian KaryaKarsa yang aku simpan di highlight Ig aku @Destharan ya 🥰

Aku mau tanya satu hal,

Kalau Snowy terbit kalian mau gaaakkkk? Jawab yaaa karena klo minatnya banyak aku mau sekalian terbitkan Befuddles dengan Shaga 🤗

Oh iya, kalau ada yang mau di tanyain bisa di sini ya, akan aku jawab di sini 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top