BEFUDDLES || EKSTRA CHAPT 01

Anyeooong...

Ekstra Chapter 01 : Bagian 01

***

Pukul tiga pagi, alarm Aghas berbunyi. Cowok itu langsung bangun dan menggapai ponsel yang ia taruh di bawah bantal. Menyipitkan mata, dia lihat hari ini adalah hari Minggu. Itu artinya, sudah satu minggu Snowy pergi dan menetap di Australi.

            Aghas memejamkan mata sejenak, coba membayangkan wajah bangun tidur Snowy yang biasa dia lihat. Cantik, Aghas jadi tersenyum sambil membuka matanya lagi. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Australia adalah empat jam. Di mana jam Australia berjalan lebih cepat empat jam dari Jakarta.

            Untuk itu, sudah satu Minggu berturut-turut, Aghas bangun pukul tiga pagi hanya agar bisa menyapa kekasihnya di pagi hari. Kurang lebih di tempat Snowy kini, jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi, itu artinya Snowy harus sudah bangun karena Seruni tidak pernah membiarkan Princess cabul itu bangun siang.

            Aghas membuka face time, menemukan tiga kontak saja di sana. Hazel, Giselle, dan Snowy. Jangan tanyakan kenapa tidak ada Shaga, karena cowok itu memang tidak menyimpan nomor Shaga di face timenya. Membayangkan dia video call dengan Papanya saja sudah membuat Aghas merinding geli.

            Aghas membuat panggilan dengan Snowy, di dering ke empat akhirnya panggilan Video itu terhubung juga. Beberapa detik pertama hanya terlihat langit kamar gadis itu saja membuat Aghas tersenyum, dan kemudian senyumnya semakin lebar saat wajah Snowy muncul dari sana.

            "Gila, gue kesiangan Ghas!" Snowy membawa ponselnya berlari membuat layar bergerak menampilkan apapun yang di sana secara acak sebelum kemudian wajah cantik gadis itu menghiasi layar lagi.

            Snowy duduk di meja rias, ponselnya ia taruh di meja bersandarkan botol lotion yang cukup besar dan kuat.

            "Jangan rusuh," peringat Aghas dengan suaranya yang parau, suara khas bangun tidur, yang sudah satu minggu ini membuat Snowy mleyot saat mendengarnya.

            "Nggak bisa udah kesiangan ini, aunty Seruni pasti ngomel kalau lihat gue belum siap." Hari ini ada jadwal bertemu dengan Dokter Corla, Dokter psikis yang sudah satu minggu merawat Snowy. Harusnya di hari Minggu ini tidak ada jadwal temu, namun kemarin, Dokter Corla ada urusan penting dengan keluarganya sehingga jadwalnya di geser menjadi hari ini.

            Aghas merubah posisi terlentangnya menjadi tengkurap dengan kepala menyamping menghadaap ponsel yang dia pegang. Cowok itu diam-diam menahan ngantuk sembari memerhatikan Snowy yang sibuk berdandan. "Jangan cantik-cantik, mau ketemu siapa, sih."

            Snowy mendelik di sana. "Harus cantik, biar percaya diri," sahutnya.

            "I miss you," bisik Aghas tiba-tiba.

            Snowy langsung menoleh. "Miss you too Snowman, minggu depan ke sini, ya?"

            "Mm."

            "Janji lho, kalau lo nggak ke sini, gue yang balik ke sana."

            "Iya, sayang." Aghas menjawab malas sambil sesekali menutup mata.

            Melihat itu, Snowy merasa kasihan. "Ghas, lo nggak perlu bangun subuh gini buat morning call," katanya merasa bersalah. Dia tahu bahwa Aghas sedang menahan kantuk.

            "It's okay. Gue seneng ngelakuinnya kalau itu buat lo," balas Aghas dengan senyum samar. "You look beautiful by the way."

            "Iya?" Snowy bangkit dari duduknya, lalu agak menjauh agar seluruh badannya bisa terlihat oleh Aghas, gadis itu berputar-putar membuat dress yang bawahnya mengembang itu berputar cantik. "Cocok nggak pakai dress gini?"

            "It suits you," jawab Aghas terdengar malas.

            "Yang bener ish!"

            "Nggak ada dress yang nggak cocok di lo, semuanya cocok," jawabnya. "Meskipun...." Aghas sengaja menggantung, cowok itu tersenyum kecil melihat wajah Snowy yang menatapnya penasaran.

            "Apa?"

            "Meskipun gue lebih suka lo naked daripada pakai dress."

            Sialan.

            Snowy bersemu, namun dia berusaha tenang. "Lebih suka gue naked daripada pakai dress? Yang bener saja, lo bahkan belum pernah lihat gue naked, Aghas."

            Aghas menyeringai samar, yang tidak di sadari Snowy. "Sering kok," katanya.

            "Lo pernah ngintip gue mandi?" todong Snowy, meski matanya memicing tajam namun Aghas tahu, gadis itu sedang salah tingkah.

            "Yeah. Sekali," balas Aghas ringan dengan senyum tertahan. "Seringnya bayangin doang."

            Aghas bajingan.

            Tapi Snowy suka.

            "Lo bakal apain gue kalau lihat gue naked?" tanya Snowy.

            "Kiss you."

            "Cium gue? Di bibir? Gue nggak harus nake—"

            "Cium seluruh badan lo, tanpa terkecuali," sela Aghas rendah. Manik hitamnya menelusuri Snowy dari puncak kepala sampai bawah lalu naik lagi ke atas dan berhenti di bibir. "I want to kiss every inch of you." Sesaat Snowy terdiam merasakan darahnya berdesir atas ucapan Aghas.

            Lantas gadis itu tersenyum. "Cuma cium?" Snowy rasanya merinding melihat tatapan Aghas yang dalam, cowok itu memerhatikan wajah lantas tatapannya jatuh menjelajahi leher dan berhenti di dada.

            Aghas mendekatkan ponselnya ke wajah, sampai hanya hidung dan bibir saja yang terlihat. "Memang lo maunya gue apain?" tanyanya, namun gadis itu tidak kunjung menjawab. "Gue punya satu hal yang cuma sama lo gue mau lakuin."

            "Apaan?"

            "I want to sin with you."

            "Aghas ih lo—"

            "I want to kiss you, touch you with my tounge...." Suara Aghas semakin rendah dalam setiap kalimatnya, membuat Snowy meremang sambil merapatkan kaki secara tidak sengaja. "And thenI'll **** you."

            Meski menahan napas, Snowy masih bisa menjawab. "Mmh, I can't wait," katanya berusaha terdengar seolah dia tidak terganggu dengan kalimat nakal Aghas.

            Mata Aghas berubah intens dalam hitungan detik melihat gadis yang kini tersenyum menggoda itu. "Jangan nantangin."

            "Well, sayangnya gue suka nantangin lo." Snowy menatap Aghas berani, cukup lama mata mereka saling bersirobok sampai akhirnya Snowy mengalihkan tatapan lebih dulu karena tidak kuat dengan tatapan Aghas.

            Mata cowok itu menatapnya dalam, seolah sedang menelanjangi Snowy saja.

            Setelah pamit akan pergi dengan Seruni, dan menyuruh Aghas untuk tidur lagi, Snowy mengakhiri panggilan video itu.

            Gadis berdress biru langit itu meraba pipinya sendiri, dia sering sekali blushing hanya karena dirty talk dengan Aghas lewat video. Sialnya, pembicaraan itu kadang menganggu Snowy sampai dia tidak akan fokus mengerjakan apapun dan hanya terbayang wajah Aghas saja saat melakukan hal tidak benar kepadanya.

            Snowy menepuk-nepuk pipinya, lalu tatapannya terlalih pada jarinya yang lentik. Pada jari manis yang kini di lingkari oleh sebuah cincin pemberian Aghas minggu lalu, saat cowok itu mengajak menikah dalam keadaan sama-sama bergairah.

            Snowy syok tentu saja, dia kira Aghas hanya bercanda. Namun saat melihat bagaimana mata cowok itu menatapnya dengan serius, Snowy tahu bahwa Aghas lebih dari serius.

            "Sorry, kalau ini nggak romantis seperti yang lo harapin," kata Aghas saat itu. "Mungkin setelah lo pulang dan sembuh, gue bisa ulangi lebih serius dan romantis. Lo mau?"

            Sudah pasti Snowy tidak dapat menolak, dari semua hal yang gadis itu inginkan di Dunia, Aghas adalah yang terpenting di antara semua.

            Saat itu Snowy tidak menjawab apapun, tetapi bibirnya kembali menyentuh bibir Aghas. Dan, ya, mereka kembali berciuman sampai akhirnya alarm yang di buat Aghas berbunyi bertanda waktu mereka sudah habis dan Snowy harus segera pergi.

***

Bersambung...

Next?

Spam komen lagii🥰

Semangat!

Buat yang mau baca duluan, udah tersedia di KaryaKarsa @destharan ya 🤗👍🏻 1 bab Ekstra chapter di KaryaKarsa itu isi sebenarnya 3 bagian. Lanjutan dari bagian 01 yang di barusan kalian baca. Mangga yang mau baca duluan langsung ke sana aja 🥰🙏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top